Hari itu, Anisa masih memikirkan surat misterius yang diterimanya. Sudah tiga hari berlalu, tapi ia belum menemukan petunjuk siapa pengirimnya. Setiap kali berjalan di lorong sekolah, ia merasa ada yang mengawasinya, tetapi begitu ia menoleh, tidak ada siapa-siapa.
Saat jam istirahat, Dimas mengajaknya ke perpustakaan untuk mencari referensi tugas sejarah. Dengan malas, Anisa mengikuti. Di antara rak buku yang tinggi, suasana perpustakaan terasa sepi dan sunyi.
Saat mencari buku di rak bagian sejarah, ia tiba-tiba melihat sebuah kertas kecil terselip di dalam buku berjudul "Sejarah Olahraga Indonesia".
Rasa penasaran membuatnya menarik kertas itu dan membacanya.
Anisa,
Aku suka melihatmu membaca.
Kamu terlihat lebih tenang saat di perpustakaan.
Jika kamu ingin tahu siapa aku, coba cari petunjuk berikutnya di tempat favoritmu bersama teman-temanmu.
_Dari seseorang yang mengagumimu...
Mata Anisa membesar. Jantungnya berdebar.
Jadi, ini bukan surat terakhir?
"Lo kenapa, Nis?" tanya Dimas yang baru kembali dari rak lain.
Anisa buru-buru menyembunyikan kertas itu di dalam bukunya.
"Gak apa-apa!" katanya cepat.
Dimas menatapnya curiga.
"Serius?"
Anisa mengangguk cepat.
"Ayo balik ke kelas."
~~~~
Sore hari, di warung Bu Ratna
Seperti biasa, lima sahabat itu berkumpul di warung kecil dekat komplek. Warung ini adalah tempat mereka berbagi cerita sejak kecil, mulai dari curhat nilai jelek sampai rencana masa depan.
Saat menunggu pesanan mereka datang, Anisa akhirnya menunjukkan kertas kedua kepada mereka.
"Gue nemuin ini di perpustakaan," katanya pelan.
Mereka semua membaca isi surat itu. Bayu langsung bersiul.
"Gila, kayak main detektif!"
Dimas mengernyit.
"Tempat favorit lo? Maksudnya warung Bu Ratna ini?"
"Kayaknya sih," gumam Anisa. "Gue harus nyari petunjuk di sini?"
Mereka saling berpandangan. Tanpa pikir panjang, mereka mulai mencari di setiap sudut warung. Rizky membuka rak buku kecil di pojokan, Dimas memeriksa bawah meja, Bayu bahkan memeriksa toples kerupuk.
Sementara itu, Baskara hanya duduk diam, mengamati mereka dengan tenang.
Tiba-tiba, Anisa melihat sesuatu terselip di belakang kalender warung. Dengan cepat, ia menarik kertas itu dan membacanya dengan suara pelan.
Anisa,
Aku selalu ada di dekatmu.
Aku melihat bagaimana kamu tertawa, kesal, dan bersemangat.
Aku ingin mengatakan ini langsung, tapi aku belum cukup berani.
Petunjuk selanjutnya ada di tempat kita biasa menonton TV bersama.
_Dari seseorang yang mengagumimu...
Anisa menatap teman-temannya dengan ekspresi kaget dan bingung.
"Tempat kita biasa nonton TV?" gumamnya.
Mereka semua langsung saling pandang. Jawabannya jelas -rumah Baskara.
Siapa sebenarnya orang ini?