Serigala yang ganas

Di hadapan VoidRift yang berputar perlahan seperti pusaran dimensi, delapan Sentinel berdiri tegap. Dua Sentinel Rank Radiant, lima Rank Luminous, dan satu Rank Ember—Kael sendiri. Masing-masing dari mereka mempersiapkan diri untuk memasuki Labyrinth yang menanti di balik celah tersebut.

Dari sisi kanan Kael, seorang gadis yang tadi siang mengobrol dengan nya tampak gelisah. Mala, salah satu Sentinel Rank Luminous, menggigit bibirnya dan mencuri pandang ke arah Kael sebelum berbisik:

"Psst... Hei, Kaelindra..."

Kael menoleh, melihat Mala yang terlihat sedikit pucat.

"Iya, Mala? Ada apa?"

Mala menunduk sedikit, suaranya terdengar cemas.

"Kamu deg-degan nggak? Ini pertama kalinya aku memasuki Labyrinth, dan... aku benar-benar gugup dan tegang."

Kael tersenyum, berusaha menenangkan nya.

"Tenang aja, Mala. Aku akan melindungi kamu."

Namun, bukannya berterima kasih, Mala malah meliriknya sinis dan menyilangkan tangan.

"Kamu itu Ember, sementara aku Luminous. Kamu lebih lemah dariku, gimana caranya kamu mau melindungi aku?"

Perkataan itu sedikit menusuk harga diri Kael, tapi ia hanya bisa menggaruk kepalanya sambil tertawa canggung.

"Hehe... Iya, iya, Mala. Mohon bantuannya ya?"

Sebelum Mala sempat membalas, Guntur Winagara dan Egi Gunawan, dua Sentinel Rank Radiant yang memimpin tim ini, memberikan perintah.

"Semuanya, siapkan senjata kalian. Sekarang ayo masuk, bersama-sama!"

Dengan tekad yang bulat, kedelapan Sentinel melangkah maju. Begitu mereka melewati VoidRift, tubuh mereka terasa seperti tersedot ke dalam pusaran, lalu—

Dalam sekejap, suasana berubah total. Mereka tidak lagi berada di dunia nyata. Kini, mereka berdiri di tengah hutan lebat, dengan pepohonan raksasa yang menjulang tinggi. Udara terasa lembab, dan cahaya matahari yang redup menembus sela-sela daun, menandakan waktu sudah mendekati senja.

Suasana Labyrinth terasa begitu nyata dan berbahaya. Pepohonan tua dengan akar yang mencuat dari tanah seakan menjadi saksi bisu bagi pertempuran yang akan terjadi.

"Semuanya tetap merapat, jangan berpisah!" seru Sentinel Guntur, tatapannya tajam menyapu area sekitar.

"Ayo kita maju perlahan dan tetap waspada," tambah Egi, menggenggam tongkat sihirnya dengan kuat.

Kelompok itu mulai melangkah maju, tapi hanya beberapa meter ke depan—

"Grrrhhhhh..."

Suara gemuruh menggema dari balik semak-semak. Dalam hitungan detik, dari balik pepohonan rimbun, sepuluh ekor serigala dengan bulu merah menyala muncul. Mata mereka menyala ganas, taring-taring tajam berkilauan di bawah sinar redup Labyrinth.

"Red Fang Wolves!" teriak Sentinel Ega Gunawan.

Monster-monster buas itu mengeram dalam posisi menyerang, mengelilingi tim seperti pemburu yang siap menerkam mangsa.

"Sringgg—!"

Suara logam beradu terdengar saat Guntur mencabut dua pedangnya. Kilatan listrik samar mengalir di sepanjang bilah pedangnya.

"Persiapkan diri kalian! Jangan biarkan mereka mengepung kita!"

Sentinel lain juga menarik senjata mereka—pedang, tombak, dan sihir mulai berpendar.

Kael, meski merasa sedikit gugup, mengambil posisi kuda-kuda, mengepalkan tinjunya dengan erat.

Lalu, dengan suara pelan, ia berbisik:

"Sentra... analisis."

Tiba-tiba, hologram transparan muncul di depan wajah Kael, menampilkan informasi tentang Red Fang Wolf secara rinci.

[Analisis Sentra]

Nama: Red Fang Wolves

Rank: E

Level: 5

Tipe: Monster Buas

Kelebihan:

Kecepatan tinggi

Cakar tajam mampu menembus armor ringan

Serangan grup yang terkoordinasi

Kelemahan:

Tulang leher dan perut lebih rapuh

Kurang tahan terhadap serangan sihir

Hanya Kael yang bisa melihat informasi ini.

"Jadi mereka Rank E dengan level 5..." gumamnya dalam hati.

Ia mengamati titik lemah mereka—tulang leher dan perut yang lebih rapuh. Itu adalah celah yang bisa dimanfaatkan!

Sementara itu, salah satu Red Fang Wolves melompat ke depan, cakarnya mencakar udara dengan ganas—pertarungan pun dimulai!

"Serang!!!"

Teriakan Ega menggema di tengah hutan Labyrinth, memicu pertempuran yang menggelegar!

Sepuluh ekor Red Fang Wolves melompat menerjang dari segala arah, cakarnya yang tajam berkilauan di bawah cahaya redup. Namun—

"Sringg! Sringg! Sringg!"

Kilatan pedang berkelebat cepat. Guntur, Sentinel Rank Radiant, menghilang dalam sekejap mata dan muncul di belakang salah satu serigala. Dengan gerakan yang hampir tak terlihat—

"Kilatan Guntur: Tebasan Pertama, Raungan Petir!"

Tebas!

Serigala itu tercincang habis, tubuhnya terbelah dalam percikan kilat. Sementara itu, Sentinel lain juga menghadapi serangan mereka masing-masing.

Dua ekor Red Fang Wolves melompat ke arah Sentinel Rank Luminous yang membawa tombak. Dengan cepat, ia mengayunkan tombaknya ke depan—

"Hraaah!"

Tebas!

Ujung tombaknya berhasil mengenai kedua serigala, menciptakan luka kecil di leher mereka. Namun—

"Grrrahhh!!"

Serangan itu belum cukup kuat. Serigala pertama langsung melompat lagi, cakarnya mengarah ke tubuh Sentinel itu!

Clang!

Sentinel itu menangkis dengan gagang tombaknya, tetapi cakar serigala tersebut tetap berhasil melukai tubuhnya, menciptakan tiga goresan yang dalam di bahunya.

Serigala kedua menyusul, siap mencabik perutnya—

Namun, sebelum taringnya berhasil menggigit—

"Penciptaan Api: Tembakan Bola Api Agung!"

BOOM!

Ledakan api menyapu kedua serigala itu! Mala berdiri tegap, tangannya masih menyala dengan api merah yang berkobar.

"Jangan lengah!" serunya, tetapi matanya menyipit saat melihat dua serigala itu masih hidup, hanya sedikit terbakar.

Mereka menerkam kembali, mata mereka yang menyala seperti bara api memancarkan kemarahan!

Namun—

"Swoosh!"

Guntur bergerak lebih cepat dari petir, pedangnya berkilauan dengan listrik saat ia berkelebat di antara kedua serigala.

"Kilatan Guntur: Tebasan Kedua, Kilat Ganda!"

Tebas! Tebas!

Dalam sekejap, dua kepala serigala itu terpenggal, darah berhamburan di tanah.

Sementara itu, dari belakang, Ega mengangkat tongkatnya tinggi-tinggi. Aura hijau bercahaya keluar dari tubuhnya, menyelimuti seluruh Sentinel.

"Iringan Musik Cahaya: Cahaya Kehidupan!"

Energi penyembuhan membanjiri seluruh tim, luka-luka mereka menutup dengan cepat, termasuk goresan dalam yang diderita Sentinel tombak.

"Jangan khawatir! Aku akan menyembuhkan kalian jika terluka!" kata Ega dengan percaya diri.

Di tengah pertempuran yang sedang berlangsung, Kael berhadapan langsung dengan satu ekor Red Fang Wolves.

Serigala itu menggeram, matanya yang merah menyala penuh kebuasan.

"Rawwwghh!!"

Serigala itu melompat ke arah Kael, cakarnya terangkat tinggi, siap mencabik tubuhnya.

Namun—

Kael miringkan tubuhnya ke samping, menghindari serangan itu dengan mulus!

Serigala itu mendarat dan langsung memutar tubuhnya, melompat lagi dengan kecepatan yang lebih cepat!

Kael kali ini melangkah maju, menunduk rendah, lalu—

Bukk!!!

Sebuah pukulan telak menghantam perut Red Fang Wolves dari bawah.

Mata serigala itu membelalak, darah menyembur dari mulutnya, tubuhnya terangkat ke udara sebelum akhirnya terjatuh dengan bunyi thud!

Tak bergerak.

Kael tersenyum sambil menepuk kedua tangannya.

"Hah… Dengan levelku sekarang, monster sekelas ini bukan masalah."

Dalam waktu singkat, kesepuluh ekor Red Fang Wolves telah dikalahkan. Beberapa tubuh mereka masih mengeluarkan asap dari serangan api Mala, sementara yang lain tergeletak dengan luka tebasan yang bersih.

Guntur menyarungkan pedangnya dan melirik timnya.

"Bagus. Pertempuran pertama kita berjalan lancar."

Mala menghela napas panjang, tangannya masih sedikit gemetar.

"Huff... Huff... Ini lebih menegangkan dari yang aku bayangkan."

Ega tertawa kecil, "Santai, ini baru awal."

Namun, sebelum mereka sempat beristirahat

Grrrrrhhhhh....

Dari kejauhan, terdengar suara yang lebih berat dan lebih dalam.

Dari dalam kegelapan hutan, sepasang mata merah menyala lebih besar dari Red Fang Wolf sebelumnya.

Kael menegang.

"Monster baru?"

Guntur menyipitkan mata.

"Tidak… Ini bukan sekadar monster biasa. Ini… Boss Labyrinth."

Angin kencang berhembus ketika sosok raksasa itu muncul dari balik kegelapan hutan.

"Apakah itu… Boss Labyrinth?" tanya salah satu Sentinel dengan nada gemetar.

Guntur, kembali menggenggam kedua pedangnya, menatap tajam ke depan.

"Dia bukan hanya Boss. Dia adalah pemimpin dari semua Red Fang Wolves yang baru saja kita hadapi."

Sorotan matanya menyala dengan determinasi.

"Semuanya, bersiap!"

Kael segera mengaktifkan sentra untuk memindai informasi tentang monster tersebut. Di atas tubuhnya, muncul tulisan bercahaya:

[Alpha Redfang Wolves]

Rank D | Level 15

Kael mengepalkan tangannya dengan erat, otot-ototnya menegang. Sementara itu, Mala bersiap dengan tongkat sihirnya di tangan kanan, sementara api berkobar di tangan kirinya.

Di belakang, Ega segera mengambil langkah mundur. Dengan suara tegas, ia mengaktifkan skillnya:

"Lantunan Musik Cahaya: Cahaya Kekuatan!"

Wuuung!

Aura hijau menyelimuti tubuh para Sentinel, memberikan mereka buff kekuatan. Dalam sekejap, energi tempur mereka meningkat drastis!

"Sekarang!" seru Mala.

Dia segera mengayunkan tongkatnya ke depan.

"Penciptaan Api: Tembakan Bola Api Agung!"

BOOOOMMMMM!!!

Ledakan api yang luar biasa menghantam tubuh Alpha Redfang Wolves. Namun, ketika asap tebal menghilang—

Monster itu masih berdiri, tanpa luka sedikit pun.

"Mustahil...!!"

Alpha Redfang Wolves menerjang dengan kecepatan luar biasa! Cakarnya yang sebesar pedang panjang berayun cepat, siap merobek siapa saja yang ada di jalurnya!

Namun, sebelum cakarnya mengenai para Sentinel—

"Kilatan Guntur: Tebasan Ketiga, Sayatan Tiga Petir!"

Tsaang!!

Dalam sekejap, Guntur telah melesat!

Tubuhnya berubah menjadi kilatan cahaya biru, menciptakan tiga tebasan kilat yang menyayat kaki Alpha Redfang Wolves!

"GRAAWWGHHH!!"

Monster itu mengeram kesakitan, tubuhnya sedikit terguncang.

Guntur tidak berhenti di situ. Dengan kecepatan luar biasa karena serangan nya barusan dia berada di udara, tepat di atas kepala monster raksasa itu!

Kilatan petir menyelimuti pedangnya.

"Kilatan Guntur: Teknik Pamungkas, Sambaran Halilintar!"

TSSSZZZZHHH!!

Dalam satu serangan yang maha dahsyat, Guntur menghunjamkan pedangnya ke leher Alpha Redfang Wolves!

Cahaya biru berkilauan di seluruh tubuh monster itu, petir meledak dalam suara gemuruh yang memekakkan telinga.

"RAWGGGHHH—!!!"

Tubuh Alpha Redfang Wolves menegang, energi listrik yang luar biasa merobek dagingnya, hingga akhirnya—

Tebas!

Kepala monster raksasa itu terpenggal dan jatuh ke tanah dengan dentuman keras!

THUD!

Tubuhnya yang sebesar bus tersungkur, tak lagi bergerak.

Para Sentinel memandang dengan mata terbelalak, tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka saksikan.

Guntur mendarat dengan anggun, pedangnya masih berkilauan dengan sisa energi petir. Dengan santai, dia menyentakkan pedangnya ke samping, membersihkan darah dari bilahnya sebelum menyarungkannya kembali.

Lalu, dengan senyum kecil, ia berkata:

"Tidak perlu khawatir. Aku sudah membereskannya."

Para Sentinel tercengang, lalu—

"Luar biasa!" seru Mala dengan kagum.

"Jadi ini kekuatan Sentinel Rank Radiant..." gumam Kael, matanya masih terpaku pada tubuh monster yang terbunuh dengan hanya beberapa serangan.

Sentinel yang lain pun memuji aksi Guntur, terinspirasi oleh kekuatannya yang luar biasa.

Namun, Guntur hanya tersenyum santai, lalu berkata:

"Tenang saja. Boss-nya sudah berhasil kita kalahkan."

Kemudian Guntur dengan tenang menoleh ke arah timnya.

"Sekarang, ayo cari harta di Labyrinth ini."

Para Sentinel menoleh ke arahnya dengan antusias, meski beberapa masih merasa waspada setelah pertarungan sengit tadi.

"Kita bagi dua tim," lanjut Guntur. "Aku bersama Ega. Kalian berenam ke arah lain, oke?"

Para Sentinel saling bertukar pandang.

"Kami harus berpisah dari Anda?" salah satu dari mereka bertanya dengan ragu. "Bagaimana kalau ada monster yang lebih kuat dari serigala-serigala tadi?"

Sebelum Guntur bisa menjawab, Ega tertawa kecil dan mengeluarkan benda kecil berbentuk seperti kunci alarm.

"Tenang aja," katanya dengan santai. "Boss-nya sudah kita kalahkan. Kalau kalian bertemu monster, cukup pencet ini. Aku dan Guntur akan langsung datang dan menyelamatkan kalian."

Ega mengayunkan alat itu ke udara, memperlihatkannya kepada semua orang.

Lalu melemparkannya ke arah saah satu sentinel.

"Lagian," lanjutnya. "Setelah Boss Labyrinth dikalahkan, Void akan tertutup dalam waktu 1-2 jam. Jadi kita harus buru-buru mencari harta sebelum kesempatan ini hilang."

Para Sentinel masih ragu. Tapi perintah dari Guntur tidak bisa ditolak.

"Baiklah," ujar mereka akhirnya.

"Kalian pergilah lurus ke depan," perintah Guntur. "Aku dan Ega akan menyusuri ke arah samping."

Para Sentinel mengangguk. Akhirnya, mereka berpisah menjadi dua tim.

Namun, saat kedua tim mulai berpisah—

Guntur dan Ega saling melempar senyum aneh dan mencurigakan.

Kael, yang sejak tadi hanya mengamati, merasakan sesuatu yang janggal.

Saat ia berjalan bersama kelompoknya, ia diam-diam mengaktifkan Sentra, sistem AI yang tertanam dalam pikirannya.

"Sentra," bisiknya. "Apa benar serigala tadi itu adalah Boss Labyrinth?"

Suara mekanis Sentra segera menjawab dalam pikirannya.

"Tidak, Tuan. Serigala itu hanyalah Stage Boss atau pemimpin dari kawanan sebelumnya. Kemungkinan besar, Boss Labyrinth yang sebenarnya masih belum menunjukkan diri."

Kael seketika terdiam.

"Apa…?"

Jantungnya berdetak lebih cepat. Ia langsung mengingat bagaimana Guntur dan Ega tersenyum mencurigakan sebelum mereka berpisah.

"Jadi… mereka berbohong?"

Pikirannya berputar. "Kenapa mereka mengatakan kalau Boss sudah dikalahkan? Kenapa mereka ingin kita terbagi dalam dua kelompok? Sepertinya ada sesuatu yang tidak beres…"

Ia menoleh ke rekan-rekannya, yang masih bersemangat mencari harta di dalam Labyrinth.

Namun, rasa gelisah di dadanya semakin kuat.

"Apa kita baru saja membuat keputusan yang salah…?"

Sambil melangkah lebih jauh ke dalam Labyrinth, Kael tidak bisa menghilangkan perasaan buruk yang menghantuinya.