WebNovelRed & Ink86.67%

Chapter 26 Gadisnya

Sementara itu ada yang datang menghancurkan suasana tenang Pen yang masih melihat bunga di halaman itu. Awalnya Pen dengan tenang melihat satu ekor kupu-kupu biru yang hinggap di bunga depan nya.

Tapi satu wanita tahanan yang terlihat seperti mantan preman telah menginjak beberapa bunga itu di depan Pen, Pen menjadi terkejut dan menengadah melihat siapa yang melakukan itu.

"Hoi gadis aneh, kau tahanan baru bukan. Kenapa Kau terlihat seperti bocah kecil huh memangnya apa kasusmu?" dia mulai merendahkan Pen.

"Sepertinya kau bisu, aneh sekali gadis sepertimu masuk kemari, lebih baik kau layani Aku," dia menambah perkataan nya. Seketika Pen menjadi mengepal tangan.

***

"Kaori," Seorang lelaki datang masuk saat Kaori masih berada di ruangan tadi.

"Ketua, ada apa?" Kaori menatap langsung menutup dokumen yang ia baca tadi.

"Aku hanya ingin mengatakan sesuatu padamu, kau tahu gadis tahanan baru itu?" lelaki itu datang mendekat.

"Maksudmu Pen? Aku baru saja membaca kasus nya, dan Ada Ezra di sini..."

"Sebelumnya apa pihak Pen (Ezra) mengirimkan sesuatu pada Pen?"

"Dia mengirimkan sebuah penjepit rambut panjang berbentuk sumpit, itu di gunakan untuk melipat rambut Pen yang panjang, benar-benar pria yang baik," balas Kaori, rupanya Ezra memberikan sesuatu untuk Pen.

"Oh, itu bagus, itu akan mengurangi rasa bersalah gadis itu... Dan aku ingin bilang sesuatu, sepertinya tugas jaga dan awasi ada di tanganmu untuknya," kata lelaki itu.

"Eh, kenapa dia harus diawasi khusus!!" seketika Kaori langsung terkejut.

"Kau tahu bukan, dia bisa melakukan sesuatu yang mustahil pada tubuhnya yang mungil" kata Pria itu. Seketika Kaori tambah terkejut dan langsung bergegas kembali ke halaman.

"Jika memang harus diawasi sekarang kenapa tidak bilang, Dia bisa saja membunuh..." dia berhenti di halaman dan terdiam. Semua tahanan juga melihat di arah yang sama. Dimana mereka melihat wanita yang memprovokasi Pen tadi tergeletak berdarah dengan adanya luka di lehernya dan Pen terlihat memegang sebuah penjepit rambut panjang yang berlumur darah.

"Tahanan 235 apa yang Kau lakukan???" Kaori mendekat sambil menarik tangan Pen ke atas. Ia mengambil penjepit rambut itu dari tangan Pen yang juga berdarah.

"Bagaimana bisa dia melukai orang hanya dengan penjepit rambut."

Itu adalah hal paling mustahil tapi Pen sudah melakukan hal itu pada kasusnya, dia hanya berwajah kosong biasa.

"Tahanan 235, memiliki emosi yang kuat dan harus menjalani pengawasan oleh beberapa penjaga. Karena kelakuannya yang telah melanggar hukum narapidana, dia akan di letakan di tempat yang tertutup."

Malam harinya Kaori pulang kerumah setelah bekerja berjaga. "(Rasanya sangat lelah... Aku masih berpikir bagaimana cara gadis itu melukainya,)" ia terdiam melamun. Tapi tiba-tiba ia menabrak seorang pria saat ada di jalanan kota. "Oh, maaf," ia menengada dan rupanya tidak di sangka-sangka itu Ezra.

"Tidak apa-apa..." balasnya dengan sangat cuek, karena dia tak terlalu memperhatikan nya.

Tapi Kaori terdiam mengamatinya dan seketika ia terkejut. "Ezra?"

"Oh, benar rupanya, ini sudah lama bukan," kata Ezra.

"Astaga, aku benar-benar tidak mengira kau seganteng ini, tapi tetap payah seperti dulu," cengir Kaori.

"Apa kau bilang, kau juga wanita terganas di sekolah," Ezra bergantian membalas.

"Ha, kau tak lebih parah dari Aku..." Kaori menyela.

Sampai akhirnya mereka bertengkar di jalan. Ya mereka adalah teman sekolah dan tak disangka Kaori akan menjadi penghubung mereka berdua.

Terlihat mereka berdua ada di kafe mengobrol. "Apa pekerjaanmu Ezra?" tanya Kaori.

"Hanya Dokter," Ezra membalas dengan tatapan membosankannya.

"Dokter, haha... Jadi kau bisa suka sukanya menyentuh wanita yang sakit?" Kaori tertawa merendahkan nya.

"Berhentilah bercanda wanita, aku tak berniat melakukan itu."

"Tak berniat, apa kau punya pacar sampai sampai tak tergoda dengan wanita lain?"

". . . Baru baru ini aku membantu gadis depresi yang baru saja masuk penjara, aku harap dia baik-baik saja disana."

"(Apa? Penjara? Gadis? Pen kah, tapi ini memang benar sih kalo Ezra ada hubungan nya sama Pen, tapi aku masih belum percaya.) Kenapa Kau membantunya? Bukannya dia masuk penjara pastinya gadis kriminal lah."

". . . Tidak juga, dia gadis yang baik, manis, dan bisa tenang bisa berteriak. Tak sepertimu yang emosian,"

"Huh, apa kau bilang, awas saja jika aku menemukan gadis itu."

"Kau tak bisa menemukanya dasar wanita, dia ada di penjara."

"Aku tahu itu dan aku sekarang ada disana," kata Kaori. Seketika Ezra terdiam membuat keheningan.

". . . Hei... Jangan diam," Kaori menatap kesal.

"Tunggu, kau bekerja disana kah!!!?" Ezra masih bermata tidak percaya.

"Tentu saja kenapa, lucu gitu huh?"

"Tidak, tidak, kau berarti bertemu dengan gadis itu?"

"Siapa namanya bodoh, kasih tahu aku namanya."

"Pen, dia bernama Pen."

"P-p-pen!! Rupanya benar ini ada hubungan nya," Kaori terkejut, awalnya ia tak percaya hubungan mereka, sekarang sudah mendengar sendiri dari mulut Ezra.

". . . Ada apa?" Ezra menatap bingung dengan ekspresi yang di buat Kaori.

". . . Pf... Hahaha..." tiba-tiba saja Kaori tertawa keras.

"Kenapa kau tertawa??"

"Dasar, ternyata kau lebih memilih gadis muda.."

"Itu tidak benar, dia hanya sedang butuh bantuan. Umurnya bahkan akan hampir 18 tahun, dia bukan gadis kecil ketika keluar nanti," kata Ezra.

"Ya, dan itu bantuan mu dari pria yang hampir berumur Ayah," Kaori menyela dengan tawa cekikan nya.

"Cih, Dia hanya ingin pelukan. Dan lagi, aku tidak terlihat seperti kepala tiga," Ezra menatap dengan lirikan kesal nya.

". . . K-kau bilang... Pelukan?" Kaori menjadi berhenti tertawa dan merubah ekspresi nya menjadi terdiam kaku.

"Dia menderita depresi, salah satu kunci menenangkan nya adalah kasih sayang hangat, aku ingin memberikanya tapi kita telah terpisah."

". . . Sebenarnya... Dia juga memang aneh, tapi dia itu juga sangat manis... Aku benar-benar tak bisa membandingkanya, kenapa orang-orang di sekitar menganggapnya aneh, padahal sangat cantik."

". . . Itu berarti kau tertarik padanya," kata Ezra dengan tatapan biasa.

"Huh, Dia hanya gadis manis."

". . . Terserah saja, aku mau pergi," Ezra berdiri dengan tatapan serius.

"Hei tunggu, kenapa kau ini aneh, aku ada disini apa kau tak mau aku menyampaikan sesuatu?"

"Aku memang memiliki rasa suka padanya, tapi aku akan memberikan nya pelan pelan, jadi mungkin kau bisa menghangatkanya dan membantuku untuk menyembuhkanya secara perlahan."

"Apah, aku tidak ingin, memangnya kau siapa mau mengaturku?" Kaori membuang muka menjadi cuek.

Lalu Ezra memegang bahu Kaori yang bingung.

"Dia akan menjadi gadisku, tolong jaga dia," ia tersenyum kecil membuat Kaori terdiam lalu Ezra berjalan pergi.

"Ga-ga-gadisnya," Kaori tiba-tiba berwajah merah sendiri.