BAB 29

Puluhan ribu mayat gosong suku penyihir mengelilingi A Luo Jin, suara bisik-bisik mereka mendadak terhenti. Mereka serentak berbalik menghadap pintu gua, menatap Sheng Lingyuan—baik yang ada dalam ingatan maupun di luar ingatan, baik tiga ribu tahun yang lalu maupun tiga ribu tahun kemudian—menuntut tanpa suara.

Seolah-olah ruang dan waktu membeku.

Dalam keheningan yang mencekam itu, A Luo Jin yang sedang memegangi kepalanya berdiri perlahan dan dengan suara lembut bertanya, "Lingyuan gege, bagaimana ayahku meninggal?"

Dan Li yang mengenakan topeng langsung berseru dengan lantang, "Yang Mulia, jangan mendekat!"

"Apakah dia?" 

A Luo Jin mengarahkan tangannya ke arah Dan Li, dan bola matanya mengikuti gerakan itu. Pada saat yang sama, semua mayat gosong suku penyihir juga menoleh ke arah yang sama sesuai dengan arah jarinya.

"Ataukah kau?"

Yang lebih mengerikan adalah, saat kepala A Luo Jin menunjukkan ekspresi setengah tersenyum dan setengah mengejek, semua mayat suku penyihir juga menampilkan ekspresi yang persis sama.

Pemuda yang cerah bak matahari itu berubah menjadi seekor laba-laba, dengan jaring raksasa yang dipenuhi serangga tak berdaya, semua berada di bawah kendalinya.

Dan Li berteriak lantang, "Yang Mulia, A Luo Jin sudah jatuh ke dalam kegelapan! Semua mayat di dalam gua ini telah menjadi boneka Kupu-Kupu Wajah Manusia miliknya! Tidak ada yang hidup di tempat ini!"

Mendengar itu, A Luo Jin tertawa keras, dua aliran air mata darah mengalir dari kepala yang ia pegang di pelukannya. Semua penyihir pun ikut membuka mulut mereka.

"Orang hidup… apakah orang hidup begitu mulia?"

Sheng Lingyuan yang berada di luar ingatan, berdiri jauh di kerumunan, menyaksikan tragedi ini tanpa emosi yang jelas, lalu dengan tenang menyambung kata-katanya sebelumnya: "Api putih murni itu, juga disebut 'Api Nanming yang Membakar Jiwa'. Iblis kecil, kau menyebut dirimu 'Penjaga Api Nanming', apa kau benar-benar tidak melihat perbedaan antara api ini dan api biasa?"

*Nanming: Selatan. Nanming (南明) secara harfiah berarti "Cahaya Selatan" atau "Terang Selatan." Dalam konteks tertentu, 南 (Nán) mengacu pada "selatan," dan 明 (Míng) dapat berarti "cahaya" atau "terang." Kalau banyak terbaliknya dalam penerjemahan, mohon maaf t___t

Namun Xuan Ji menjawab dengan senyuman pahit, bukan dengan jawaban langsung: "Yang Mulia, sepanjang hidupmu, pernahkah kau mengatakan satu kebenaran pun kepada orang lain?"

Sheng Lingyuan mendengar ini, perlahan menoleh, dan tersenyum padanya. "Oh? Apa maksudmu mengatakan itu?"

Xuan Ji tiba-tiba menyadari bahwa di bawah sudut luar mata kiri Sheng Lingyuan ada sebuah bekas luka. Bekas luka itu hampir sepenuhnya pudar dan biasanya tidak terlihat, namun saat dia tersenyum, ketika otot matanya menonjol, ada lekukan putih kecil seperti setetes air mata yang tergantung di sana.

Di dalam ruang "Su Hui," mayat-mayat gosong para penyihir mulai bergerak, mengikuti kehendak A Luo Jin, menyerbu keluar dari gua. Di sisi lain, Dan Li yang mengenakan topeng dengan cepat membuat gerakan jari, dan api putih murni terbang keluar dari kedua lengan bajunya. Api itu membentuk burung besar, yang melengking tajam sebelum terbang menuju gua dan altar yang penuh dengan aura kematian.

Namun, sang kaisar muda menghalangi burung api itu dengan tubuhnya sendiri. Tenggorokannya robek saat dia berteriak dengan suara yang tidak lagi menyerupai manusia, "Berhenti!"

Dan Li berteriak marah, "Yang Mulia, jika kau membiarkan mereka keluar dari sini, di mana tempat bagi jutaan rakyat?"

Perkataan itu memiliki makna ganda—

Kupu-Kupu Wajah Manusia yang telah menjadi kutukan jahat, jika lolos keluar, akibatnya tidak dapat diprediksi. Karena kupu-kupu ini jelas berbeda dari jenis aslinya, salah langkah saja dapat menyebabkan wabah yang diam-diam menyebar.

Belum lagi soal A Luo Jin. Ketika dia masih seorang manusia biasa, kepribadiannya sudah sangat ekstrem. Dia membenci suku iblis tanpa pandang bulu, tidak peduli apakah ada yang baik atau memiliki pandangan netral. Setiap kota suku iblis yang dia kunjungi pasti dihancurkan sepenuhnya, tanpa menyisakan satu pun makhluk hidup.

Lalu... apakah kebencian itu akan berlipat ganda, dialihkan sepuluh kali lipat ke umat manusia?

A Luo Jin yang telah dirobek dan dipulihkan oleh kutukan berkali-kali, hidup tanpa bisa mati dan mati tanpa benar-benar mati, kini telah jatuh ke dalam kegelapan saat masih bernapas. Apakah dia harus membunuh semua orang di dunia?

Sheng Lingyuan muda memahami ini. Dengan suara "boom," burung api putih itu melintas di atasnya, melesat ke dalam gua dan jatuh ke ribuan mayat boneka suku penyihir. Orang-orang di dalam api berteriak dan menangis dalam penderitaan... seolah-olah mereka masih hidup.

Namun, api itu tidak dapat menghanguskan mereka, tidak dapat membunuh mereka.

Sheng Lingyuan muda berlutut dengan putus asa. Dia hanya bisa menyaksikan mayat-mayat gosong itu berjuang dalam lautan api, tanpa pembebasan. Setelah beberapa waktu, dia tiba-tiba mencabut sebilah belati aneh dari pinggangnya dan menebas kepala salah satu suku penyihir terdekat. Begitu kepala itu jatuh, tubuh penyihir tersebut bergetar sebentar sebelum roboh, dan seekor kecil Kupu-Kupu Wajah Manusia keluar dari tubuhnya.

A Luo Jin yang penglihatannya tertutup oleh nyala api meluap, berteriak marah, "Dan Li! Kau di mana? Pembohong! Kau di mana! Kau akan mati tanpa kehormatan!"

Suara Dan Li terdengar dari luar gua, "Yang Mulia! Kau sendiri yang memanjakannya hingga menjadi seperti ini. Berapa lama lagi kau akan terus memanjakannya!"

Sheng Lingyuan muda mengeluarkan teriakan keras, lalu berlari ke altar. Api yang mengamuk seolah-olah sengaja menghindarinya, bahkan tidak membakar ujung pakaiannya. Kupu-kupu yang keluar dari tubuh para penyihir yang dipenggal juga menghindarinya, kemudian bergabung menjadi cahaya putih yang terbang ke arah A Luo Jin. Sayap-sayap kupu-kupu itu dipenuhi wajah manusia, membentuk ekspresi antara senyuman dan kecaman. Sheng Lingyuan segera menyusul dan menebasnya menjadi dua bagian dengan satu sabetan.

Pisau pendeknya terus melaju tanpa kehilangan momentum, seperti pelangi putih yang terang, menusuk dada A Luo Jin.

Mata pisaunya memantulkan kilauan dingin, dan di gagangnya, sebuah tulisan suku penyihir perlahan muncul.

A Luo Jin menatap pisau itu dengan ketidakpercayaan, "Ini adalah pisau yang pertama kali kubawa bersama sukuku... saat meninggalkan Dongchuan... yang kucuri dari ayahku... Pisau ini melindungi keselamatan dan mengusir semua kejahatan... Gege..."

Aku telah memberikannya kepadamu.

Dalam ingatan, sang kaisar muda larut dalam kesedihan yang mendalam.

Di luar ingatan, arwah ribuan tahun yang berdiri hanya menyaksikan, seolah-olah ini tidak ada hubungannya dengannya.

Xuan Ji dengan cepat mundur, berkata, "Aku tidak pernah menyinggungmu."

Senyum di sudut mata Sheng Lingyuan semakin dalam, "Lalu kenapa dalam matamu ada sebuah 'Panduan Seribu Iblis'? Apakah kau tahu, 'Panduan Seribu Iblis' adalah karya tangan Dan Li sendiri? Apa pun tujuanmu menyegel jasadku, memelihara mayat iblis harus disertai kesiapan untuk menghadapi balasannya—"

Sebelum kata "Dan Li" selesai bergema, api dahsyat di dalam gua tiba-tiba memunculkan badai, disertai jeritan menyayat hati A Luo Jin yang melolong keluar, meniup topeng dari wajah Dan Li.

Topeng Dan Li terlepas oleh angin liar itu, dan di baliknya, terlihat sebuah wajah yang ternyata identik dengan wajah Xuan Ji!

Saat wajah itu tersingkap, di belakang Xuan Ji, sebuah tangan menembus kehampaan, muncul dengan lubang berdarah di telapak tangannya, dan langsung mencengkeram leher Xuan Ji. Hampir bersamaan, Sheng Lingyuan bergerak cepat, menggunakan Xuan Ji sebagai tameng, entah bagaimana tangannya kini memegang sebuah paku. Tanpa peduli apakah tangan tersebut masih mencengkeram leher Xuan Ji, Sheng Lingyuan menusukkan paku itu langsung ke arah tangan tersebut.

Dalam hati Xuan Ji mengutuk, Aku sudah tahu ini akan terjadi!

Berharap belas kasihan dari iblis tua itu jelas sia-sia, jadi di saat genting, Xuan Ji hanya bisa menyelamatkan dirinya sendiri. Dia mengeluarkan sebuah koin dari sakunya, koin itu memancarkan kilauan api. Dengan cepat, dia menekan koin itu ke pergelangan tangan yang mencengkeram lehernya. Suara "cizz" terdengar, dan tangan itu hampir saja terbakar habis. Xuan Ji memanfaatkan momen saat cengkeraman tangan itu melonggar untuk menyelinap pergi, hanya nyaris selamat dari paku Sheng Lingyuan yang tertancap ke lubang berdarah di telapak tangan tersebut. Paku itu masuk dari satu sisi dan keluar dari sisi lain, bahkan nyaris menggores leher Xuan Ji—untung dia bergerak cepat, kalau tidak, dia dan iblis tua itu bisa saja tertusuk bersamaan seperti sate buah!

Sheng Lingyuan berkata tanpa sepenuh hati, "Maaf, ini hanya tindakan darurat, tidak bermaksud melukaimu."

Rasa hormat terakhir Xuan Ji kepada Kaisar Wu menguap seperti asap, dan dari sela-sela giginya, dia melontarkan, "Salam untuk ibumu."

Di saat berikutnya, Sheng Lingyuan menarik seseorang keluar dari kehampaan—itu adalah A Luo Jin, dengan lubang berdarah di tengah alisnya, sosok yang telah keluar dari peti mati.

Begitu dia menangkap A Luo Jin, mantra Su Hui langsung hancur. Semua pemandangan kenangan di sekitar mereka pecah berkeping-keping, membawa mereka kembali ke tempat pemakaman suku penyihir yang suram.

Sheng Lingyuan bertindak dengan sangat cepat dan tanpa ragu. Dalam sekejap mata, tangan dan kaki A Luo Jin, serta dadanya, telah dipaku hingga tak berdaya. Meski begitu, mata penuh dendam A Luo Jin tetap terpaku pada Xuan Ji.

"Kenapa kau menatapku seperti itu?!" Xuan Ji berkata dengan kesal sambil memegangi lehernya, merasa sangat tidak adil hingga perutnya terasa sakit. "Belum sadar juga? Dia langsung menggunakan aku sebagai umpan untuk memancingmu keluar. Dan Li dalam ingatan itu pada dasarnya hanya pecahan kepribadian dari dia sendiri! Dan Li tidak pernah benar-benar terlihat seperti itu! Bagaimana bisa ada makhluk sebodoh dirimu di kalangan para iblis?"

A Luo Jin, yang tidak terbiasa dengan campuran bahasa Mandarin modern dan istilah-istilah internet, tidak memahami satu pun tanda baca dari ucapan itu. Namun, dia tetap menatap Xuan Ji dengan penuh kebencian.

Sheng Lingyuan mengangkat alisnya sedikit, "Pintar sekali, iblis kecil. Sejak kapan kau menyadarinya?"

Xuan Ji membersihkan tenggorokannya yang serak dengan agak berlebihan, lalu memberikan senyuman palsu. "Ketika kau mengatakan bahwa karena nostalgia kau mudah terjebak dalam ingatan masa muda, dan menyuruhku untuk bertanya sesuatu, aku merasa ada yang tidak sesuai—apakah bagian itu benar-benar ingatanmu?"

Ingatan dalam Su Hui jelas memiliki latar belakang emosi yang kaya, penuh dengan cinta dan benci yang saling terkait, jelas tidak cocok dengan sikap dingin seperti sumur tua dari iblis tua itu.

Dalam pertemuan itu, Xuan Ji segera menyadari bahwa iblis tua ini sama sekali tidak memiliki sifat manusiawi. Dari mana datangnya begitu banyak drama melankolis?

Dia bahkan tidak peduli dengan reaksi balik berupa petir dari naskah ritual yinchen, apalagi mengharapkan sebuah mantra Su Hui sederhana bisa membuatnya rela mengungkapkan ingatannya? Mimpi apa itu?

Sheng Lingyuan menilai dari ekspresi Xuan Ji bahwa meskipun mulutnya mengatakan sesuatu yang masuk akal, dalam hatinya mungkin sudah mencaci maki leluhurnya sendiri. Dengan tenang, dia berkata, "Hmm, seorang yang memahami."

"Ketika Dan Li, tokoh penting ini, tidak menunjukkan wajahnya, aku mulai curiga bahwa kau berniat menggunakan orang ini sebagai alat."

"Dan Li memang tidak pernah menunjukkan wajah aslinya," kata Sheng Lingyuan. "Meskipun tidak menutupi wajah, dia pasti mengenakan topeng dari kulit manusia. 'Wajah seperti perempuan cantik' yang diwariskan pada generasi berikutnya hanyalah topeng yang paling sering dia gunakan. Bahkan hingga kematiannya, A Luo Jin tidak pernah melihat wajahnya. Aku tidak memiliki kemampuan sehebat itu untuk menciptakan ingatan palsu di hadapan pemilik mantra Su Hui."

Xuan Ji mencibir, "Ya, kalau tidak, apa yang akan kau gunakan sebagai umpan? Tetapi meskipun tidak menunjukkan wajah adalah satu hal, orang ini selalu berada di sisimu, memainkan peran penting, tetapi dalam ingatanmu bahkan keberadaannya lebih rendah daripada pengawal. Ini menunjukkan bahwa kau menekan ingatanmu sendiri untuk menghindari terlalu sering memikirkannya, jika tidak, drama berikutnya akan sulit untuk dimainkan—Yang Mulia, meskipun aku tidak pandai matematika, aku setidaknya menyelesaikan sembilan tahun pendidikan wajib. Ingatan itu memiliki sudut pandang tiga orang, apa kau pikir aku tidak bisa berhitung?"

Logika ini sebenarnya sangat sederhana—jika ingatan dalam mantra Su Hui adalah milik Sheng Lingyuan, maka semua sudut pandang pasti hanya milik Sheng Lingyuan.

Namun jika diperhatikan dengan cermat, dalam ingatan yang baru saja mereka alami terdapat tiga sudut pandang: A Luo Jin, Sheng Lingyuan, dan yang paling aneh—Dan Li.

Di antaranya, sudut pandang Dan Li muncul paling akhir, sangat tersembunyi, dan isinya sangat sedikit, hanya pada bagian suku penyihir bersembunyi di gua dan Boneka Kulit Manusia menyalakan altar—karena Boneka Kulit Manusia dikendalikan oleh Dan Li, sudut pandangnya sebenarnya adalah sudut pandang Dan Li.

Ingatan subjektif seseorang selalu berasal dari sudut pandang dirinya sendiri, pasti tidak akan ada perubahan sudut pandang, dan tidak mungkin "mengingat" adegan di mana dirinya sama sekali tidak hadir. Terlebih lagi, perubahan sudut pandang yang mengalir seperti dalam film ini tidak mungkin terjadi.

Oleh karena itu, ingatan dalam mantra "Su Hui" ini jelas bukan milik satu orang.

Ketika mereka berdua terseret ke dalam jurang ingatan Su Hui, adegan pertama adalah suku penyihir menyelamatkan pangeran kecil yang terluka, saat pemimpin muda suku penyihir dan Sheng Lingyuan pertama kali bertemu. Jika dipikirkan dengan saksama, itu sebenarnya adalah ingatan A Luo Jin. Sebab, pada saat itu Sheng Lingyuan sedang terluka parah, setengah sadar, digendong oleh pemimpin suku mendaki gunung, sehingga sulit baginya untuk mengingat secara rinci pemandangan di lereng yang membuat suku penyihir terkejut.

Tokoh utama pertama yang mereka temui dalam ingatan itu juga adalah A Luo Jin.

Iblis tua Sheng Lingyuan yang begitu tajam seharusnya sudah menyadari saat itu bahwa ada penyihir mantra yang tersembunyi dalam "Su Hui."

Jadi, yang berkutat dalam kenangan sepele dari masa mudanya bukanlah Sheng Lingyuan yang tanpa perasaan ini, melainkan A Luo Jin sendiri.

Tidak heran ketika Xuan Ji mencoba menghibur, "iblis tua yang terjebak dalam masa lalu" ini bereaksi dengan begitu tenang.

Ketika Sheng Lingyuan memintanya untuk "mengajukan pertanyaan," sebenarnya itu dimaksudkan untuk A Luo Jin.

Xuan Ji berkata, "Beberapa titik waktu dalam peristiwa besar dalam ingatan itu sesuai dengan kerangka sejarah yang aku ketahui, jadi aku menyimpulkan bahwa ingatan itu seharusnya nyata... tetapi sebagian besar ingatan itu adalah miliknya, bukan?"

"Oh, apa yang membuatmu berpikir begitu?"

"Ingatan dalam Su Hui ini meskipun berisi hubungan antara kau dan A Luo Jin, hanya ada menteri dan pejabatmu yang wajahnya samar seperti alat. Di sisi lain, suku penyihir lebih hidup, dengan adat dan kebiasaan mereka dipamerkan hingga detail terkecil, seolah-olah seseorang sangat ingin memberitahuku kebenaran tentang jatuh bangunnya suku penyihir, bahkan hampir seperti ada keinginan untuk 'mengungkapkan.' Yang Mulia, kau ini orang seperti apa, tahu tidak cara menulis kata 'mengungkapkan'?"

Sheng Lingyuan menjawab dengan tenang tanpa bergerak, "Hmm, bagus."

"Selain menekan ingatan, mengosongkan pikiran, kau hanya menyesuaikan diri dengan emosinya, berusaha keras untuk memancingnya muncul," kata Xuan Ji dengan dingin. "Apakah pertama kali aku bicara sembarangan, mengatakan bahwa kisah kalian melarikan diri dari suku iblis saat kecil itu tidak wajar, yang memberimu inspirasi untuk menyalahkanku?"

Sheng Lingyuan dengan jujur menjawab, "Bukan, terseret ke dalam mantra jahat adalah kelalaianku, situasinya cukup mendesak, tentu saja aku menggunakan apa yang ada di sekitarku."

Xuan Ji: "..."

Terima kasih banyak atas pujianmu!

"Kau tahu pemusnahan suku penyihir adalah ingatan paling tragis bagi A Luo Jin, di saat seperti itu dia paling mudah kehilangan akal, jadi kau sengaja memasukkan sudut pandang Dan Li secara halus dan tidak mencolok."

"Itu tidak sulit, cukup bayangkan aku adalah dia," kata Sheng Lingyuan dengan tenang. "Aku memang diajari olehnya sejak awal."

Xuan Ji tersenyum pahit, "Iya, dalam Su Hui hanya ada kau, aku, dan A Luo Jin. A Luo Jin adalah pemilik mantra Su Hui, dia pasti bisa membedakan mana sudut pandangnya sendiri dan mana sudut pandangmu. Sedangkan sudut pandang ketiga yang tiba-tiba muncul hanya bisa jadi ingatanku—dia secara alami akan berpikir bahwa sudut pandang Boneka Kulit Manusia itu milikku. Saat dia terpancing emosinya, dia pasti akan muncul menganggapku musuh yang harus dimusnahkan. Aku ini umpannya, pelampung pancing, sekaligus perisai manusiamu! Kau mau membayarku berapa gaji, Yang Mulia, karena aku harus memerankan begitu banyak peran?"

"Dan Li selalu bersembunyi di balik bayang-bayang, hidup di bawah topeng sepanjang hidupnya," kata Sheng Lingyuan. "Hingga aku memenjarakannya dan memenggalnya, baru aku melepas topengnya. Di bawahnya hanyalah wajah penuh darah dan daging, sulit dikenali. Aku sendiri tidak pernah melihat wajah aslinya. Meminjam wajahmu untuk itu, terima kasih."

Dia mengucapkan kata-kata ini dengan nada yang jelas dan lugas. A Luo Jin yang dipaku di sana akhirnya menunjukkan sedikit perubahan di raut wajahnya.

"Dan Li telah mati ribuan tahun yang lalu," Sheng Lingyuan dengan lembut mengangkat tangan dan menutup mata A Luo Jin. "Kau dan aku juga sama. Dunia ini kini tidak lagi membedakan antara manusia dan iblis, selama hampir seratus tahun tidak ada perang. Api Chiyuan juga sudah lama padam, A Luo Jin..."

A Luo Jin perlahan mengucapkan sesuatu dalam bahasa suku penyihir, dengan pelan, satu kata demi satu kata, hingga bahkan Xuan Ji dapat mengenalinya. Itu adalah kata-kata yang dia ucapkan saat menjelang kematiannya dalam ingatan.

Xuan Ji bertanya, "Apa yang dia katakan?"

Sheng Lingyuan tidak menjawab, dia memasukkan paku terakhir ke tengah alis A Luo Jin. A Luo Jin akhirnya tak lagi bergerak. Cahaya yang berkilauan di matanya perlahan meredup, dan akhirnya tertutup.

Sheng Lingyuan mengangkat tubuh mengerikan itu, melompat ke peti batu di tengah kolam, dan meletakkannya kembali. Dengan satu kibasan lengan, naskah ritual yinchen di atas altar hancur berkeping-keping.

Xuan Ji tidak mendekat, masih ada bekas cekikan A Luo Jin di lehernya. Dari kejauhan, dia memandang iblis tua itu yang tampak berpura-pura sentimental—Sheng Lingyuan bersandar di peti mati, menatap A Luo Jin untuk waktu yang lama.

Seolah-olah dia peduli.

"Aku bilang, Yang Mulia," Xuan Ji berkata dengan tangan bersilang di dada, setengah mengejek, "Pose perpisahanmu sudah lima menit, cukup untuk para penonton mengambil foto bersama. Sudah, pergi saja."

Barulah Sheng Lingyuan tersadar seperti dari mimpi, mengangkat tangannya untuk menutup tutup peti mati, lalu perlahan berdiri tegak.

Namun, saat itu, siku yang menopang peti perunggu tiba-tiba melemah. Sheng Lingyuan dengan cepat menoleh, menutup mulutnya—

Darah merembes keluar dari sela-sela jarinya.