Kael berdiri tegak, menatap pria bernama Aetherius dengan mata tajam. Suasana di sekeliling mereka terasa aneh—waktu berhenti, namun Kael masih bisa merasakan denyut keberadaannya sendiri.
Aetherius melangkah maju. Setiap langkahnya tidak menghasilkan suara, seolah-olah ia tidak benar-benar bergerak dalam ruang dan waktu yang sama dengan Kael.
"Kael," suara pria itu terdengar dalam, penuh dengan makna yang tersembunyi. "Kau telah menyentuh esensi waktu, tetapi pemahamanmu masih dangkal."
Kael tidak menjawab. Ia tahu bahwa lawannya bukanlah sosok biasa.
Aetherius mengangkat tangannya, dan dalam sekejap, dunia di sekitar mereka berubah.
Langit yang tadinya kosong kini dipenuhi bintang-bintang berputar dengan kecepatan yang tidak masuk akal. Planet-planet yang seharusnya membutuhkan miliaran tahun untuk berevolusi kini bergerak dalam hitungan detik.
Kael merasakan tekanan besar menghantam tubuhnya, seakan dirinya ditarik dalam arus waktu yang tidak terkendali.
Namun, ia tidak menyerah begitu saja.
Ia mengaktifkan pemahamannya tentang Existence Override, menciptakan stabilitas di sekelilingnya.
"Menarik," kata Aetherius dengan senyum tipis. "Kau bisa menegaskan eksistensimu meski berada di luar aliran waktu."
Kael menajamkan tatapannya.
"Apa sebenarnya tujuanmu?" tanyanya.
Aetherius terdiam sejenak, lalu mengangkat satu jari.
"Pertempuran."
Dan dalam sekejap, ruang di antara mereka bergetar.
Sebuah serangan tak terlihat menghantam Kael dengan kekuatan yang cukup untuk menghancurkan dunia biasa.
Namun, ia tidak mundur.
Kael mengangkat tangannya, membentuk perisai hukum yang terbuat dari energi waktu dan keberadaan. Benturan antara dua kekuatan itu menciptakan gelombang yang menghancurkan bintang-bintang di sekitar mereka.
Tapi Aetherius sudah bergerak.
Dalam sepersekian detik, pria itu muncul tepat di belakang Kael, tangannya membentuk simbol aneh.
Seketika, waktu di sekitar Kael mulai melambat.
Kael mencoba bergerak, tetapi tubuhnya terasa tertahan oleh kekuatan yang tak terlihat.
"Ini adalah Penjara Temporal," bisik Aetherius. "Teknik yang hanya bisa digunakan oleh mereka yang telah melampaui pemahaman dasar waktu."
Kael menggertakkan giginya.
Ia merasakan setiap partikel di tubuhnya ditarik ke berbagai arah dalam aliran waktu yang berbeda. Tangan kanannya berada di masa depan, sementara kakinya tertinggal di masa lalu.
Jika ia tidak segera keluar dari situasi ini, ia akan terpecah di dalam realitas.
Namun, Kael bukanlah seseorang yang mudah menyerah.
Dalam pikirannya, ia kembali ke pemahamannya tentang Existence Override.
Jika waktu bisa dibentuk, maka ia tidak harus menerima keadaan ini begitu saja.
Ia menarik napas dalam dan mengarahkan energinya ke titik keberadaannya sendiri.
"Aku yang menentukan di mana dan kapan aku berada."
Seketika, perisai transparan yang mengelilinginya bergetar dan meledak dalam gelombang energi yang kuat.
Kael bebas.
Aetherius tersenyum.
"Bagus," katanya. "Tapi belum cukup."
Kael tidak punya waktu untuk bereaksi.
Aetherius mengayunkan tangannya, menciptakan puluhan lingkaran waktu yang mengelilingi Kael.
Masing-masing lingkaran itu adalah pintu menuju kemungkinan berbeda—dalam satu, Kael melihat dirinya mati terbakar, dalam yang lain, ia melihat dirinya tenggelam dalam kegelapan tanpa akhir.
Dan semuanya mengarah kepadanya dalam hitungan detik.
Kael tahu bahwa ia tidak bisa menghindari semuanya.
Tapi ia tidak perlu menghindari.
Jika Aetherius bermain dengan kemungkinan…
Maka ia hanya perlu menghapus kemungkinan itu dari keberadaan.
Ia mengulurkan tangannya, mengaktifkan pemahamannya lebih jauh.
Lingkaran-lingkaran waktu itu mulai bergetar, dan satu per satu, mereka menghilang.
Aetherius menaikkan alisnya.
"Oh?"
Kael menatapnya.
"Aku tidak harus memilih masa depan," katanya. "Aku bisa menciptakan masa depanku sendiri."
Aetherius terdiam sejenak, lalu tertawa kecil.
"Menarik."
Namun, sebelum Kael bisa bereaksi, pria itu sudah berada tepat di hadapannya.
Dan untuk pertama kalinya, Aetherius benar-benar menyerang.
Tinju pria itu menghantam dada Kael, dan seketika, waktu di sekeliling mereka pecah.
Kael tidak hanya merasakan pukulan fisik.
Ia merasakan tubuhnya dipisahkan dari aliran waktu, seakan-akan ia dicabut dari realitas itu sendiri.
Namun, di dalam kehancuran itu, ia tersenyum.
Sebab ia tahu sesuatu yang Aetherius tidak sadari.
Kael tidak hanya memahami waktu.
Ia menjadi bagian dari waktu itu sendiri.
Saat serangan itu mencoba menghapusnya, Kael mengaktifkan hukum keberadaannya.
Dan ia muncul kembali—tepat di belakang Aetherius.
Untuk pertama kalinya, ekspresi Aetherius berubah.
"Bagaimana…"
Kael mengangkat tangannya, dan dalam sekejap, Aetherius merasakan waktunya sendiri mulai berantakan.
Kael berbisik.
"Kau bermain dengan waktu terlalu lama. Tapi waktu juga bisa melawanmu."
Aetherius terdiam, lalu tersenyum tipis.
"Menarik."
Dalam sekejap, pria itu menghilang, meninggalkan jejak energi yang sulit dipahami.
Kael menghela napas.
Ia menang, tapi ia tahu bahwa ini bukanlah akhir.
Aetherius bukanlah musuh biasa.
Dan di suatu tempat di luar sana, masih ada rahasia waktu yang belum ia pahami.
Namun satu hal pasti—
Kael telah melangkah lebih jauh dari yang ia bayangkan.
Dan ia tidak akan berhenti sampai ia menguasai segalanya.
---