"Baiklah, ini kan sekolah mu? Jangan heran jika aku tahu karena aku selalu lihat logo sekolah mu di seragam yang kau pakai ketika berkunjung ke rumah sakit," kata Ezra, tapi dia terdiam begitu menyadari Pen masih membisu.
"Pen?" dia memastikan.
Hal itu membuat Pen langsung tersadar dengan salah tingkah. "Uhm.... Aku pergi dulu, terima kasih," kata Pen yang membuka pintu mobil dan berjalan pergi.
Ezra menatap nya pergi masuk ke gerbang, lalu ia menjadi tersenyum kecil sendiri. "Haha.... Benar-benar manis, dia tidak tersipu sama sekali. Menurut ku dia itu antara dewasa dan polos, sikapnya tenang hanya karena tercampur dengan keterpurukan nya. Aku akan menunggunya di ruangan rumah sakit ku," gumamnya, lalu ia menginjak gas dan berjalan pergi.
Pen menoleh ke belakang melihat mobil itu pergi, ia lalu terdiam dingin dan kembali berjalan masuk ke gedung sekolah. Tapi ada yang mencegahnya di lorong sekolah tepat nya banyak perempuan yang datang menghadangnya.
"Hei Pen, siapa yang mengantarkan mu tadi, apa itu pria penyewa tubuhmu?" mereka mulai berkata kata
"Jangan-jangan kau menjual tubuhmu untuk pria kaya, gawat sekali padahal baru SMA.... Mau kita laporkan ke kepala sekolah nih," tatap mereka.
"Dia bukan siapa-siapa ku," Pen membalas dengan alis yang serius.
"Tapi bagaimana jika perkataan kami benar, gawat nih hahaha," mereka mulai menertawakan nya.
Hal itu membuat Pen menundukkan wajah dan berjalan pergi menjauh dari mereka yang masih tertawa.
"(Aku yakin, banyak orang yang berada di posisi ku ini.... Tapi ini lebih buruk dari apapun,)" pikir Pen. Ia meletakan tas yang ia bawa di meja nya dan berjalan pergi ke balkon gedung sekolah.
"(Sekarang aku terlihat seperti ibu.... Selalu keluar malam dan pulang pagi dengan keadaan berantakan, di siang hari ia terlihat bersantai terlihat seperti tak terjadi apa-apa pada malamnya.... Apa aku akan seperti itu?)" Pen terdiam di balkon atap itu.
Tapi ada seseorang memanggil. "Hei gadis."
Hal itu membuatnya menoleh perlahan, terlihat bahwa itu adalah Melda. "Kau tidak berniat bunuh diri lagi kan? Kau harusnya tahu bunuh diri tak akan ada artinya."
"Siapa yang mau bunuh diri?" Pen terdiam hanya mengangkat satu alisnya dengan bingung.
"Kau harus mengerti, banyak orang yang ada di posisi mu tapi mereka semua kebanyakan langsung bunuh diri, seharusnya kau kuat saja menghadapi ini," tambah Melda.
"Kau tidak berhak ikut campur dalam hal ini, aku tidak berniat aku mati tapi aku berniat mereka mati."
"Oh... Kau mau membunuh mereka semua, tapi ini akan menjadi kasus pembunuhan berantai nantinya."
Pen terdiam, dia menatap ke arah lain hingga ia menjawab dengan menatap ke arahnya lagi. "Aku tidak melakukan itu--" tapi ia berhenti bicara ketika melihat Melda tidak ada di sana. Sepertinya lelaki itu pergi membuat Pen terdiam dan menghela napas panjang.
"(Apa yang harus kulakukan, apakah aku mulai gila? Kenapa dia pergi begitu saja... Tidak sopan sekali....)"
Hingga ketika pulang dari sekolah, ia pulang benar-benar terakhir dari semuanya. Sekolah benar-benar sepi setelah satu jam berlalu dari kepulangan siswa lainnya. Ia kebetulan melihat mobil Ezra yang terparkir di pinggir jalan agak jauh. Pen sangat mengenali mobil itu, tapi ia hanya diam.
"(Tidak mungkin dia datang untuk menjemputku, tunggu, memang nya mobil siapa itu, aku tidak kenal, mungkin hanya orang lain... aku tidak begitu hafal mobilnya...)"
Ia akan berjalan pergi, tapi siapa sangka Ezra langsung menghalangi jalannya tiba-tiba. Dia benar benar langsung muncul ketika Pen berbalik akan pergi layaknya dua menunggu di tempat yang pas.
"Hei..."
Dia menatap, membuat Pen terkejut dengan kehadirannya yang tiba-tiba.
"Ck, ck, kau ini sekolah atau bekerja? Kau bahkan pulang sangat lama. Apa kau biasanya melakukan ini?" tanya Ezra.
Pen terdiam sejenak sambil menatap sekitar dan menjawab, "Aku tak mau mereka melihatku tidak dijemput... Mereka semua dijemput dan aku harus berjalan kaki... Mereka selalu menebarkan rumor bahwa aku tidak di rawat."
Seketika Ezra terdiam.
"(Jadi dia sengaja pulang terakhir, memastikan semuanya sudah pulang agar mereka tidak melihat Pen pulang sendirian... Gadis ini, punya dosa apa sehingga hidupnya begitu kejam...)"
"Karena itulah aku di sini. Aku sudah menunggu satu jam lebih di sini... dan kau harus bertanggung jawab," ujar Ezra.
"Apa? Apa maksudmu? Aku tidak memintamu menjemputku, Dokter..."
"Tapi aku ingin menjemputmu... Dan kau tahu apa? Aku tahu suatu hal yang bisa membuatmu tenang dari depresimu," tatap Ezra dengan ekspresi licik.
"Sesuatu... yang membuatku tidak cemas lagi?" Pen menatap dengan mata kosongnya, lalu Ezra mengangguk.
"Aku..." Pen mendadak ragu, ia bahkan membuang wajahnya.
"Kenapa? Kau ingin beban pikiranmu hilang, kan? Karena itulah aku mencarimu. Aku ingin memberitahumu dan menunjukkan bahwa aku bisa menangani gadis sepertimu tanpa gelar pekerjaan psikologis," ujar Ezra, mencoba meyakinkan Pen.
"Tapi... aku tidak punya uang untuk membayarmu," ucap Pen.
"Pft, aku tidak memperjualbelikan hal ini padamu... Uangku sudah banyak, aku tak butuh uang dari gadis sepertimu... Cepat, masuklah," Ezra berjalan ke mobil dan membuka pintu untuk Pen yang masih ragu.
"Dokter, kita baru bertemu beberapa kali dan belum sepenuhnya saling mengenal," ujar Pen, ingin menyampaikan bahwa ia tengah ragu.
Tetapi Ezra selalu punya cara.
"Hei, siapa yang bilang kita tidak saling kenal? Aku justru mengenalmu, kau saja yang belum mengenalku... Bukankah aku sudah bilang aku tertarik padamu? Aku ingin melihat bagaimana tingkah gadis yang masih SMA di sini..."
"Tapi ada banyak gadis lain, kau bisa membawa mereka. Aku berbeda dari kebanyakan mereka..."
"Jika semua gadis sama saja, kenapa aku hanya memilihmu? Karena kau memiliki kelebihan yang tidak dimiliki gadis lain... Aku tidak pernah salah memilih," Ezra mendadak menatap serius, membuat Pen terdiam menatapnya.
Hingga ia bertanya sesuatu, "Bagaimana caraku mempercayaimu, Dokter... Kau pasti akan menjebakku, kau akan menculikku."
"Bukankah itu yang kau mau...? Keluar dari kehidupanmu... Lebih baik kau lari dari kehidupanmu dan membuat semua orang berpikir bahwa kau hilang karena sebuah insiden?"
Kata-kata Ezra terngiang di kepala Pen. Bahkan ia bisa memikirkan hal itu.
Untuk gadis yang gampang cemas seperti Pen, pasti berpikir itu adalah ide yang bagus.
"(I... Itu terdengar seperti ide yang bagus... Kenapa aku tidak pernah terpikir cara melarikan diri yang seperti itu? Aku ingin lari dari semua ini, tapi aku tak tahu caranya... Jika aku dibawa oleh orang lain, dan aku mati, semua orang akan berpikir aku hilang tanpa disengaja. Dengan begitu, mereka tidak berpikir aku aneh...)"