Bab 20 - Melangkah ke Dalam Ketidakpastian

Di bawah langit yang kelam, Kael dan Eldoria melanjutkan perjalanan mereka melintasi daratan yang sunyi. Angin dingin berhembus, membawa aroma tanah basah dan dedaunan kering yang beterbangan. Keheningan di antara mereka terasa berat, masing-masing tenggelam dalam pikirannya sendiri setelah pertemuan yang mengejutkan tadi.

Kael menatap ke depan, langkahnya mantap meskipun pikirannya penuh dengan berbagai pertanyaan. Sosok pria berambut perak itu bukanlah orang biasa. Kata-katanya terus terngiang di telinga Kael—tentang hukum yang lebih tinggi, tentang batas yang harus ia lampaui, dan tentang ancaman yang jauh lebih besar dari yang pernah ia bayangkan.

Eldoria yang berjalan di sampingnya akhirnya angkat bicara, suaranya terdengar ragu. "Kael, apa kau benar-benar akan mengejar pemahaman tentang hukum penciptaan itu?"

Kael menghela napas. "Aku tidak punya pilihan lain. Jika musuh kita menggunakan hukum yang dapat menulis ulang realitas, maka satu-satunya cara untuk menghadapinya adalah dengan melampaui batas yang ada."

Eldoria menggigit bibirnya. "Tapi itu bisa berbahaya… Jika pria itu benar, kau bisa tersesat dalam pemahaman itu sendiri."

Kael berhenti melangkah, menoleh menatap Eldoria. Matanya yang tajam menangkap kegelisahan dalam tatapan gadis itu. "Aku tahu risikonya, Eldoria. Tapi jika aku tidak melangkah lebih jauh, kita semua akan hancur. Aku tidak akan membiarkan itu terjadi."

Eldoria terdiam, lalu mengangguk pelan. "Baiklah… Jika itu keputusanmu, aku akan tetap di sisimu."

Kael tersenyum tipis. "Terima kasih."

Mereka melanjutkan perjalanan hingga matahari mulai merangkak naik di ufuk timur, cahaya keemasannya menyinari hamparan tanah luas yang tandus. Di kejauhan, sebuah reruntuhan kota kuno terlihat, dinding-dindingnya yang retak dan pilar-pilarnya yang roboh menjadi saksi bisu dari zaman yang telah lama berlalu.

Kael mempercepat langkahnya. "Kita akan mencari petunjuk di sana."

Saat mereka memasuki reruntuhan, udara terasa lebih berat, seolah ada sesuatu yang mengawasi mereka. Eldoria menggenggam gagang pedangnya dengan waspada, sementara Kael merasakan gelombang energi aneh yang mengalir di sekelilingnya.

Tiba-tiba, suara gemuruh terdengar, dan lantai di bawah mereka bergetar. Dari balik reruntuhan, makhluk hitam raksasa dengan mata merah menyala muncul. Tubuhnya diselimuti kabut kelam, dan cakar tajamnya menggores tanah saat ia berjalan mendekat.

Eldoria langsung menarik pedangnya, bersiap bertarung. "Makhluk ini… bukan dari dunia ini!"

Kael memperhatikan makhluk itu dengan seksama. Dia bisa merasakan sesuatu yang berbeda—sebuah distorsi dalam hukum realitas.

"Ini bukan sekadar makhluk biasa," gumamnya. "Ada sesuatu yang mengendalikan eksistensinya… sesuatu yang menolak hukum alam."

Makhluk itu mengeluarkan raungan mengerikan sebelum melompat ke arah mereka dengan kecepatan luar biasa. Eldoria bergerak cepat, pedangnya memancarkan cahaya biru saat ia menebas ke arah monster itu. Namun, sebelum pedangnya bisa mengenai sasaran, makhluk itu menghilang dalam kabut hitam dan muncul kembali di sisi lain, menyerang dari arah yang berbeda.

Kael mengerutkan kening. "Hukum spasialnya tidak stabil… Ini bukan teleportasi biasa."

Dia mengangkat tangannya, mencoba merasakan aliran hukum di sekitar mereka. Energi yang menyelimuti makhluk itu terasa asing, seolah-olah berasal dari dimensi yang berbeda.

"Eldoria, bertahanlah sedikit lagi," katanya.

Eldoria mengangguk, menghindari serangan demi serangan dengan gesit.

Kael menutup matanya sesaat, lalu membuka pikirannya untuk memahami hukum yang mengendalikan makhluk itu. Dia merasakan pola energi yang membentuknya, memahami bagaimana keberadaannya bertahan di dunia ini.

Lalu, sebuah kesadaran muncul dalam benaknya—makhluk ini bukanlah entitas yang sesungguhnya, melainkan proyeksi dari kekuatan yang jauh lebih besar. Jika dia bisa memahami hukum yang menopangnya, dia bisa menghapus keberadaannya sepenuhnya.

Dengan tekad yang kuat, Kael mengangkat tangannya, membiarkan pemahamannya berkembang lebih jauh. Perlahan, hukum yang mengikat makhluk itu mulai terlihat di depan matanya—sebuah jalinan kompleks antara realitas dan kehampaan.

"Ini dia," gumamnya.

Dia menggerakkan tangannya, mengubah titik-titik energi di sekitar makhluk itu. Seketika, kabut hitam yang menyelimutinya bergetar hebat, seolah-olah ada sesuatu yang mengoyak esensinya dari dalam.

Makhluk itu mengeluarkan raungan terakhir sebelum tubuhnya mulai terurai menjadi serpihan energi yang menghilang ke udara. Dalam hitungan detik, keheningan kembali menyelimuti reruntuhan.

Eldoria menghela napas lega. "Kau berhasil…"

Kael menatap tangannya, merasakan perubahan dalam dirinya. Pemahamannya semakin berkembang—dia mulai menyadari bagaimana hukum-hukum tertentu bisa saling bertentangan, bagaimana keberadaan sesuatu bisa dihapus dengan pemahaman yang tepat.

Namun, di balik itu semua, dia juga tahu satu hal.

"Ini baru permulaan," katanya pelan.

Eldoria menatapnya dengan cemas. "Kael… Kau yakin bisa mengendalikan ini?"

Kael menatap lurus ke depan, ke arah jalan panjang yang terbentang di hadapan mereka. "Aku tidak tahu. Tapi aku harus mencobanya."

Dia mengepalkan tangannya, tekadnya semakin kuat.

Dia akan terus maju, melampaui batas yang ada, sampai dia menemukan jawabannya.