Bab 38: Menembus Batas Pemahaman

Kael berdiri tegap di atas platform cahaya yang mulai retak. Bayangan terakhir di depannya tampak diam, tetapi kehadirannya membuat dunia di sekitarnya bergetar. Tidak seperti dua bayangan sebelumnya, yang ini tidak menunjukkan bentuk serangan yang jelas.

Namun, Kael tahu bahwa semakin diam sesuatu, semakin berbahaya ia sebenarnya.

Bayangan itu perlahan mengangkat tangannya, dan dalam sekejap, dunia di sekeliling Kael berubah total. Langit yang sebelumnya dipenuhi bintang kini berubah menjadi kehampaan yang mutlak, tempat di mana tidak ada konsep ruang dan waktu.

Kael menyadari apa yang terjadi.

"Ini... hukum nihilisme?"

Semua hal yang memiliki eksistensi tiba-tiba menghilang. Hukum yang ia kenal, bahkan keberadaannya sendiri, mulai memudar. Seakan realitas menolaknya, menghapusnya dari keberadaannya sendiri.

Bayangan itu tidak menyerangnya secara langsung. Sebaliknya, ia membiarkan hukum nihilisme ini bekerja, menghapus Kael sedikit demi sedikit.

Kael menatap tangannya—atau lebih tepatnya, ruang kosong tempat tangannya seharusnya berada. Jarinya mulai lenyap, tubuhnya mulai terkikis oleh ketiadaan.

Namun, ia tidak panik.

Sebaliknya, ia mengambil napas panjang—sebuah tindakan yang seharusnya mustahil dalam kehampaan ini.

"Jika hukum nihilisme menghapus segala sesuatu, maka..."

Kael menutup matanya, merasakan setiap perubahan dalam dirinya. Ia tidak bisa merasakan gravitasi, tidak bisa merasakan aliran energi, tidak bisa merasakan waktu yang bergerak.

Tetapi justru dalam kehampaan ini, ia menemukan sebuah celah dalam hukum nihilisme itu sendiri.

"Tidak ada hukum yang absolut. Bahkan nihilisme pun membutuhkan eksistensi untuk menghapus sesuatu."

Jika nihilisme menghapus segala hal, maka itu berarti nihilisme itu sendiri masih merupakan hukum.

Dan jika sesuatu memiliki hukum, maka hukum itu bisa dipahami.

Kael membuka matanya, dan di saat itu, pemahamannya tentang keberadaan dan ketiadaan mencapai puncaknya.

"Aku ada, karena aku memilih untuk ada."

Dalam sekejap, tubuhnya kembali terbentuk, bahkan lebih kuat dari sebelumnya.

Bayangan itu tampak bergerak untuk pertama kalinya, seakan terkejut oleh apa yang Kael lakukan.

Namun, Kael tidak memberinya waktu untuk bereaksi.

Dengan satu langkah, ia menembus ruang di antara mereka. Tangan kanannya terangkat, dan untuk pertama kalinya, ia menciptakan sesuatu dari kehampaan itu sendiri.

Sebuah hukum baru.

Hukum yang menyangkal ketiadaan.

"Existence Override."

Dalam sekejap, dunia nihilisme itu runtuh, tergantikan oleh realitas yang dipenuhi oleh esensi keberadaan.

Bayangan itu mencoba melawan, tetapi ia tidak bisa menghindari hukum yang baru saja Kael ciptakan. Dengan satu sentuhan, ia lenyap, bukan karena dihapus, tetapi karena ia tidak pernah ada dalam hukum baru yang Kael buat.

Keheningan menyelimuti dunia ini.

Sosok misterius yang sejak tadi mengawasi Kael tersenyum tipis.

"Menarik... kau tidak hanya memahami hukum, tetapi kau juga menciptakan hukum baru untuk menentangnya. Itu adalah langkah pertama menuju sesuatu yang lebih besar."

Kael menatapnya, masih merasakan getaran dari pemahaman barunya.

"Jadi, ini yang kau ingin aku pelajari?"

Sosok itu mengangguk. "Tapi ini baru permulaan. Kau telah melewati ujian ini, tetapi jalanmu masih panjang."

Kael menghela napas. Ia tahu bahwa pemahamannya belum seberapa dibandingkan dengan mereka yang telah menguasai hukum sepenuhnya.

Tetapi satu hal yang pasti...

Ia baru saja mengambil langkah pertamanya menuju kebenaran yang lebih besar.