Bab 3: Pertemuan Takdir

Keheningan memenuhi gua itu. Kilatan cahaya samar dari bola energi yang menghilang masih meninggalkan bayangan di dinding batu. Kael menatap gadis di depannya dengan tatapan tajam.

Dia tidak mengenalnya, tetapi melihat pakaian dan lambang di jubahnya, jelas bahwa dia bukan orang sembarangan.

Gadis itu menggenggam gagang belatinya dengan kuat, seakan siap menyerang kapan saja. Namun, tatapannya lebih dipenuhi kebingungan daripada permusuhan.

"Dia takut… tapi bukan hanya kepadaku. Dia juga takut pada sesuatu yang lain."

Kael melangkah perlahan, tidak ingin membuatnya panik.

"Aku ulangi pertanyaanku," kata gadis itu dengan suara yang tetap dingin meskipun ada sedikit getaran. "Apa yang baru saja kau lakukan?"

Kael tersenyum tipis. "Memahami sesuatu."

Gadis itu mengernyit. "Itu bukan jawaban."

"Memang tidak."

Tatapan mereka bertemu. Mata gadis itu menyala dengan keteguhan, tetapi Kael tidak mundur.

Namun sebelum percakapan bisa berlanjut, suara gemuruh terdengar dari luar gua.

Dua sosok bersenjata muncul, mengenakan armor hitam dengan lambang berbentuk pedang bermahkota di dada mereka.

Kael mengenali mereka segera. Knight of Eldoria. Prajurit elit kerajaan.

Salah satu dari mereka, seorang pria dengan janggut pendek dan ekspresi dingin, melangkah maju. "Tuan Putri, menjauhlah dari orang itu."

Kael mengangkat alis. Tuan Putri?

Gadis itu mendecak kesal. "Aku sudah bilang, aku bisa menjaga diriku sendiri."

"Perintah Raja jelas, kami tidak bisa membiarkan Anda berisiko," jawab prajurit itu, kali ini dengan nada lebih tegas.

Kael mulai menyusun informasi dalam pikirannya. Jadi, dia seorang putri kerajaan. Tapi kenapa dia ada di tempat ini sendirian?

Sebelum dia bisa menyimpulkan lebih jauh, si prajurit melangkah lebih dekat ke arahnya.

"Kau, siapa namamu?"

Kael menatapnya tanpa ekspresi. "Kael."

"Kael, apa yang kau lakukan di tempat ini?"

Kael menatap puing-puing monumen yang baru saja hancur. "Belajar."

Prajurit itu mengerutkan dahi. "Jangan bermain kata-kata. Kau berada di tempat terlarang. Siapa yang mengirimmu?"

Kael tidak suka caranya berbicara. Nada suaranya penuh kecurigaan dan otoritas seolah dia memiliki hak untuk menginterogasi siapa pun.

Gadis itu—Putri—menatapnya dalam diam, menunggu jawabannya.

Namun, sebelum Kael bisa membuka mulut, suara lain terdengar dari kejauhan.

Suara langkah kaki berat dan suara siulan pelan.

Dari bayangan gua, seseorang muncul. Seorang pria tinggi dengan rambut perak kusut dan mata tajam seperti elang. Dia mengenakan pakaian sederhana, tetapi caranya berjalan menunjukkan kepercayaan diri yang luar biasa.

"Yah, yah… Aku pikir aku datang terlambat."

Kael menoleh. Dia tidak mengenali pria ini, tetapi auranya tidak seperti orang biasa.

Prajurit Eldoria langsung menegang. "Siapa kau?"

Pria itu tersenyum miring. "Oh? Aku? Aku hanya seseorang yang sedang mencari seseorang yang menarik."

Tatapannya jatuh pada Kael, lalu dia mengangguk, seakan puas dengan apa yang dilihatnya.

"Aku tidak menyangka akan menemukan seseorang yang bisa menghancurkan monumen itu. Sangat menarik."

Kael menatapnya dengan hati-hati. Orang ini… mengamati sejak tadi?

Gadis itu, yang tampaknya semakin jengkel dengan situasi ini, akhirnya berbicara. "Aku tidak peduli siapa kalian. Tapi aku ingin tahu satu hal."

Dia menatap Kael dengan tajam.

"Apa tujuanmu?"

Kael terdiam sejenak.

Itu pertanyaan yang sederhana, tetapi juga rumit. Sebelumnya, dia tidak memiliki tujuan besar. Dia hanya ingin memahami dunia lebih dalam. Tetapi sekarang…

Dia menatap tangannya sendiri. Kekuatan ini, pemahaman ini, bukan sesuatu yang bisa dia abaikan begitu saja.

Kael mengangkat kepalanya, menatap langsung ke mata sang putri.

"Aku akan menemukan kebenaran dunia ini. Dan aku akan menulis ulang hukumnya dengan pemahamanku sendiri."

Sejenak, keheningan menyelimuti gua.

Lalu pria berambut perak itu terkekeh. "Hah… menarik. Sangat menarik."

Gadis itu masih menatapnya, tetapi kali ini ada sesuatu yang berbeda dalam ekspresinya.

Sementara itu, di luar gua, badai mulai berkumpul di langit. Sesuatu yang lebih besar sedang terjadi.

Dan Kael baru saja mengambil langkah pertamanya menuju kekuasaan.

---