Kael berdiri dalam kehampaan, napasnya tenang meskipun pikirannya berputar cepat. Ujian pertama telah ia lalui, tetapi ia tahu ini baru permulaan. Dunia ini bukan sekadar ruang kosong—ini adalah tempat di mana hukum realitas dapat diubah dan dipahami.
Di sekelilingnya, kegelapan perlahan bergerak, bukan sebagai bayangan, tetapi sebagai sesuatu yang memiliki wujud. Ia bisa merasakan getaran samar dalam kehampaan ini, seperti sebuah kesadaran yang mengawasi.
Sosok berjubah hitam yang tadi mengujinya kini menatapnya dengan mata perak yang tajam. Tidak ada ancaman dalam tatapannya, hanya ketertarikan.
"Kau telah memahami sebagian, tetapi pemahaman sejati masih jauh," katanya. Suaranya bergema, seakan berasal dari segala arah.
Kael tidak menjawab. Ia hanya mengamati.
Tiba-tiba, sesuatu berubah. Tanah di bawahnya bergetar, dan dari kehampaan, mulai muncul struktur-struktur geometris yang membentuk pola aneh. Pilar-pilar mulai menjulang, membentuk sesuatu yang menyerupai kuil kuno.
Eldoria, Zelphyr, dan Ragnar yang sebelumnya berdiri di kejauhan kini muncul kembali di sampingnya, wajah mereka dipenuhi kewaspadaan.
"Apa ini?" Ragnar bertanya, tangannya sudah bersiap di gagang kapaknya.
"Tempat ini… sedang berubah," Eldoria berbisik. "Seolah-olah menyesuaikan dengan pemahaman Kael."
Zelphyr mengamati pilar-pilar itu dengan ekspresi serius. "Ini bukan sekadar ilusi. Struktur ini memiliki hukum yang berbeda dari dunia kita."
Kael melangkah maju. Kakinya menyentuh lantai marmer yang baru saja terbentuk, dan begitu ia menyentuhnya, sebuah getaran aneh merambat ke seluruh tubuhnya.
Dalam sekejap, kesadarannya terdorong ke suatu tempat lain.
Ia melihat bayangan-bayangan bergerak dalam kehampaan. Beberapa memiliki bentuk yang menyerupai manusia, tetapi mereka tidak memiliki wajah, hanya sosok hitam yang bergerak dengan tenang.
Kemudian, satu suara terdengar di kepalanya.
"Langkah berikutnya adalah mengerti esensi yang tersembunyi."
Kael merasakan dorongan besar dalam pikirannya, seolah ada sesuatu yang mencoba menghubungkan dirinya dengan hukum dunia ini.
Seketika itu juga, ruang di sekitarnya bergeser. Ia kini berada di dalam sebuah aula besar yang penuh dengan simbol-simbol aneh di dindingnya. Setiap simbol tampak hidup, berdenyut dengan cahaya redup, seolah mengandung energi yang belum ia pahami.
Eldoria, Zelphyr, dan Ragnar masih ada di sampingnya, tetapi mereka tampaknya tidak melihat hal yang sama. Mereka masih berdiri di kuil, sementara Kael merasa seakan dirinya berada di tempat lain.
"Kael, kau baik-baik saja?" suara Eldoria terdengar samar, seperti berasal dari kejauhan.
Kael mencoba berbicara, tetapi suaranya tidak keluar. Ia menyentuh salah satu simbol di dinding, dan saat ia melakukannya, seluruh dunia berguncang.
Sebuah ledakan cahaya memenuhi ruangan, dan saat cahaya itu meredup, ia melihat dirinya berdiri di hadapan sesuatu yang tidak pernah ia bayangkan.
Di hadapannya, sebuah entitas raksasa melayang, tubuhnya terbuat dari kabut hitam dengan cahaya keemasan yang berdenyut di dalamnya. Ia tidak memiliki wajah, tetapi ada tekanan yang begitu kuat dari keberadaannya.
"Kau telah melangkah lebih jauh dari yang lain," suara itu berbicara, meskipun mulutnya tidak ada. "Tetapi apakah kau siap untuk menerima kebenaran?"
Kael menatap entitas itu dengan tajam. Ia tahu bahwa inilah titik kritis dalam perjalanannya.
"Aku ingin memahami," jawabnya, suaranya tenang tetapi penuh keyakinan.
Entitas itu mengangkat satu tangannya, dan tiba-tiba, dunia kembali berubah.
Kael merasakan sesuatu mengalir ke dalam pikirannya—sebuah konsep yang sulit dijelaskan dengan kata-kata.
"Kekuatan sejati bukanlah sesuatu yang diberikan. Itu adalah sesuatu yang ditemukan."
Dalam sekejap, ingatan tentang semua yang ia pelajari hingga saat ini berkumpul. Ia mulai melihat pola dalam segala sesuatu. Hukum tidak hanya mengatur dunia, tetapi juga bisa ditulis ulang dengan pemahaman yang cukup.
Ia melihat bagaimana ruang bisa dilipat, bagaimana waktu bisa dipercepat atau diperlambat, bagaimana materi bisa dibentuk dari kehampaan.
Dan kemudian, ia menyadari sesuatu yang lebih dalam.
Hukum bukan hanya alat. Hukum adalah bagian dari eksistensi itu sendiri.
Ketika seseorang memahami hukum, mereka tidak hanya memanfaatkannya—mereka menjadi bagian darinya.
Saat kesadaran itu meresap, entitas itu menghilang, dan Kael menemukan dirinya kembali di dalam kuil.
Zelphyr, Eldoria, dan Ragnar menatapnya dengan cemas.
"Kael, kau tadi menghilang selama beberapa detik," kata Zelphyr.
Kael menghela napas, menyadari bahwa baginya, rasanya seperti telah berjalan dalam dunia lain selama berjam-jam.
Ia menatap tangannya. Untuk sesaat, ia bisa melihat energi kehampaan berputar di sekelilingnya, seakan merespons kehadirannya.
Ia baru saja melangkah ke tingkat pemahaman yang lebih dalam.
Tetapi ia juga tahu—ini baru permulaan.