Bab 18 - Jejak di Kegelapan

Langit di atas benteng Azral kelam, seolah mencerminkan kekelaman yang menyelimuti hati Kael. Angin dingin berdesir di antara reruntuhan, membawa bisikan masa lalu yang belum sepenuhnya terungkap.

Kael berdiri di puncak menara yang hancur separuhnya, matanya menatap jauh ke cakrawala. Pemahamannya tentang hukum ruang mulai berkembang, tapi ada sesuatu yang menghalanginya untuk melangkah lebih jauh.

"Kael," suara lembut namun tegas terdengar di belakangnya.

Dia menoleh dan melihat Eldoria mendekat. Mata gadis itu menyiratkan kekhawatiran, tapi juga kepercayaan penuh kepadanya.

"Apa kau masih memikirkan kejadian tadi?" tanyanya.

Kael mengangguk. "Ada sesuatu yang salah… Aku bisa merasakan celah di dalam hukum ruang yang tidak seharusnya ada."

Eldoria mengerutkan alis. "Maksudmu?"

Kael menutup matanya, menarik napas dalam, dan mencoba memahami apa yang dia rasakan. Selama ini, dia telah berlatih menguasai hukum ruang dan materi, tapi setiap kali dia mencoba menelusuri jejak musuh yang menghilang, ada sesuatu yang menghalanginya.

"Mereka tidak hanya menggunakan manipulasi ruang biasa… Ini lebih dari itu," gumamnya.

Eldoria terdiam sejenak, lalu berkata, "Mungkin mereka telah mencapai tingkatan yang lebih tinggi?"

Kael menggeleng. "Bukan itu… Rasanya seperti mereka menulis ulang hukum yang sudah ada."

Kata-kata itu membuat Eldoria terkejut. "Itu berarti…"

"Ya," Kael menyela, "seseorang di antara mereka memiliki pemahaman tentang hukum penciptaan. Mereka tidak sekadar menghindar, mereka menghapus keberadaan mereka dari realitas."

Mata Eldoria membulat. Itu bukan teknik yang bisa dilakukan sembarang orang. Jika benar, maka musuh mereka jauh lebih berbahaya dari yang mereka duga.

Di kejauhan, sebuah ledakan kecil terdengar. Kael dan Eldoria segera berlari ke arah sumber suara. Di antara reruntuhan, seorang pria tergeletak dengan luka parah.

Kael berlutut di sampingnya. "Siapa yang melakukan ini?"

Pria itu tersenyum pahit. "Kau… harus… hati-hati… Mereka… sudah mengetahui keberadaanmu."

Darah mengalir dari sudut bibirnya. Sebelum Kael bisa menanyakan lebih lanjut, tubuh pria itu mulai memudar.

Eldoria terkejut. "Apa yang terjadi padanya?"

Kael mengamati dengan saksama. "Ini bukan kematian biasa… Hukum eksistensinya sedang dihapus."

Eldoria menatap Kael dengan serius. "Apa kau bisa menghentikannya?"

Kael mengepalkan tangannya. Dia tahu jawabannya—untuk saat ini, tidak.

Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar di sekitar mereka. Dari balik bayangan, beberapa sosok berjubah hitam muncul.

"Kau telah melihat terlalu banyak," salah satu dari mereka berkata dengan suara dingin.

Kael menarik napas dalam. "Aku tidak suka dikejar-kejar dalam kegelapan… Jadi, kenapa kita tidak buat terang saja?"

Dia mengangkat tangannya, dan dalam sekejap, cahaya menyelimuti area tersebut.

Para sosok berjubah terkejut, tapi hanya sesaat. Mereka segera melancarkan serangan, tetapi Kael sudah siap.

Eldoria bergerak dengan cepat, pedangnya berkilat di udara, menebas satu dari mereka. Namun, tubuhnya hanya berubah menjadi bayangan dan menghilang.

"Ilusi?" gumam Eldoria.

"Tidak," Kael menjawab, "Mereka bermain dengan hukum keberadaan."

Pertarungan berlanjut, tapi Kael mulai menyadari sesuatu. Para musuh ini bukan hanya menghindari serangan, mereka benar-benar menghilang dan muncul kembali sesuka hati.

Kael memejamkan mata, merasakan hukum di sekitarnya. Dia mencoba memahami bagaimana mereka bisa melakukan itu. Dan saat itulah dia melihatnya—sebuah celah kecil di dalam struktur realitas.

"Jadi ini caranya…" gumamnya.

Dia merentangkan tangannya, menyentuh celah tersebut. Sejenak, udara di sekelilingnya bergetar. Para musuh tersentak, seolah sesuatu telah berubah.

Salah satu dari mereka mundur selangkah. "Tidak mungkin…"

Kael membuka matanya. "Kalian memanipulasi hukum dengan cara kasar… tapi aku telah menemukannya."

Dengan satu gerakan tangan, dia menutup celah tersebut. Seketika, para musuh yang tadi bisa bergerak bebas mulai kehilangan kendali atas teknik mereka.

Eldoria melihat kesempatan itu dan langsung menyerang. Kali ini, pedangnya benar-benar mengenai salah satu dari mereka, membuatnya jatuh ke tanah.

Para musuh yang tersisa menyadari bahwa mereka kehilangan keuntungan. Tanpa sepatah kata pun, mereka segera mundur ke dalam kegelapan.

Eldoria mendekati Kael. "Bagaimana kau melakukannya?"

Kael menatap tangannya. "Aku tidak hanya memahami hukum ruang… Aku telah menulis ulang sebagian darinya."

Eldoria tersenyum tipis. "Itu berarti… kau telah melangkah lebih jauh."

Kael mengangguk, tapi di dalam hatinya, dia tahu ini baru permulaan. Jika musuh mereka benar-benar bisa menghapus keberadaan seseorang dari realitas, maka masih ada banyak hal yang harus dia pelajari.

Dan dia tidak akan berhenti sampai menemukan jawabannya.

---