Setelah kejadian di rumah Baskara, Anisa merasa aneh. Ia mencoba bersikap biasa, tetapi setiap kali bertemu Baskara, hatinya terasa tidak tenang.
Apakah selama ini ia terlalu buta untuk menyadarinya?
Di satu sisi, Baskara adalah sahabatnya—seseorang yang selalu ada di sampingnya, yang diam-diam memperhatikannya, yang tahu semua kebiasaannya, bahkan yang lebih sering mengingat ulang tahunnya dibanding keluarganya sendiri.
Tapi di sisi lain… apakah ia juga menyukai Baskara?
~~~
(Di sekolah)
"Lo kelihatan aneh hari ini," komentar Rina, teman sebangkunya.
Anisa tersentak.
"Apaan sih? Gue biasa aja."
"Bohong banget," Rina menyipitkan mata. "Pasti gara-gara surat cinta misterius lo, kan?"
Anisa hanya mendengus, mencoba tidak menanggapi, tetapi Rina semakin penasaran.
"Jadi, siapa orangnya?"
Anisa diam sejenak.
"Gak penting."
"Wah, berarti lo masih bimbang?" goda Rina.
Anisa tidak menjawab.
Bimbang? Mungkin benar.
Ia tidak pernah memikirkan kemungkinan menyukai salah satu sahabatnya sendiri. Selama ini, ia selalu menganggap mereka semua seperti keluarga.
Tapi sekarang, setiap kali mengingat senyum tipis Baskara di hari itu, pipinya terasa hangat.
~~~
(Sore hari, di warung Bu Ratna)
Seperti biasa, kelima sahabat itu berkumpul, tetapi kali ini suasananya berbeda. Baskara lebih pendiam dari biasanya, sementara Rizky terlihat lebih dingin.
Anisa mencoba bersikap biasa, tetapi sesekali ia menangkap tatapan Dimas dan Bayu yang seakan mengamati dinamika aneh di antara mereka.
Ketika mereka akhirnya bubar dan pulang, Anisa berjalan pelan di trotoar, masih memikirkan semuanya.
Tiba-tiba, seseorang berjalan di sampingnya.
Rizky.
"Lo suka dia?" tanyanya tanpa basa-basi.
Anisa tersentak.
"Hah?"
"Baskara."
Anisa menggigit bibirnya.
"Gue… gak tahu."
Rizky menatap lurus ke depan.
"Kalau lo gak tahu, jangan beri dia harapan."
Nada suaranya terdengar lebih dingin dari biasanya, dan itu membuat Anisa terdiam.
Ketika Rizky berbelok ke arah rumahnya, Anisa berdiri di pinggir jalan, merasakan sesuatu yang baru—sebuah tekanan yang belum pernah ia alami sebelumnya.
Di satu sisi, ia tidak ingin kehilangan Baskara sebagai sahabat.
Tapi di sisi lain… bagaimana jika selama ini ia memang menyukainya, hanya saja tidak menyadarinya?