Kabut pekat menyelimuti pandangan Kael, seakan menutupi segala sesuatu yang nyata. Tidak ada cahaya, tidak ada suara, hanya kegelapan yang membentang tanpa batas. Rasa kehilangan keseimbangan membuat tubuhnya terasa ringan, seperti melayang di antara dua dimensi yang tak bisa ia pahami.
Kemudian, perlahan-lahan, sebuah cahaya redup muncul dari kejauhan. Bukan cahaya yang berasal dari matahari atau sumber energi lain, melainkan sebuah sinar yang menyerupai pemahaman. Kael bisa merasakan bahwa cahaya itu bukanlah sesuatu yang bisa disentuh, melainkan sesuatu yang hanya bisa dirasakan dengan kesadaran.
Saat kesadarannya semakin jernih, ia menyadari bahwa dunia di sekitarnya mulai berubah. Kabut yang tadinya menutupi segalanya perlahan-lahan menghilang, memperlihatkan sebuah tempat yang sama sekali berbeda dari sebelumnya.
Tanah yang ia pijak terasa aneh, seakan bukan berasal dari materi yang biasa ia kenal. Setiap langkahnya meninggalkan jejak yang berkilauan seolah waktu itu sendiri mengakui keberadaannya di tempat ini.
"Eldoria?" panggilnya, mencoba memastikan bahwa ia tidak sendirian.
Namun, tak ada jawaban.
Kael menyipitkan matanya, menajamkan indranya untuk merasakan apakah ada keberadaan lain di tempat ini. Namun, yang ia rasakan hanyalah kehampaan, seolah dunia ini hanya ada untuknya seorang.
Lalu, suara itu muncul kembali.
"Kael, kau telah melangkah ke tempat yang seharusnya belum bisa kau masuki."
Sosok yang sebelumnya ia temui kembali berdiri di hadapannya, kali ini lebih jelas dari sebelumnya. Namun, wajahnya tetap samar, seolah-olah dunia ini tidak mengizinkan Kael melihat identitas aslinya.
Kael tidak langsung merespons. Ia tahu bahwa pertanyaan sembarangan hanya akan membuang waktu.
"Dimana ini?" tanyanya, suaranya tetap tenang meskipun pikirannya dipenuhi oleh berbagai kemungkinan.
Sosok itu melangkah maju, tangannya terangkat ke udara. Dalam sekejap, dunia di sekitarnya berubah lagi. Langit yang tadinya kosong kini dipenuhi oleh bintang-bintang yang bergerak dalam pola yang tidak bisa dipahami.
"Ini bukan dunia biasa," jawab sosok itu. "Ini adalah tempat di mana hukum tidak lagi berjalan seperti yang kau kenal."
Kael menatap sekeliling, mencoba memahami apa yang terjadi. Namun, semakin ia mencoba berpikir secara logis, semakin dunia ini terasa tidak masuk akal.
"Jadi, kau membawaku ke sini untuk apa?" Kael bertanya, matanya tetap waspada.
Sosok itu tersenyum samar. "Untuk menguji pemahamanmu tentang hukum. Kau menganggap dirimu memahami dunia, tetapi pemahaman itu hanya setetes dalam lautan yang lebih luas."
Kael mengepalkan tangannya. "Kalau begitu, tunjukkan padaku apa yang kau maksud."
Begitu kata-kata itu terucap, dunia di sekitarnya kembali berubah. Kali ini, ia berada di tengah lautan yang tidak memiliki ujung. Namun, airnya bukanlah air biasa. Setiap gelombang yang bergerak tampak membawa pecahan cahaya, seperti energi murni yang mengalir dalam realitas itu sendiri.
Kael mencoba menyentuhnya, tetapi saat jarinya menyentuh permukaan, ia merasakan ribuan informasi mengalir ke dalam pikirannya.
"Ini... ini adalah hukum yang belum aku pahami..."
Sosok itu mengangguk. "Tepat sekali. Ini adalah lautan hukum yang membentuk realitas itu sendiri. Semua yang ada di dunia ini berasal dari hukum yang bahkan belum bisa kau sentuh."
Kael menarik napas dalam. Ia menyadari bahwa tempat ini bukan hanya sekadar ilusi. Ini adalah bagian dari sesuatu yang lebih besar, sesuatu yang selama ini tersembunyi dari pemahamannya.
Namun, ada satu pertanyaan yang mengganggu pikirannya.
"Kenapa kau menunjukkan ini kepadaku?"
Sosok itu menatapnya sejenak, sebelum akhirnya berkata, "Karena kau akan menjadi seseorang yang mampu mengubah realitas ini."
Kael terdiam. Kata-kata itu membawa beban yang lebih besar daripada yang bisa ia bayangkan.
"Tetapi itu tergantung pada seberapa jauh kau bisa memahami kebenaran di balik hukum ini," lanjut sosok itu. "Dan untuk itu, kau harus membuktikan bahwa kau layak."
Seketika, dunia di sekitarnya berubah lagi. Kali ini, Kael berdiri di atas platform yang terbuat dari cahaya, dengan jurang tanpa dasar di sekelilingnya.
Di depannya, muncul tiga sosok yang tampak seperti bayangan. Mereka tidak memiliki wajah, tetapi Kael bisa merasakan bahwa mereka adalah representasi dari sesuatu yang lebih dalam.
"Hadapi mereka," kata sosok misterius itu. "Dan tunjukkan pemahamanmu tentang hukum."
Kael tidak perlu diberi tahu dua kali. Ia langsung mempersiapkan dirinya, merasakan energi yang mengalir di sekelilingnya.
Bayangan pertama menyerangnya dengan kecepatan yang mustahil, tubuhnya tampak menyatu dengan ruang itu sendiri.
Kael bereaksi cepat, mencoba memahami pola serangannya. Namun, setiap kali ia berpikir ia telah membaca gerakannya, bayangan itu berubah menjadi sesuatu yang berbeda.
"Lawan ini tidak mengikuti hukum gerakan biasa..." Kael bergumam.
Ia menyesuaikan dirinya, mencoba menggunakan pemahamannya tentang hukum ruang untuk memperlambat gerakan musuh.
Dan berhasil.
Bayangan itu kehilangan kecepatannya sejenak, cukup bagi Kael untuk melancarkan serangan balasan. Dalam sekejap, bayangan itu menghilang.
Namun, dua bayangan lainnya mulai bergerak.
Salah satunya mengeluarkan tekanan yang begitu besar hingga Kael merasa dunia di sekelilingnya bergetar.
"Hukum gravitasi..." Kael segera menyadari.
Namun, ini bukan gravitasi biasa. Ini adalah gravitasi yang mengubah realitas itu sendiri.
Kael merasakan tubuhnya mulai tertarik ke dalam kehampaan, seolah-olah ia sedang jatuh ke dalam dimensi yang berbeda.
Tetapi ia tidak panik.
Sebaliknya, ia menutup matanya, mencoba memahami bagaimana hukum gravitasi ini bekerja.
Dan saat ia membukanya kembali, ia tersenyum.
"Tidak ada hukum yang tidak bisa dipahami."
Dengan satu gerakan, ia membalikkan gravitasi itu, membuat bayangan tersebut terjerat dalam hukum yang ia ciptakan sendiri.
Satu lagi lenyap.
Kini hanya tersisa satu.
Yang terakhir berdiri diam, tetapi Kael bisa merasakan sesuatu yang lebih mengerikan darinya.
"Sekarang, mari kita lihat apakah kau benar-benar memahami hukum..."
Bayangan terakhir mulai bergerak, dan dunia di sekitarnya mulai hancur.
Kael bersiap. Ini adalah ujian yang sesungguhnya.
---