Langkah pria berambut perak itu begitu tenang, seolah dia tidak terpengaruh oleh atmosfer yang baru saja berguncang akibat retakan di langit. Jubah hitam berlapis emas yang ia kenakan berkibar lembut, dan sorot matanya tajam, meneliti Kael seakan mencari sesuatu.
Kael berdiri diam, merasakan tekanan dari pria itu. Dia tidak biasa.
Eldoria menggenggam lengan Kael. "Kael… siapa dia?"
Zelphyr tampak lebih serius dari sebelumnya. "Aku tidak menyangka kita akan bertemu secepat ini."
Pria itu menyeringai. "Zelphyr, kau masih pandai menyembunyikan sesuatu."
Zelphyr menghela napas berat. "Dan kau masih senang bermain-main dengan orang yang belum siap."
Kael menyipitkan mata. Dari cara mereka berbicara, jelas mereka saling mengenal.
Pria itu akhirnya mengalihkan perhatiannya kembali ke Kael. "Kael, ya? Aku sudah mendengar namamu."
Kael tetap diam.
Pria itu melanjutkan, "Kau berhasil menolak keberadaan makhluk tadi. Itu bukan sesuatu yang bisa dilakukan sembarang orang."
Kael menatapnya dingin. "Siapa kau?"
Pria itu tersenyum. "Aku? Sebut saja Azareth."
Nama itu tidak asing bagi Zelphyr, karena dia tampak menegang sesaat. Eldoria juga merasakan sesuatu yang tidak nyaman dari pria itu.
Azareth berjalan mendekat, tanpa sedikit pun menunjukkan permusuhan, tetapi justru itulah yang membuatnya lebih berbahaya.
"Kael, tahukah kau mengapa kau bisa memahami hukum?" tanyanya, seolah berbicara kepada seorang murid.
Kael tetap diam.
Azareth tersenyum lagi. "Karena dunia ini bukan duniamu."
Eldoria membelalakkan mata. "Apa maksudmu?"
Zelphyr menegakkan tubuhnya. "Jangan dengarkan dia, Kael."
Namun, Kael tetap menatap Azareth, menunggu penjelasan.
Azareth mendekat hingga hanya beberapa langkah dari Kael. Mata peraknya menatap langsung ke dalam jiwanya.
"Kau bukan bagian dari hukum dunia ini. Kau tidak seharusnya ada di sini."
Kael merasakan sesuatu bergetar dalam dirinya. "Itu tidak mungkin."
Azareth menyeringai. "Benarkah? Lalu mengapa kau bisa menolak keberadaan sesuatu hanya dengan pemahaman? Mengapa kau bisa mempelajari hukum yang bahkan para ahli pun butuh ratusan tahun untuk mengerti?"
Kael terdiam. Sejak awal, dia memang selalu berbeda.
Azareth menyilangkan tangan. "Dunia ini memiliki hukumnya sendiri. Segala sesuatu yang lahir di sini terikat olehnya. Tapi kau… tidak."
Eldoria menggigit bibirnya. "Kael tidak peduli dari mana asalnya. Yang penting adalah siapa dia sekarang."
Azareth tersenyum kecil. "Ah, gadis yang setia. Tapi pertanyaannya bukan tentang siapa dia sekarang, melainkan siapa dia sebenarnya."
Kael menatapnya tajam. "Apa kau tahu jawabannya?"
Azareth tersenyum penuh arti. "Tentu saja. Tapi apakah kau siap mendengarnya?"
Kael mengepalkan tangannya. "Jika itu membantuku memahami hukum dunia ini, maka aku akan mendengarkan."
Azareth mendekat lagi, lalu berbisik,
"Dunia ini adalah sebuah tiruan."
Kael mengernyit.
Azareth melanjutkan dengan nada rendah, "Dunia ini bukanlah dunia pertama yang pernah ada. Ini hanya sebuah pantulan dari dunia yang telah musnah."
Zelphyr akhirnya angkat bicara. "Azareth, cukup."
Azareth terkekeh. "Kenapa? Takut dia tahu yang sebenarnya?"
Kael menatap Zelphyr, tetapi pria tua itu menghindari pandangannya.
Kael berbisik, "Apa yang dia katakan benar?"
Zelphyr terdiam sesaat, lalu menghela napas panjang. "Kael… ada banyak hal yang belum kau pahami. Tapi satu hal yang pasti—dunia ini memang tidak sempurna."
Azareth mengangkat bahu. "Lihat? Bahkan dia pun tidak menyangkal."
Kael mengepalkan tinjunya. Jika dunia ini adalah tiruan, lalu di mana dunia aslinya? Dan yang lebih penting… mengapa dia ada di sini?
Azareth menyeringai, lalu berbalik. "Aku tidak akan memberimu semua jawaban. Tapi jika kau ingin tahu lebih banyak, temui aku di Menara Hukum."
Kael menatapnya tajam. "Menara Hukum?"
Azareth tersenyum. "Ya. Tempat di mana semua hukum dunia ini dicatat. Jika kau ingin memahami lebih jauh, pergilah ke sana."
Dia mulai berjalan menjauh, tetapi sebelum menghilang dalam kabut, dia menoleh sekali lagi.
"Dan satu lagi… jangan mati sebelum kita bertemu lagi."
Lalu, dia menghilang begitu saja, seolah-olah dia tidak pernah ada sejak awal.
Kael berdiri di tempatnya, pikirannya dipenuhi dengan pertanyaan baru.
Zelphyr menghela napas panjang. "Kael… apa yang kau lakukan selanjutnya?"
Kael menatap lurus ke depan.
"Aku akan pergi ke Menara Hukum."