WebNovelRed & Ink36.67%

Chapter 11 Perjanjian

Esoknya Pen berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki, tapi baru beberapa meter dari rumah, tak di sangka ada Lucas mengejarnya keluar dari rumah. "Pen..." dia mendekat berhenti berlari. Pen menoleh dan menatap datar.

". . .Huf, kau... Lupa ini," Lucas memberikan kotak makan bekal untuknya. Tapi Pen hanya melirik tajam, layaknya dia tengah berpikir dengan wajah yang sangat kesal apalagi ada yang aneh yakni sebuah bekal, memang nya dia kenal dengan apa itu bekal?

". . . Aku tak pernah membawanya."

"Eh, kenapa, tapi bibi bilang kau lupa membawa ini. Jadi otomatis kau selalu membawanya," Lucas menatap. Lalu Pen menggigit bibirnya sendiri dengan kesal, berjalan pergi.

"Hah...?! Pen.... Ini."

"Kembalikan itu padanya!!" Pen berteriak. Hal itu membuat Lucas bingung.

"(Dia... Hanya bersikap seperti itu saat ada orang saja, memangnya dia pernah memasak kan sesuatu untuk ku,)" Pen berjalan dengan kesal sambil memikirkan Ibunya. Lalu ia mengambil ponselnya yang ada di sakunya. "Terkutuk sikap itu…"

Tapi saat ia melewati sebuah gang, ia mendengar suara dari gang itu dan berhenti berjalan, melihat apa yang terjadi di sana. Dia terkejut saat melihat Bu Saga melakukan nya (Dia sedang bercinta) pada Guru Lelaki lain di sana.

Mereka berdua menoleh saat Pen ada di sana dan mereka sama sama terkejut melihat nya.

"P... Pen!!" Bu Saga benar-benar terkejut tak percaya murid nya sendiri melihat nya bercinta dengan Guru Lelaki lain. Seharusnya dia yang berpikir dua kali soal tak percaya bahwa dirinya melakukan hal yang sangat menjijikan di sana.

"Tu-tunggu Pen... Ini bukan seperti yang kau pikirkan!!" Saga mencoba meyakinkan nya, sementara guru lelaki itu hanya diam membuang wajahnya.

"Aku tidak tahu apa-apa," kata Pen yang langsung menyela. Lalu ia berjalan pergi begitu saja dari sana.

"Hah..." Bu Saga terkejut mendengarnya. "(Bagaimana ini, jika dia bercerita pada semua orang, reputasiku sebagai guru akan menurun, aku harus melakukan sesuatu, tapi, bukankah Pen itu adalah murid yang terkuncilkan, untuk apa takut padanya, meskipun dia hanya menceritakan kejadian, tapikan semuanya tak akan percaya jika tidak langsung melihat,)"

Dikelas, Pen memainkan ponselnya di meja. Disisi lain ada 2 lelaki mengobrol sambil melirik padanya.

"Bukankah Pen sangat cantik jika dilihat dengan jelas."

"Ya, dia perempuan putih disini tapi sikapnya benar-benar aneh," kata mereka.

"Dia sangat kosong dan hampa.... Bahkan aku sering melihat nya masuk ke kamar mandi hanya untuk berkaca dan melamun."

"Wajar saja, aku dengar dia anak broken home. Orang tuanya cerai dan hanya tinggal bersama ibunya. Jika sikapnya begitu pasti sudah jelas bagaimana dengan sifat ibunya mendidik nya. Kupikir dia hanya butuh ketenangan saja," mereka terus membahas Pen.

Untungnya Pen tak mendengar itu. Rupanya masih ada lelaki yang menganggap nya sebagai perempuan dengan menganggap nya cantik di kelas, bagaimanapun juga dia memang sangat cantik, tapi terhalang oleh sikapnya yang begitu aneh. Perlu di ingat bahwa gadis itu terlalu aneh untuk kehidupan mereka, dan kehidupan gadis itu tidak terlalu baik jika harus berbaur dengan mereka menjadikan gadis seperti Pen tak bisa berbaur dengan baik karena takdir terus mencegahnya dengan alasan kehidupan yang sudah cukup menyakitinya, bisa di bilang dia terlalu bosan dengan kehidupan nya dan bahkan ketika tahu dia mengalami depresi, dia hanya tenang karena obat.

Tapi tak lama kemudian, Bu Saga datang untuk mengajar mereka, awalnya semua berjalan seperti layaknya dia menerangkan materi hari ini di papan tulis, tapi ia terus terganggu pandangan nya dan hanya melihat ke Pen, dia terus mencoba melirik ke Pen yang hanya tenang-tenang saja di mejanya sambil mencatat di buku tulisnya. Rupanya dia memutuskan untuk memperhatikan dengan sangat jelas materi yang di papan tulis untuk menambah pengetahuan nya, mengingat dia bukan apa-apa dimata ibunya.

Lalu tak berselang lama, tepatnya 10 menit sebelum pelajaran akan selesai, Bu Saga berjalan mendekat ke meja Pen. "Pen, bisa kau ikut denganku?" tanya Bu Saga.

Tapi Pen terdiam tak merespon, hanya menatap kosong saja. Bahkan dia dengan tenang tenang saja menatap datar seperti layaknya bersikap biasa padanya.

Semuanya mulai memandang aneh ke Bu Saga, mereka juga saling mengobrol membuat Bu Saga mulai tak nyaman hingga dia mengatakan sesuatu pada Pen.

"Ini soal yang tadi, aku ingin membicarakan ini dengan mu saja... Kau harus mau, jika kau memberitahu hal itu pada yang lain, aku akan melakukan sesuatu padamu. Kau tidak bisa lari, Pen," Bu Saga menatap kesal sedikit. Lalu Pen berdiri dan mengikutinya.

"Apa yang terjadi?

"Apa Pen membuat kesalahan?"

"Aku tak melihat dia melakukan apapun, bahkan dia yang fokus mencatat tadi,"

"Aku juga merasa begitu, dia hanya diam saja tapi kenapa sampai di bawa bu saga?"

"Apa jangan-jangan Bu Saga sengaja?" mereka mulai berpikir curiga pada Bu Saga yang hanya akan merendahkan Pen.

"Tapi jika di panggil Bu Saga, pasti dia melakukan sesuatu yang tidak kita ketahui, berhentilah mencurigai bu saga," sebagian dari mereka memiliki pemikiran berkebalikan dan malah menuduh Pen.

"Lalu dia melakukan apa sehingga dia di panggil Bu Saga?"

"Pastinya membuat onar lagi," mereka semakin menjadi jadi menuduh Pen.

"Kenapa kalian berpikir begitu?"

"Dia hanya mengalami sesuatu yang tidak kita ketahui, tapi dia melakukan sesuatu yang juga tidak kita ketahui."

Sementara itu, Bu Saga rupanya membawanya ke halaman belakang sekolah. Lalu dia berhenti berjalan dan menoleh pada Pen.

"Pen, tadi itu tak seperti yang kau lihat, aku hanya—

"Aku mengerti itu, aku sudah bilang aku tak tahu apa-apa. Kenapa kau malah memberitahuku? Kau mau memperpanjang masalah?" Pen menyela.

"Tapi, kau benar-benar melihatnya bukan?"

"Kau pasti berpikir jika aku memberitahu orang-orang hanya dengan berbicara, mereka tak akan percaya padaku, kau berpikir begitu kan?" Pen menatap.

"Yah, kan kamu juga tidak punya bukti, kamu juga bilang tidak melihatnya kan," Bu Saga menjadi menatap dengan angkuh setelah mengatahui Pen tidak melihat apapun tadi, karena dia juga sudah tenang.

". . .Aku tak melihatnya, tapi..." Pen mendadak saja mengeluarkan ponselnya dan juga menunjukan foto diponselnya pada Bu Saga, rupanya dia memotret aksi Bu Saga tadi. Ketika pandangan nya langsung melihat itu, Bu Saga langsung menjadi terkejut.

"Ke-kemarikan ponsel itu!!" dia akan merebut tapi Pen tak mengizinkannya dengan menghindari tangan nya.

"Aku bisa menghapusnya untukmu, asalkan turuti apa yang aku mau."

"Apa maksudmu?" Bu saga menatap kesal. Lalu Pen berbisik membuat Bu Saga terkejut mendengarnya bahkan wajahnya tampak sangat pucat.