Bab 11: Retakan di Langit

Suara gemuruh mengguncang Kota Xenthar, membelah kesunyian yang sejak tadi menyelimuti tempat itu. Retakan besar di langit semakin melebar, memperlihatkan kehampaan yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata.

Zelphyr menatapnya dengan ekspresi muram. "Ini lebih cepat dari yang kuduga…"

Kael mengepalkan tangannya. "Apa sebenarnya yang keluar dari sana?"

Sebelum ada jawaban, sesosok makhluk hitam tanpa bentuk merayap keluar dari retakan itu, mengeluarkan suara mengerikan yang seolah berasal dari banyak dimensi sekaligus.

Kael merasakan udara di sekitarnya berubah. Hukum di tempat ini mulai berantakan.

Eldoria merapat ke sisinya, tangannya bergetar. "Kael… ini bukan makhluk biasa."

Zelphyr mengambil langkah maju. "Itu bukan sekadar makhluk. Itu adalah 'ketidakberadaan' yang mencoba menjadi ada."

Kael mengerutkan kening. "Apa maksudmu?"

Zelphyr menatapnya tajam. "Mereka adalah sisa-sisa dari dunia yang telah musnah. Pecahan hukum yang gagal bertahan, yang tidak seharusnya ada—tetapi menolak untuk lenyap."

Makhluk itu bergerak. Tiap langkahnya membuat tanah di bawahnya lenyap seolah tidak pernah ada.

Kael bisa merasakan perbedaan besar dari lawan-lawan sebelumnya. Ini bukan hanya pertarungan kekuatan—ini adalah pertarungan keberadaan itu sendiri.

Makhluk itu mengeluarkan suara aneh, lalu melesat ke arah mereka.

Dalam sepersekian detik, Kael bergerak. Namun saat dia mencoba menyerang, tangannya justru melewati tubuh makhluk itu—seolah-olah dia meninju kehampaan.

Dia tersentak. Serangannya… tidak mengenai apa pun.

Zelphyr menggeram. "Kau tidak bisa melawannya dengan cara biasa. Ini bukan pertarungan fisik. Ini pertarungan pemahaman."

Kael menyadari sesuatu. Makhluk ini tidak memiliki hukum. Ia tidak terikat oleh aturan dunia.

Namun, jika ia adalah sesuatu yang tidak seharusnya ada, maka satu-satunya cara untuk mengalahkannya adalah…

…menolaknya dari keberadaan.

Kael menutup matanya, merasakan hukum di sekelilingnya. Jika dunia ini memiliki keseimbangan, maka segala sesuatu yang tidak seharusnya ada… akan dihapus.

Dia membuka matanya kembali, menatap makhluk itu dengan penuh pemahaman.

Dan kemudian, dia berbicara satu kata:

"Hilang."

Dalam sekejap, makhluk itu berhenti bergerak. Tubuhnya bergetar, lalu perlahan-lahan menghilang—seperti sesuatu yang tidak pernah ada sejak awal.

Retakan di langit mulai menutup kembali.

Eldoria menghela napas panjang. "Kau… berhasil?"

Kael menatap tangannya. Dia tidak bertarung. Dia tidak menggunakan kekuatan. Dia hanya… memahami.

Zelphyr tersenyum samar. "Itulah perbedaan antara seseorang yang menggunakan kekuatan… dan seseorang yang benar-benar memahami hukum."

Namun sebelum Kael bisa menjawab, sebuah suara lain terdengar dari kejauhan.

Lembut, tetapi penuh kehadiran.

"Jadi… dia sudah mulai memahami?"

Kael menoleh dengan cepat.

Di ujung jalan kota, sesosok pria berambut perak berdiri di sana, mengenakan jubah hitam berlapis emas.

Matanya menatap Kael, penuh ketertarikan.

Dan untuk pertama kalinya sejak perjalanan ini dimulai, Kael merasa… dirinya sedang diamati.