Langit di atas Kota Xenthar masih dipenuhi awan gelap setelah peristiwa retakan besar itu. Sisa-sisa energi yang kacau masih terasa di udara, membuat atmosfer kota terasa lebih berat dari sebelumnya. Kael berdiri di tengah reruntuhan kecil di alun-alun, pikirannya masih dipenuhi oleh pernyataan Azareth.
"Dunia ini adalah sebuah tiruan."
Kata-kata itu terus terngiang di benaknya. Jika dunia ini hanya pantulan dari sesuatu yang lebih besar, maka apa arti dari segala yang dia perjuangkan selama ini?
Zelphyr menghela napas dan menatapnya. "Jadi, kau benar-benar akan pergi ke Menara Hukum?"
Kael menoleh, ekspresinya serius. "Aku tidak bisa mengabaikan ini."
Eldoria menggenggam lengannya. "Tapi Kael… bagaimana jika itu jebakan?"
Kael tersenyum tipis. "Kalaupun jebakan, aku tetap harus pergi. Aku tidak bisa terus berada dalam ketidaktahuan."
Eldoria terdiam, wajahnya menunjukkan kekhawatiran yang jelas.
Zelphyr menatap langit dengan ekspresi berpikir. "Menara Hukum… itu bukan tempat yang mudah dijangkau."
Kael menyipitkan matanya. "Apa kau tahu di mana lokasinya?"
Zelphyr mengangguk. "Itu adalah tempat yang berada di antara realitas dan konsep. Hanya mereka yang memiliki pemahaman hukum tertentu yang bisa masuk."
Eldoria semakin cemas. "Jika hanya yang memiliki pemahaman hukum tertentu yang bisa masuk, bagaimana kita bisa memastikan Kael benar-benar bisa mencapai tempat itu?"
Kael memejamkan matanya sejenak. Hukum… pemahaman…
Sejak awal perjalanannya, dia telah mulai memahami sesuatu yang unik. Dia bukan hanya belajar hukum dunia, tetapi dia mulai menciptakan pemahamannya sendiri.
"Kalau aku tidak bisa masuk, maka aku hanya perlu menemukan cara untuk bisa," jawab Kael dengan yakin.
Zelphyr tersenyum samar. "Jawaban yang bagus."
Namun, sebelum mereka bisa melanjutkan diskusi, tiba-tiba sebuah suara lain terdengar.
"Kalau kalian ingin ke Menara Hukum, kalian butuh peta."
Kael dan yang lainnya menoleh.
Dari bayangan sebuah bangunan yang setengah runtuh, seorang pria berbaju mantel panjang muncul. Rambut hitamnya sedikit acak-acakan, dan satu matanya tertutup oleh penutup mata logam berukir simbol aneh.
Kael langsung waspada. Siapa orang ini?
Zelphyr tampak mengenali pria itu dan menghela napas. "Ragnar… jadi kau masih hidup."
Pria itu—Ragnar—tertawa pelan. "Tentu saja aku masih hidup. Aku tidak semudah itu mati."
Eldoria mengerutkan alis. "Siapa dia?"
Zelphyr menjelaskan, "Dia salah satu penjelajah hukum yang pernah menginjakkan kaki di berbagai dimensi."
Ragnar menyeringai. "Dan aku juga orang yang tahu cara menuju Menara Hukum."
Kael menatapnya dengan tajam. "Apa kau bisa membawaku ke sana?"
Ragnar mengangkat bahunya. "Mungkin. Tapi ada satu masalah."
Kael menyipitkan mata. "Apa itu?"
Ragnar duduk di atas reruntuhan dan tersenyum miring. "Menara Hukum tidak akan muncul begitu saja. Ia harus 'dibangunkan.'"
Zelphyr mengangguk pelan. "Jadi begitu… kita butuh pemicu."
Eldoria semakin bingung. "Pemicu?"
Ragnar menjelaskan, "Menara Hukum hanya akan muncul di hadapan mereka yang membuktikan pemahaman mereka tentang hukum dunia. Dan satu-satunya cara untuk membuktikannya adalah…"
Dia menatap Kael dengan serius.
"…menghadapi ujian dari dunia itu sendiri."
Kael merasakan bulu kuduknya meremang. Ujian?
Zelphyr tampak berpikir keras. "Jika itu yang harus dilakukan, maka tidak ada pilihan lain."
Eldoria tampak tidak senang. "Kael baru saja bertarung! Dan sekarang dia harus menghadapi ujian?"
Ragnar terkekeh. "Kalau dia tidak siap, maka lebih baik dia tidak pergi."
Kael mengepalkan tangannya. "Aku siap."
Ragnar mengangguk puas. "Bagus. Kalau begitu, kita harus menemukan tempat di mana 'ujian' itu bisa dimulai."
Kael menatapnya. "Di mana?"
Ragnar berdiri dan menunjuk ke arah utara.
"Kuil Kehampaan."
Zelphyr tampak terkejut. "Jadi itu tempatnya?"
Ragnar mengangguk. "Di sana, Kael akan dihadapkan dengan hukum yang belum dia pahami. Jika dia bisa melewati ujian itu… Menara Hukum akan memperlihatkan dirinya."
Kael menarik napas panjang. Tidak ada jalan mundur. Jika ini adalah jalannya untuk memahami lebih jauh, maka dia akan menempuhnya.
Dia menatap ke arah utara.
Menara Hukum… tunggu aku.