Kael menarik napas dalam-dalam sebelum membuka pintu ruangan HRD. Dengan sedikit ragu namun tetap penuh keyakinan, ia mengetuk pintu dan berkata, "Permisi, Pak."
Dari dalam terdengar suara berat dan tegas, "Silakan masuk."
Kael membuka pintu dan melangkah masuk. Ruangan itu sederhana, hanya ada meja kayu besar dengan beberapa dokumen tertata rapi, serta kursi di depan meja tempat seseorang sudah menunggu. Pria yang duduk di sana tampak santai namun berwibawa.
"Silakan duduk, Pak," kata pria itu sambil menunjuk kursi di depannya.
Kael segera duduk dan menatap pria tersebut dengan penuh perhatian.
Pria itu mengambil sebuah dokumen sebelum memperkenalkan dirinya, "Perkenalkan, saya Wisnu Cakra Alam. Saya adalah staf khusus Sentinels Order Association bagian penyeleksian Sentinel. Saya bertugas menyeleksi mereka yang akan mengikuti ekspedisi ke dalam Labyrinth. Semua informasi yang Anda berikan harus benar dan jujur. Sekarang, mari kita mulai.
Ia menatap Kael tajam sebelum bertanya, "Kaelindra Azrath, Sentinel Rank Ember. Sudah berapa lama Anda dibangkitkan dan menjadi seorang Sentinel?"
Kael tidak butuh waktu lama untuk menjawab. "Dua tahun yang lalu, Pak. Saat kejadian Voidbreak di dekat Kampus Universitas Indonesia."
Pak Wisnu mengangguk, mencatat sesuatu di dokumen sebelum melanjutkan. "Baik. Sekarang, bisa Anda jelaskan keahlian dan kemampuan Anda?"
Kael terdiam sejenak. Ini adalah pertanyaan yang sulit baginya. Selama dua tahun, ia tidak pernah bertarung melawan monster dan ia tidak pernah benar-benar menilai kemampuannya sendiri secara objektif. Namun, ia mengingat pertarungan di Void Hukuman, bagaimana ia bertahan, bagaimana ia bertarung dengan instingnya.
Dengan sedikit ragu, ia menjawab, "E-eeeu… Saya bisa bertarung menggunakan senjata seperti pedang atau kapak. Tapi saya juga bisa bertarung dengan tangan kosong, Pak."
Pak Wisnu kembali mengangguk, lalu berkata dengan nada tegas, "Baik. Kalau begitu, role Anda adalah seorang Fighter. Berdasarkan rank Anda, kemungkinan besar Anda mampu bertarung melawan monster Rank E. Namun, perlu Anda ketahui bahwa VoidRift kali ini adalah Rank D. Itu berarti Anda akan menghadapi monster yang lebih kuat dari biasanya. Bahkan jika Anda bisa menggunakan senjata, melawan beberapa monster Rank E ke atas bisa membuat Anda kesulitan."
Kael mengepalkan tangannya di atas pahanya. "Tidak apa-apa, Pak. Saya siap bertarung dan mempertaruhkan nyawa saya untuk menutup VoidRift. Karena saya seorang Sentinel. Keselamatan manusia di luar void adalah yang utama!"
Pak Wisnu menatap Kael selama beberapa detik sebelum akhirnya tersenyum tipis. Tatapannya yang awalnya penuh analisis kini terlihat sedikit lebih menghargai tekad Kael.
"Bagus," katanya sambil menyodorkan selembar dokumen dan sebuah pulpen. "Jika Anda sudah siap dengan segala risiko dan konsekuensinya, silakan tanda tangani kontrak ini. Berada di dalam Labyrinth, pilihannya hanya dua: mengalahkan Boss Labyrinth atau mati. Meskipun ada seorang Healer di tim kami, tidak menutup kemungkinan Anda bisa kehilangan nyawa ketika bertarung melawan monster. Seperti yang Anda tahu, tingkat kematian Sentinel dalam ekspedisi sangat tinggi. Pastikan Anda benar-benar siap."
Kael menatap kertas itu. Matanya membaca setiap kalimat, tetapi hatinya sudah mantap sejak awal. Ia tahu betul apa yang ia hadapi. "Yah… Lagipula gue udah berkali-kali mengalami kondisi hampir mati oleh monster. Gas lah."
Tanpa ragu, ia mengambil pulpen dan menandatangani kontrak tersebut.
Pak Wisnu mengambil kembali kertas itu, meneliti tanda tangan Kael sebelum menyimpannya. "Baik, Pak Kaelindra. Dengan ini, Anda resmi terdaftar dalam ekspedisi malam ini. Seperti yang tertera di kontrak, bayaran Anda akan dihitung berdasarkan kontribusi selama di dalam Labyrinth. Rata-rata berkisar antara 3 hingga 5 juta rupiah. Anda juga tidak perlu khawatir, tim ini dipimpin oleh seorang Sentinel Rank Celestial dan dua Sentinel Rank Radiant. Namun, perlu diingat, risiko dan bahaya tetap ada."
Kael mengangguk mantap.
Pak Wisnu melirik jam tangannya sebelum berkata, "Kami tunggu Anda di markas ini pada pukul 19.00 malam. Silakan bersiap-siap terlebih dahulu di lobby."
Kael segera berdiri dan membungkuk sedikit sebagai tanda hormat. "Baik, Pak. Terima kasih banyak. Permisi."
Dengan langkah mantap, Kael keluar dari ruangan itu. Begitu pintu tertutup di belakangnya, ia menghela napas panjang. Detik ini, ia resmi menjadi bagian dari ekspedisi Labyrinth. Ia tidak tahu apa yang menantinya nanti malam, tetapi satu hal yang pasti— ia tidak akan mundur.
Setelah keluar dari ruangan interview, Kael berjalan menuju lobby utama tim penyerang Ular Hitam. Begitu tiba, dia tertegun melihat para sentinel lain yang tampak seperti pasukan elit dalam game RPG—berbaju zirah lengkap, mengenakan helm mengkilap, sepatu tempur, serta senjata yang terlihat sangat mahal dan berbahaya.
Sementara itu, Kael melirik pakaiannya sendiri—celana bahan hitam, sepatu sneaker butut, kemeja hitam yang ia kenakan terbuka, memperlihatkan kaos putih polos di dalamnya. Semua ini bahkan bukan miliknya, melainkan hasil meminjam dari Raka.
"Hhhahhhh..." Kael menghela napas panjang, merasa seperti bocil yang nyasar ke pesta cosplay tentara.
Tiba-tiba, seseorang muncul dari belakang dan menepuk pundaknya.
"Hai, bagaimana interview-nya? Lolos??"
Kael terlonjak kaget dan langsung menoleh. "Eh? E-euu..." Otaknya langsung error, dia lupa nama orang ini.
Gadis itu menatapnya sambil menyilangkan tangan. "Mala... Namaku Mala. Hah, padahal tadi kita baru kenalan, bisa-bisanya kamu lupa nama aku, Kaelindra."
Mata mereka bertemu, membuat Kael seketika gugup. Wajahnya yang biasanya santai kini berubah merah. Dengan reflek, dia langsung memalingkan wajah ke depan. "E-engga kok, inget! Mala! I-itu tadi aku lulus interview, jadi bisa ikut ekspedisi nanti malam."
Mala tersenyum tipis lalu ikut menghadap ke depan. "Ada dua Voidrift yang sudah dipesan oleh tim ini dari asosiasi, satu tingkat C dan satu lagi tingkat D. Sepertinya Sentinel Herman Syahputra, Sentinel Rank Celestial, bakal memimpin serangan ke tingkat C. Sedangkan dua wakilnya, Guntur dan Egi, yang Rank Radiant, bakal memimpin ekspedisi ke tingkat D."
Kael mendengar dengan seksama, lalu bergumam. "Sentinel Celestial, ya... Sama seperti si rambut api dari Order Garuda itu."
Setelah beberapa saat berpikir, Kael bertanya, "Kalau kamu, ikut ekspedisi yang mana?"
Mala hanya tersenyum sambil memejamkan mata. "Aku baru pertama kali ikut ekspedisi ke dalam Labyrinth. Lagipula aku cuma Rank Luminous, jadi pasti masuk ke Voidrift tingkat D. Sama kayak kamu kan? Dengan Rank Ember, kita bakal satu tim nanti."
Kael menyeringai. "Hehe, i-iya, aku juga pertama kali masuk..."
Namun, senyumannya langsung menghilang saat matanya tertuju pada armor dan tongkat sihir di punggung Mala. "Anjir, bajunya kece banget, kayak karakter utama di isekai!"
Dengan rasa penasaran yang tak tertahankan, dia bertanya, "Mala, peralatan dan armor kamu... Gak kelihatan kayak sentinel pemula, deh."
Mala tertawa kecil. "Hahahaha, ini pemberian ayahku. Dia pengen aku jadi sentinel yang kuat katanya. Padahal aku cuma Rank Luminous."
Kael terdiam sejenak. "Anjir, bapaknya pasti Sultan Sentinel... Gue jadi minder begini."
Lalu, dengan ragu-ragu, dia bertanya lagi, "Kalau peralatan kayak gitu, harganya kira-kira berapa?"
Mala menoleh ke arahnya dan berpikir sebentar. "Eumm, mungkin sekitar 50 jutaan deh, peralatan lengkap dengan efek khusus itu emang mahal katanya."
Kael langsung tersedak udara. "Bu-buset 50 juta?!?!"
Mala kemudian menatap pakaian Kael dari atas ke bawah. "Kalau kamu? Kenapa gak pakai armor lengkap?"
Wajah Kael langsung berubah pucat, otaknya bekerja keras mencari alasan yang masuk akal. "E-euu anuu... Gini, apa ya... GERAH! Iya! Gerah kalau dipakai terus-terusan tuh, hehe."
Mala memiringkan kepalanya sebentar, lalu langsung ngakak. "Hahahahaha! Mana ada armor sentinel yang bikin gerah? Armor itu beresonansi sama Light of Dust di tubuh kita! Aduh, kamu ini lucu banget sih!"
Kael langsung merunduk, menutup wajah dengan tangan. "Anjir co... Gue sama sekali gak tau hal beginian, goblok banget gue...!!"
Mala akhirnya menepuk pundak Kael sambil tersenyum. "Yaudah, aku mau cari makan siang dulu ya~"
Kael yang masih malu tingkat akut, hanya bisa menjawab dengan suara kecil, "E-euu i-ya Mal... Hati-hati yaa..."
Begitu Mala pergi, Kael langsung menatap langit-langit lobby dan menggerutu.
"Ya Allah... KENAPA GUE SEBODOH INI?!?!"
Setelah Mala pergi, Kael masih terpaku di tempat, wajahnya merah karena malu. Dengan ekspresi sedikit kesal, dia mendesah sambil mengacak-acak rambutnya.
"Anjir, kenapa gue malah jadi kayak anak baru yang nggak ngerti apa-apa di depan dia? Malu banget sumpah!" gerutunya dalam hati.
Tak ingin terus tenggelam dalam rasa malu, Kael segera memanggil Sentra, asisten virtualnya.
"Sentra."
Hologram Sentra muncul di hadapan Kael, cahaya biru berputar membentuk siluet digital yang khas.
"Ya, Tuan?" jawabnya dengan suara monoton namun jelas.
Kael langsung to the point, "Berikan aku armor atau baju tempur."
Sentra tetap tenang, "Maaf, Tuan. Anda tidak memiliki item tersebut di dalam inventory."
Kael mendengus, "Ah, lu mah..."
Namun, tiba-tiba sebuah ide melintas di kepalanya. Matanya berbinar, lalu ia melanjutkan, "Bentar... Dulu waktu itu gue beli ramuan penyembuh dari lu, kan?"
"Benar, Tuan. Anda membeli ramuan penyembuh kesehatan dan pemulih energi dari market."
Kael tersenyum penuh harapan, "Nah itu! Berarti di market ada peralatan tempur juga, kan?"
Sentra langsung menampilkan tampilan holografik dari Market. Berbagai peralatan dan senjata muncul, terpampang seperti etalase toko digital.
"Tentu saja, Tuan. Silakan memilih barang yang Anda inginkan."
Kael ternganga. Mata coklatnya membulat melihat berbagai set armor yang tampak keren, kokoh, dan garang. Dia langsung menunjuk satu set dengan ekspresi penuh semangat.
"Wih, ini keren banget! Gue mau yang ini—Berserk Armor!"
Namun, Sentra langsung memupus harapannya dengan satu kalimat santai.
"Maaf, Tuan. Anda tidak memiliki battle point yang cukup. Anda hanya memiliki 8.700 battle point, sementara Berserk Armor membutuhkan 125.000 battle point."
Ekspresi Kael langsung berubah drastis. Dari penuh semangat menjadi... hancur lebur.
"Buset... 125.000... Ini battle point atau saldo Sultan?" gumamnya dengan wajah suram.
Sambil menghela napas panjang, ia kembali fokus. "Yaudah, dengan battle point segini, gue bisa beli apa?"
Sentra menampilkan satu set pakaian, "Leather Side Suit"—sebuah baju hitam berlengan pendek dengan pelindung kulit binatang dari bahu kanan hingga siku.
"Item ini tersedia dengan harga 6.500 battle point. Anda bisa membelinya."
Kael mengamati tampilan armor tersebut. Tidak selevel dengan Berserk Armor, tapi tetap terlihat keren dan fungsional.
"Hmm… Daripada pake kemeja pinjaman, yaudah, beli aja."
"Baik, Tuan. Membeli item 'Leather Side Suit'..."
Beberapa detik kemudian, hologram menampilkan notifikasi:
"Selamat! Anda telah membeli 'Leather Side Suit'. Item telah dipindahkan ke dalam inventory.
Efek khusus: +3% HP dari maksimal HP."
Sentra kemudian bertanya, "Apakah Anda ingin langsung mengenakannya?"
Kael langsung menjawab, "YAIYALAH! Gue manggil lu juga buat ganti baju ini!"
"Apakah Anda ingin menampilkan item ini atau menyembunyikannya? Jika disembunyikan, Anda tetap mendapatkan efek bonusnya tanpa terlihat oleh orang lain."
Kael mendengus kesal, "Tampilin lah! Gue mau keliatan kayak Sentinel, bukan mahasiswa magang!"
"Baik, Tuan."
Tiba-tiba, kilatan petir hitam muncul di tubuh Kael. Kemeja pinjaman perlahan bercahaya, berubah menjadi partikel putih yang berputar di sekelilingnya. Dalam hitungan detik, partikel itu kembali menyatu, membentuk Leather Side Suit.
Saat proses selesai, Kael melirik pantulan dirinya di kaca terdekat. Senyum puas terukir di wajahnya.
"Oke... Sekarang gue mulai kelihatan Sentinel beneran!"
Dengan percaya diri, Kael berjalan ke tengah lobby utama Tim Penyerang Ular Hitam, sesekali memandangi armor barunya.
Biarpun belum selevel dengan para Sentinel kelas atas, setidaknya dia tidak lagi terlihat seperti anak hilang yang salah masuk ke medan perang.
Malam mulai menyelimuti kota saat jarum jam menunjukkan pukul 19.00. Di depan markas Tim Penyerang Ular Hitam, lima belas Sentinel berdiri tegap dalam barisan rapi. Wajah mereka penuh ketegangan dan semangat, siap menghadapi ekspedisi yang mungkin menjadi pertarungan hidup dan mati.
Tiba-tiba, pintu markas terbuka, dan empat sosok penting melangkah keluar. Yang pertama adalah Pak Wisnu, seorang pengawas dari Asosiasi yang bertugas memastikan ekspedisi berjalan sesuai prosedur dan menyeleksi sentinel yang ikut ekspedisi. Di sampingnya, tiga Sentinel berpangkat tinggi berjalan penuh wibawa:
Herman Syahputra, seorang Sentinel Rank Celestial, mengenakan armor perak yang megah, tampak seperti seorang ksatria dari legenda kuno. Di pinggang kanannya tergantung pedang panjang, sementara tangan kirinya menggenggam perisai besar yang berkilauan di bawah sinar lampu markas.
Guntur Winagara, seorang Sentinel Rank Radiant, terlihat mencolok dengan armor biru bercorak petir yang melindungi kedua lengannya. Di punggungnya, dua pedang panjang tersilang, siap untuk dihunus kapan saja.
Egi Gunawan, Sentinel Rank Radiant lainnya, mengenakan armor tipis hijau dan hitam yang fleksibel namun tetap kuat. Di tangannya, sebuah tongkat sihir berukir rune bercahaya menggambarkan keahliannya dalam seni sihir tempur.
Ketiganya mengenakan peralatan dan armor lengkap, menunjukkan bahwa mereka bukan hanya veteran biasa, melainkan elit dalam dunia Sentinel.
Herman melangkah ke depan, suaranya menggema di malam yang mulai larut.
"Seperti yang sudah kalian tahu, tim telah dibagi sesuai dengan peringkat masing-masing. Sekarang, kita akan bergerak menuju VoidRift yang telah ditentukan."
Ia mengangkat pedangnya ke udara dan berteriak lantang:
"Kita pertaruhkan nyawa di dalam Labyrinth, bukan untuk diri kita sendiri, tapi demi melindungi mereka yang kita sayangi di luar sana! Tidak ada jalan mundur! Pilihan kita hanya dua: Mati atau Tutup Void!!!"
Para Sentinel yang berbaris serempak mengangkat senjata mereka dan bersorak:
"Mati atau Tutup Void!!!"
Adrenalin mengalir deras dalam tubuh Kael. Suasana ini benar-benar membuatnya bersemangat sekaligus tegang.
Tanpa menunda waktu, semua Sentinel menaiki truk militer yang sudah disiapkan. Kendaraan berat ini memiliki bak belakang terbuka dengan bangku panjang di kedua sisi, mirip seperti yang digunakan tentara dalam misi khusus. Mesin truk menderu, lalu satu per satu kendaraan mulai melaju menuju VoidRift tujuan masing-masing.
Tim Kael yang berisi 8 orang termasuk 2 sentinel rank radiant tadi sebagai pemimpinnya ekspedisi menuju VoidRift Tingkat D, yang lokasinya tidak jauh dari Pasar Senen, hanya sekitar 3 kilometer dari markas mereka. Saat truk melaju di jalanan kota yang lengang, suasana terasa mencekam. Lampu jalan memantulkan bayangan aneh di dinding bangunan, seakan-akan kegelapan Void sudah mulai merayap keluar.
Beberapa Sentinel terlihat diam, fokus mempersiapkan mental mereka. Sementara itu, Kael duduk di pojok, merasa gugup namun berusaha menyembunyikannya. Ia mencengkeram Leather Side Suit yang baru dibelinya, mencoba meyakinkan dirinya bahwa ia siap menghadapi semua ini.
Tiba-tiba, di kejauhan, terlihat cahaya biru terang memancar ke langit—tanda keberadaan VoidRift. Energi misteriusnya menciptakan distorsi di udara, membuat sekelilingnya tampak seperti fatamorgana yang terus bergoyang.
Saat truk berhenti, semua Sentinel segera turun dan berbaris di depan mulut Void yang menganga.
Kael menatap celah dimensi di hadapannya. Sebuah portal raksasa dengan cahaya biru berputar seperti pusaran air yang siap menelan siapa saja yang berani memasukinya. Namun, yang paling mengerikan adalah kesunyian yang menggantung di udara—sebuah firasat buruk yang tak bisa diabaikan.
Di sekitar Void, beberapa petugas asosiasi sudah berjaga, mengenakan seragam khusus dengan emblem berbentuk matahari di dada mereka. Tak jauh dari sana, sekelompok Tim Penambang tampak bersiap dengan peralatan mereka, menunggu momen untuk masuk dan mengekstrak sumber daya berharga setelah ekspedisi selesai.
Kael menarik napas dalam-dalam.
"Ini dia... Ini pertama kalinya gue masuk ke Void... tapi gue nggak akan mundur!"
Ia menggenggam erat tinjunya, mengusir rasa gugup yang masih tersisa. Kini saatnya untuk membuktikan dirinya sebagai seorang Sentinel sejati!