A Place to Call Home

Langkah Ardi berat saat ia berjalan menuju rumahnya. Napasnya memburu, keringat mengalir di pelipisnya meskipun udara di pulau ini terasa sejuk. Hanya 300 meter, tapi rasanya seperti menempuh maraton.

"Sial... kalau tahu begini, aku bakal banyak latihan fisik dulu..." gumamnya di tengah napas pendek yang terasa berat.

Tubuhnya terasa berat dan lelah. Setiap langkah seperti hukuman atas kebiasaannya yang malas bergerak di dunia lama. Ia terhuyung, bersandar di dinding bangunan batu di depannya, mencoba menenangkan napasnya yang memburu. Dindingnya terasa kokoh dan dingin, sedikit menenangkan kepanasan yang dirasakannya.

Setelah beberapa menit, ia akhirnya berhasil mengatur napasnya dan mulai mengamati rumah ini lebih dekat.

Simple Manor House – Lantai 1

Saat Ardi membuka pintu kayu berat itu, suara derit pelan menyambutnya. Cahaya matahari sore menyelinap masuk dari jendela besar, menerangi ruangan pertama yang ia lihat—sebuah ruang kerja sederhana.

Ruangan ini cukup luas dengan lantai kayu gelap yang dipoles dengan baik. Di sisi kanan terdapat lemari kayu besar yang masih kosong, sebuah meja kayu kokoh di tengah dengan kursi berat berukir sederhana. Di atas kursi itu terdapat dua bantalan kain lembut, mungkin untuk sedikit kenyamanan.

Ardi menggesek jari di permukaan meja. Bersih. Tidak ada debu sama sekali. Entah bagaimana tempat ini tetap dalam kondisi baik.

Di sudut ruangan, terdapat sebuah area kecil yang tampaknya dirancang sebagai pojok bersantai. Sebuah perapian batu berdiri kokoh di sana, dengan kayu bakar yang sudah tertata rapi di sisinya. Ada kursi goyang tua yang terlihat nyaman, menghadap ke meja kecil. Jika duduk di sana, seseorang bisa menikmati suasana sambil menatap api yang membara di malam hari.

Ardi bergumam pelan.

"Hmm... rumah ini lebih bagus dari yang kupikirkan."

Namun, ia tidak berhenti di sini. Dengan langkah yang lebih stabil, ia naik ke lantai dua, tangga kayu di samping ruangan itu berderit ringan setiap kali ia melangkah.

Simple Manor House – Lantai 2 (Private Chamber Ardi)

Lantai dua terasa lebih privat. Koridor kayu pendek membawanya ke tiga ruangan:

Kamar tidur utama

Kamar mandi

Dapur kecil

Ardi membuka pintu kamar tidurnya dan terdiam sesaat.

Ruangan itu sederhana tapi nyaman. Tempat tidur kayu besar dengan kasur empuk berada di tengah, lengkap dengan selimut tebal dan bantal bersih. Ada lemari kayu besar di sudut ruangan dan sebuah meja kecil di samping tempat tidur.

Di sisi lain ruangan, terdapat jendela besar yang menawarkan pemandangan langsung ke hutan dan sungai yang berliku di kejauhan. Angin sepoi-sepoi berhembus masuk, memberikan kesejukan alami.

"Ini... lebih dari cukup."

Ia melanjutkan pemeriksaannya ke kamar mandi, yang dilengkapi bak mandi kayu, wastafel batu sederhana, dan sebuah toilet kayu yang menggunakan sistem penyaringan air. Air mengalir dari pipa kayu di dinding, mungkin terhubung ke sistem pemanas yang tersambung dengan perapian di lantai satu.

Terakhir, ia memasuki dapur kecil, yang memiliki meja kayu panjang, rak kosong, perapian kecil untuk memasak, dan beberapa peralatan dasar. Tidak ada bahan makanan, tapi ini sudah lebih dari cukup untuk bertahan.

Ardi menghela napas.

"Setidaknya aku punya tempat tinggal yang layak."

Saat ia beranjak ke tempat tidur, sebuah notifikasi kecil berkedip di HUD-nya.

Ding!

Sebuah panel virtual muncul di hadapannya, sederhana dengan font putih terang di atas layar transparan biru.

[Notification]

Congratulations!

You have received a special reward:

[System Assistant: Humanoid AI]

Name: Yui

Race: Fairy

Forms: Teenage girl / 10-year-old child

Intelligence: Equivalent to an 18-year-old human

Ardi mengerutkan kening.

"System Assistant? Humanoid AI?"

Tiba-tiba, cahaya biru lembut berkumpul di depan matanya, membentuk sosok kecil melayang. Perlahan, cahaya itu memadat, berubah menjadi seorang gadis mungil berambut perak dengan sayap transparan.

Dia tampak seperti seorang peri dari dongeng, mengenakan gaun putih sederhana dengan mata biru cerah yang berkilauan.

Gadis itu berkedip beberapa kali sebelum tersenyum lembut.

"Master, senang bertemu denganmu. Namaku Yui."

Ardi terdiam. Ia butuh waktu beberapa detik sebelum akhirnya bisa menjawab.

"Tunggu… Apa aku baru saja mendapat asisten pribadi?"

Yui mengangguk riang, sayap kecilnya bergetar halus di udara.

"Ya! Mulai sekarang, aku akan membantumu bertahan dan berkembang di dunia ini."

Ardi menghela napas panjang. Hari ini terlalu banyak kejutan.

"Baiklah... kita lihat saja seberapa berguna kamu."

Yui tersenyum, matanya bersinar penuh antusiasme.

"Tentu saja, Master! Aku akan memastikan hidupmu lebih mudah di sini!"

Ardi hanya bisa mengusap wajahnya, merasa bahwa kehidupan barunya akan jauh lebih aneh dari yang ia bayangkan.