Angin malam berembus pelan saat Kael dan Putri Eldoria meninggalkan gua. Cahaya bulan memantulkan siluet mereka di atas permukaan danau kecil di dekat sana.
Putri Eldoria menatap api unggun yang mulai redup. Keputusannya untuk mengikuti Kael telah diambil, tetapi itu tidak berarti perjalanannya akan mudah.
"Jadi… apa langkah selanjutnya?" tanya sang putri, suaranya tenang, tetapi mengandung keteguhan.
Kael memandang ke arah langit, lalu menutup matanya sejenak. "Langkah selanjutnya adalah memahami lebih dalam. Aku baru saja menguasai Hukum Materi, tetapi itu hanya awal."
"Kau berbicara seolah-olah hukum itu sesuatu yang bisa kau pelajari seperti membaca buku," gumam Eldoria.
Kael menoleh padanya. "Karena memang begitu. Dunia ini diatur oleh hukum yang bisa dipahami. Aku hanya perlu menemukannya."
Sang putri terdiam. Dia mengerti bahwa Kael berbeda, tetapi pemikirannya begitu asing dibandingkan dengan semua yang diajarkan di istana.
Namun, dia telah memilih jalan ini.
Menguji Hukum Materi
Kael mengangkat tangan dan melihat ke sekelilingnya. Batu, tanah, udara—semuanya terdiri dari materi.
"Jika aku benar-benar memahami sesuatu… maka itu menjadi milikku."
Dia meraih sebuah ranting di tanah, lalu perlahan menggenggamnya. Dalam sekejap, ranting itu berubah menjadi debu, lalu menghilang menjadi udara tipis.
Eldoria menahan napas. "Kau… memusnahkannya?"
"Tidak," Kael menggeleng. "Aku hanya mengubah bentuknya sesuai dengan pemahamanku. Materi itu tidak hilang, hanya berubah."
Putri itu terdiam, mencoba memahami apa yang baru saja ia saksikan.
"Jadi… bagaimana caramu mempelajari hukum ini?" tanyanya akhirnya.
Kael berpikir sejenak. "Aku tidak mempelajarinya. Aku memahaminya. Itu perbedaannya."
Putri Eldoria kini mengerti satu hal:
Jika ingin mencapai kekuatan yang sama dengan Kael, dia tidak bisa sekadar meniru—dia harus menemukan pemahamannya sendiri.
Dunia yang Mulai Bergerak
Di tempat lain, jauh dari danau tempat mereka berdiri, dunia mulai bereaksi terhadap kehadiran Kael.
Di sebuah kota besar, di dalam kastil megah, seorang pria berambut hitam dengan mata keemasan duduk di singgasananya. Raja Eldoria, ayah Putri Eldoria.
"Putri telah meninggalkan kerajaan dan mengikuti seorang pemuda misterius?" suaranya dalam dan penuh wibawa.
Di depannya, seorang ksatria berlutut dengan kepala tertunduk. "Benar, Yang Mulia. Kami kehilangan jejak mereka di daerah perbatasan."
Sang raja terdiam. Matanya menyipit, penuh perhitungan.
"Siapkan pasukan. Jika putriku tidak kembali dalam waktu seminggu… kita akan menganggapnya sebagai pengkhianat."
Ksatria itu terkejut. "Yang Mulia?"
"Dan siapa pun yang bersamanya," lanjut sang raja, "akan dihancurkan."
---