WebNovelRed & Ink90.00%

Chapter 27 Hangat

Hari selanjutnya Kaori melihat di dalam sel Pen, ia mengintip Pen yang duduk diam membelakanginya di lantai.

"(Apa yang sedang dia lakukan, dia hanya diam saja... Apa mati... Kenapa Ezra menyukai gadis aneh sepertinya?)" ia semakin mengintip dan bahkan terus mengamati Pen di sana.

"(Sebenarnya jika aku lihat lagi, Ezra bukan seperti pria lain nya yang menyukai wanita seumuran nya karena dia menganggap sudah terlalu bosan melihat yang begituan, tapi aku semakin heran, apa yang membuatnya tertarik pada gadis itu?)" ia terdiam masih mengamati hingga ia sendiri menjadi lelah karena terus melihat Pen yang dari tadi tak melakukan apa-apa, lalu ia melihat jam tangan nya.

"Oh, sudah waktunya, tahanan 235 waktunya mandi!" kata Kaori yang berbicara pada Pen. Pen menoleh lalu berdiri, ia akan mandi bergantian.

"Ikuti aku, akan ku antar kau," tatap Kaori lalu Pen mengikuti nya. Hingga sampai di tempat mandi pun, Kaori masih menunggu di luar.

Saat selesai mandi, Pen akan kembali ke sel tapi Kaori menghalangi jalan nya di kamar mandi yang telah sepi, Pen menengadah menatap kosong.

"Kau, Pen... Gadis yang disukai Ezra hmp..." Kaori mendekatkan wajahnya mengamati mata Pen yang kosong tanpa adanya apa-apa.

"Ehem, Pen... Aku tak bermaksud apa-apa, tapi ini Ezra yang minta," kata Kaori sambil merentangkan tangan nya. Tapi Pen menjadi terdiam bingung.

"Ezra?"

"Uhm, ya, kau tidak perlu tahu urusan ku dengan Ezra, yang penting peluklah aku, karena Ezra sudah membayarku," tatap Kaori tapi Pen masih terdiam.

Sementara Kaori menunggu dengan rasa sedikit memalukan.

". . . Hiz... Cepat peluk aku," Kaori menatap. Lalu Pen terdiam dan perlahan mendekat menyentuh tubuh Kaori.

Kaori langsung terkejut dengan pelukan kecil itu.

"(Dia, hangat?!)" Kaori menjadi terluluh, dia juga semakin memeluk Pen.

". . . Ha-ngat," kata Pen. Seketika Kaori terdiam dan menatapnya. "Kau bilang apa tadi, apa kau baru saja bicara?"

Lalu Pen mengangguk kecil.

"Kyah... Manisnya... Ternyata kau gadis manis, sekarang Aku tahu kenapa Ezra menyukaimu," Kaori mencubit cubit pipi Pen dengan senang. Tapi tak disangka ada seseorang yang masuk melihatnya. Ia menjadi terdiam kaku sementara Pen hanya diam saja.

Malamnya Kaori bertemu lagi dengan Ezra. "Kau terlihat payah Ezra," kata Kaori melihat Ezra yang minum kopi didepanya yang ada di kafe.

". . . Apa?" Ezra menoleh dengan bingung.

"Soal Pen itu, gadis itu sangatlah imut, dia bahkan juga nyaman dengan pelukanku, apa kau tak pernah memeluknya?"

". . . Entahlah, aku hanya memeluknya... Dan seharusnya yang menikmati pelukan nya bukan kau, terlihat sekali kau menyukai gadis itu," lirik Ezra.

"Hei, sudah kubilang aku bukan begitu..."

"Aku mengerti itu, peluklah dia sesukamu, tapi jangan lupa untuk memberitahu siapa aku nantinya."

"Eh, emang harus? Aku berniat untuk mencoba membuatnya melupakanmu," Kaori menatap licik.

". . . Terserah," Ezra hanya memasang wajah terserah.

"Tapi serius.... Aku ingin tahu, sebenarnya apa yang kau sukai dari gadis itu?" tatap Kaori lalu Ezra terdiam meminum kopi dan kembali menatap nya.

". . . Aku tertarik padanya bukan karena apapun darinya, tapi aku mungkin lebih tertarik pada mata, kemanisan nya dan depresinya, tidak lain hanya karena dia bisa melihat Melda," balas Ezra.

Seketika Kaori terkejut mendengarnya. "Maelda? Adik laki-laki mu yang mati karena kau?"

"Pen lebih kejam dari siapapun, jadi aku hanya ingin tahu seberapa kuat hal yang dapat menghentikan nya, mungkin membangun cinta dengan gadis manis itu juga akan sangat menarik," balas Ezra.

"Huh begitu kah?" Kaori melirik diam.

"Bagaimana denganmu, kupikir kau juga punya gangguan mental di sini."

"Hah! Dari mana kau bilang begitu?!"

"Kau cerita padaku sendiri saat sebelum kita berpisah karena pekerjaan. Lebih tepatnya saat kuliah, kau sendiri yang cerita padaku bahwa kau tertarik pada pria pemilik toko bunga itu."

"K-kau malah ingat saja yah.... Sebaiknya jangan di bahas, aku tidak mau membahas itu... Kalau begitu aku harus pergi," Kaori berdiri dan langsung berjalan pergi.

Ezra lalu menjadi tersenyum kecil dan bersender di kursi. "(Wanita itu, dia juga memiliki kisah sama seperti ini tapi tak mau mengakuinya saja... Tepatnya bunga putih dan hitam itu,)" pikir Ezra sambil membatin Kaori.

Lalu ia berdiri dan berjalan keluar dari kafe itu. Ia berjalan di pinggir kota malam yang gelap namun masih terang dengan banyak nya lampu.

Ezra melihat ke depan sambil menyalakan rokoknya.

"(Jika di pikir-pikir lagi, tak ada hal yang harus di pikirkan.... Sebentar lagi ini akan cepat berlalu dan aku bisa bertemu dengan Pen. Sebaiknya aku segera melakukan sesuatu soal hal ketertarikan ini,)"

Ia kemudian terdiam dan berhenti berjalan ketika melihat toko cincin.

Ia lalu datang ke sana. "Selamat datang," seorang wanita cantik datang menyambut nya. "Halo Tuan, ada yang bisa aku bantu?"

". . . Ya, aku mencari cincin pernikahan."

"Oh, cincin pernikahan, seberapa ukuran calon istri anda?"

"(Oh jika di pikir-pikir aku belum memperhatikan hal itu. Selama dua tahun ke depan mungkin Pen akan mengalami perubahan...) Mungkin yang pas-pas saja."

"Anda yakin Tuan? Bagaimana jika anda bawa saja dia kemari untuk di ukur," tatap wanita itu.

"(Mungkin itu memang harus di pikirkan dulu.... Atau mungkin aku bisa tanya-tanya pada Kaori.) Baiklah, aku akan membawanya kemari nantinya," balas Ezra.

Malam berikutnya Ezra bertemu dengan Kaori di kafe bisanya.

"Jadi bagaimana dengan Pen hari ini?" tatap Ezra.

"Dengar kau dokter, dia itu baik-baik saja, bisa tidak jangan seperti ini terus, kau setiap malam mentraktir ku kafe hanya untuk bercerita soal gadis itu, aku juga sudah beberapa kali bilang, dia baik-baik saja," balas Kaori dengan kesal.

"Kenapa jika kau protes, bukan kah hal yang wajar jika aku mengkhawatirkan kondisi gadis ku, dia memang baik-baik saja tapi bagaimana jika dia kenapa napa saat aku tidak bertanya."

"Hentikan itu bung, kau terlalu maniak," lirik Kaori.

"Oh, ngomong-ngomong, aku butuh ukuran jari manis Pen."

"Hm... Kenapa kau ingin ukuran nya?"

"Yah.... Ada deh.... Jujur saja selama dia di penjara, perasaan ku benar-benar tidak enak... Aku bahkan tidak nyaman saat bekerja, jadi mungkin malam seperti ini memang hal yang aku tunggu dari cerita mu soal Pen," kata Ezra lalu Kaori terdiam dan menghela napas panjang.

Ia mengerti perasaan Ezra saat jauh dari Pen. "Aku tahu itu, baiklah aku akan selalu memberitahu mu bahwa dia baik-baik saja. Selama dua tahun kau tidak akan bertemu dengan Pen tapi setelah itu aku pastikan kau akan bertemu dengan nya."