Bab 5 | Bayangan di Balik Tirai

Malam semakin larut, tetapi hawa ketegangan di ruang perjamuan masih terasa. Para tamu yang sebelumnya menikmati pesta kini menatap Marquis Edric dengan curiga. Meski pria itu tetap tenang, ada kilatan marah dalam matanya. Leonhart tidak mengatakan sepatah kata pun, hanya diam mengamati Edric, membaca setiap gerak-geriknya. Ia tahu betul, pria seperti ini tidak akan menyerah hanya karena satu insiden.

Di sisi lain, Elena berdiri tegak, ekspresinya penuh kewaspadaan. Ia melirik ke arah Leonhart sebelum akhirnya berbicara, suaranya terdengar tajam namun tetap terkendali. "Aku ingin tahu, Marquis Edric. Apa kau benar-benar tidak tahu apa-apa soal ini?"

Edric tersenyum tipis, seolah merasa dirinya sedang disudutkan tanpa alasan. "Tentu saja. Aku adalah bangsawan yang setia kepada kerajaan. Tidak mungkin aku melakukan hal seperti ini."

Elena menoleh ke pelayan yang masih berlutut di lantai. Pria itu gemetar hebat, seolah takut mengucapkan satu kata pun yang bisa membuatnya berada dalam masalah yang lebih besar. Ketakutan itu justru semakin meyakinkan Leonhart bahwa orang ini memang mengetahui sesuatu.

Leonhart menutup matanya sejenak, mengaktifkan Foresight System, membiarkan kemampuannya bekerja untuk mencari kemungkinan terbaik dalam situasi ini. Seperti jalinan benang yang tak kasatmata, skenario demi skenario muncul di pikirannya.

[Kemungkinan 1: Menginterogasi Pelayan Secara Terbuka]

Jika pelayan berbicara jujur, Edric akan terpojok, tetapi kemungkinan besar ia sudah memiliki rencana cadangan untuk menyelamatkan dirinya.

Jika pelayan berbohong karena ketakutan, Leonhart akan terlihat seperti menuduh tanpa dasar, melemahkan posisinya di mata para bangsawan lain.

[Kemungkinan 2: Membiarkan Pelayan Pergi dan Mengikutinya Secara Diam-diam]

Pelayan mungkin akan kembali ke dalangnya, yang bisa memberikan petunjuk lebih lanjut.

Namun, ada risiko pelayan itu menyadari bahwa ia sedang diawasi, sehingga ia bisa melarikan diri atau bahkan dibungkam oleh pihak lain sebelum memberikan informasi yang berharga.

[Kemungkinan 3: Menggunakan Tekanan Politik]

Dengan membuat Elena menekan Edric secara politik, mereka bisa memancing reaksi yang mungkin mengungkap lebih banyak informasi.

Namun, Edric bisa saja membalikkan keadaan dengan menggunakan pengaruhnya di istana untuk menuduh Leonhart menyebarkan tuduhan palsu.

Leonhart menimbang setiap kemungkinan dalam hitungan detik. Dari semua opsi yang tersedia, kemungkinan kedua tampaknya memiliki risiko paling kecil dan peluang terbaik untuk mendapatkan informasi lebih lanjut. Ia harus bertindak dengan hati-hati.

Ia menghela napas dan menatap Elena dengan tenang. "Sepertinya kita tidak punya cukup bukti malam ini. Tapi aku yakin kebenaran akan terungkap."

Elena tampak sedikit terkejut, tetapi ia mengerti maksudnya. Ia mengangguk pelan dan memberi isyarat pada pengawal untuk membiarkan pelayan itu pergi.

Edric hanya tersenyum samar, bibirnya melengkung dalam ekspresi yang sulit dibaca. "Keputusan yang bijak, Pangeran Leonhart."

Leonhart tidak membalas. Ia hanya menatap pria itu sekali lagi sebelum berjalan keluar dari ruangan, pikirannya berputar dengan cepat. Ini baru permulaan.

Malam itu, Leonhart berdiri di balkon kastil, mengamati halaman di bawahnya. Pelayan yang tadi diinterogasi berjalan cepat, menuju gerbang belakang kastil. Dari bayangan, seorang pria dengan jubah hitam muncul dan mengikutinya. Itu adalah Rylis, salah satu mata-mata kepercayaannya.

Sekali lagi, Leonhart mengaktifkan Foresight System, melihat kemungkinan ke mana pelayan itu akan pergi.

[Kemungkinan 1: Pelayan Memasuki Penginapan Kecil di Distrik Bawah]

Di sana, ia akan bertemu dengan seorang pria misterius yang akan memberikan sekantong koin emas sebagai bayaran atas tugasnya.

Leonhart bisa menangkap pria itu dan menggali informasi lebih dalam.

[Kemungkinan 2: Pelayan Menyadari Bahwa Ia Diikuti dan Melarikan Diri]

Jika itu terjadi, maka Leonhart akan kehilangan jejaknya.

Namun, ini juga bisa menjadi indikasi bahwa ia tahu siapa yang sebenarnya ada di balik semua ini.

[Kemungkinan 3: Pelayan Dibunuh Sebelum Sampai ke Tujuannya]

Jika ada seseorang yang lebih besar di balik ini, mereka mungkin akan memastikan agar pelayan itu tidak bisa berbicara lebih jauh.

Ini akan menjadi bukti kuat bahwa ada konspirasi yang lebih dalam.

Leonhart menyempitkan matanya. Ia harus memastikan rencana ini berjalan sempurna.

Di lorong sempit di distrik bawah, pelayan itu berjalan dengan gugup. Ia melirik ke sekelilingnya beberapa kali, seolah merasa ada seseorang yang mengawasinya. Tiba-tiba, sebuah tangan mencengkeram bahunya.

Pelayan itu terkejut, tetapi sebelum ia bisa berteriak, suara dingin berbisik di telinganya. "Jangan bergerak."

Itu Rylis.

Pelayan itu menelan ludah, tubuhnya mulai gemetar. "A-aku hanya mengantarkan pesan! Aku tidak tahu apa-apa!"

Rylis tidak melepaskannya. "Siapa yang menyuruhmu?"

Pelayan itu menggigit bibirnya, ketakutan terlihat jelas di matanya. Ia tahu bahwa jika ia bicara, hidupnya bisa dalam bahaya. Tapi jika ia tetap diam…

Rylis menghunus belatinya sedikit, membiarkan cahaya bulan memantul di atasnya. "Kau punya dua pilihan," katanya dengan suara rendah. "Bicara, atau mati di tempat."

Pelayan itu akhirnya menyerah. "T-Tuan Marquis Edric yang memerintahkanku! Tapi dia bukan dalang utamanya!"

Rylis menyipitkan mata. "Siapa?"

Pelayan itu menelan ludah, lalu berbisik, "Ada orang lain… seseorang yang lebih tinggi daripada Edric. Aku tidak tahu namanya, tetapi dia disebut Tangan Bayangan."

Rylis memikirkan informasi itu sesaat, lalu dengan satu gerakan cepat, ia menghantam pelayan itu di belakang kepala, membuatnya pingsan. Ia berbalik dan kembali ke kastil dengan cepat.

Leonhart sedang menunggunya di ruang kerja. Ketika Rylis masuk dan memberi laporan, ekspresi Leonhart menjadi serius.

"Tangan Bayangan…"

Nama itu tidak asing baginya.

Sementara itu, di dalam kastil, Elena duduk di kamarnya, memandangi lilin yang berkedip-kedip. Pikirannya masih dipenuhi kejadian malam ini.

Leonhart… bagaimana ia bisa tahu soal racun itu?

Ia bukan orang bodoh. Ada sesuatu tentang pria itu yang tidak biasa. Sejak ia kembali dari pertempuran di utara, ia berubah. Ia lebih tajam, lebih waspada, seolah-olah ia bisa melihat sesuatu yang orang lain tidak bisa.

Elena menghela napas. Jika ia ingin tetap hidup di tengah permainan politik ini, ia harus mencari tahu lebih banyak tentang Leonhart.

Sementara itu, di menara kastil, seorang pria bersembunyi di bayangan, memperhatikan Leonhart dari kejauhan. Mata gelapnya berkilat penuh niat.

"Sepertinya aku harus bertemu dengannya secara langsung."

Perburuan baru saja dimulai.