Langit di luar gua mulai gelap, awan berkumpul seolah merespons sesuatu yang baru saja terjadi. Angin bertiup kencang, membawa hawa dingin yang menusuk tulang.
Di dalam gua, Kael masih menatap pria misterius berambut perak, yang kini tersenyum penuh arti.
"Tampaknya kau sudah memahami sesuatu yang tidak seharusnya manusia pahami," katanya, nada suaranya mengandung rasa kagum sekaligus kehati-hatian.
Kael tidak langsung menjawab. Dia mengangkat tangan kanannya, mengamati jari-jarinya dengan saksama. Hukum Materi…
Saat dia memahami bahwa materi bukanlah sesuatu yang tetap, melainkan hanya ekspresi dari pemahaman, kekuatan itu menjadi bagian dari dirinya.
"Batu bisa menjadi debu, debu bisa menjadi udara. Wujud hanyalah ilusi bagi mereka yang tidak memahami dasarnya."
Kael mengepalkan tangannya. Kali ini, dia tidak sekadar membayangkan… dia menghendakinya.
Sebuah batu kecil di tanah mencair seolah berubah menjadi cairan transparan, lalu menguap tanpa jejak.
Mata pria berambut perak menyipit. "Hoo… Jadi kau benar-benar bisa melakukannya?"
Putri Eldoria yang sejak tadi diam akhirnya melangkah maju. "Apa yang baru saja kau lakukan… itu bukan sihir."
Kael menoleh padanya.
"Tentu saja bukan," jawabnya santai. "Ini adalah pemahaman."
Sang putri mengamati tangannya, lalu batu yang telah lenyap. Ada kilatan ketertarikan di matanya, meskipun dia mencoba menyembunyikannya di balik ekspresi tegasnya.
"Apa kau bisa mengajarkannya?" tanyanya tiba-tiba.
Kael terdiam sejenak. Dia tidak menyangka pertanyaan itu.
Pria berambut perak tertawa kecil. "Menarik. Seorang putri kerajaan ingin belajar dari orang yang baru saja dia curigai?"
Sang putri menatapnya tajam. "Aku tidak bodoh. Aku tahu sesuatu yang baru saja terjadi di sini bisa mengubah dunia. Jika aku tidak memahaminya, maka aku hanya akan menjadi pion dalam permainan ini."
Kael menyeringai. Gadis ini memang berbeda.
"Tidak semudah itu," jawabnya. "Pemahaman tidak bisa diberikan. Itu harus dicapai sendiri."
"Tapi kau bisa membimbing, bukan?" desaknya.
Kael menatapnya lama sebelum akhirnya tersenyum tipis. "Mungkin."
Pilihan dan Perpecahan
Prajurit Eldoria yang tadi berjaga mulai menunjukkan ketidaksabaran.
"Putri, kita tidak bisa tinggal di sini lebih lama. Anda sudah terlalu banyak berinteraksi dengan orang ini."
Sang putri menatap mereka, lalu kembali ke Kael. Ada keraguan di matanya, seolah dia berdiri di antara dua pilihan.
Dia bisa kembali ke kerajaannya, menjalani hidup sebagai putri kerajaan yang terkekang oleh aturan…
Atau…
Dia bisa mengikuti jalan baru, sebuah pemahaman baru, dan mungkin suatu hari nanti… memiliki kekuatan yang sama seperti Kael.
Kael melihatnya dan bisa menebak apa yang sedang dia pikirkan.
"Jika kau memilih tinggal, kau akan meninggalkan semua yang kau miliki sekarang," katanya datar.
Sang putri mengepalkan tangannya. "Dan jika aku pergi… aku akan kehilangan kesempatan untuk memahami sesuatu yang bisa mengubah dunia."
Kesunyian menyelimuti mereka.
Lalu, dia mengambil keputusan.
"Aku akan tinggal."
Prajurit Eldoria terkejut. "Putri! Anda tidak bisa—"
Tatapan sang putri cukup untuk membuat mereka terdiam.
"Aku bukan lagi hanya seorang putri," katanya pelan, tetapi penuh keteguhan. "Mulai sekarang, aku akan mencari pemahamanku sendiri."
Kael tersenyum. Ini adalah langkah pertama dari sesuatu yang lebih besar.
Dia tidak hanya menemukan seseorang yang tertarik padanya, tetapi seseorang yang siap berjalan di sisinya.
Dan ini baru awal.
---