Selama itu, Kaori terus mendekat dengan Pen dan menceritakan semuanya tentang Ezra, dia juga menceritakan semua tentang Pen pada Ezra... Hampir setiap seminggu sekali Ezra dan Kaori bertemu untuk bertukar pembicaraan. Kaori melakukanya juga dengan sangat senang. Hingga 2 tahun hampir berlalu.
"Pen, apa kau sudah bangun?" Kaori melihat ke sel Pen. Pen menoleh dan tersenyum kecil.
Lalu malamnya Kaori bertemu Ezra.
"Besok dia akan di bebaskan, apa kau membuat kejutan untuknya?" tanya Kaori pada Ezra yang ada di kafe seperti biasanya.
"Hei, masih 2 hari lagi tenang saja."
"Tapi, aku ingin tahu kau mau menyiapkan apa nantinya," Kaori menatap.
"Aku akan melamarnya," kata Ezra. Seketika Kaori terdiam. "(Melamarnya... Katanya... Secepat ini!!)"
"Dan aku ingin kau memberitahu nya yah, dia juga harus senang dengan ini, dari ceritamu selama 2 tahun ini. Dan terakhir kali kau cerita dia sudah aku bayangkan kalau sudah sembuh dari depresinya, tapi yang kudengar Pen tetap akan diawasi agar tak membunuh lagi," kata Ezra.
". . . Tunggu, tunggu, dia berumur 19 tahun dan kau melamarnya secepat ini?!" Kaori menatap.
"...Ada apa, dia gadisku bukan," Ezra melirik arogant.
"Hei, Kau tak bisa begitu... Dia… Dia..."
"Dari awal aku sudah bilang padanya, Dia membutuhkanku," Ezra menyela lalu dia berdiri dan berjalan pergi.
"(. . . Cih, lelaki itu,)" Kaori menjadi kesal sendiri.
Hari berikutnya di rumah sakit.
"Ezra..." seseorang memanggil nya dari kantor. Ezra terlihat sedang menulis sesuatu di mejanya.
"Ezra!" dia kembali memanggil. Lalu Ezra menoleh dengan tatapan biasa.
"Apa kau tak mau bertemu dengan gadis itu?"
". . . Siapa?" Ezra menjadi bingung. Lalu ia menjadi ingat dan segera beranjak.
"Hoi... Tunggu dulu..." orang itu menahanya.
"Aku harus menemuinya," kata Ezra dengan cepat pergi begitu saja. Tapi pria itu menahan lengan nya. "Aku bilang tunggu, ya berhentilah, dia sudah dijemput oleh seseorang, dan hanya ada di alamat ini dia sekarang," orang itu memberikan detail tempat.
"Kenapa kau bisa tahu?"
"Ah tadi ada wanita datang yang nama nya Kaori, dia bingung untuk mencari ruangan mu di rumah sakit ini jadi dia menitipkan kartu itu padaku, aku langsung tahu bahwa ini pasti dari gadis manis itu... Semoga berhasil kawan,"
Tak lama kemudian terlihat sebuah mobil merah sport berhenti di sebuah rumah dekat kompleks. Keluar Ezra dari mobil itu dengan kacamata hitam yang ia pakai.
"Ini kah...?" dia masih bingung pada tempatnya lalu berjalan masuk. Saat akan mengetuk pintu, tiba-tiba pintu itu terbuka dari dalam mengenai wajah tubuh Ezra. "Ugh...." Ezra terkejut dan mundur.
"Hah maaf apa kau baik-baik saja," seorang wanita paruh baya muncul dari balik pintu itu.
"Tidak apa-apa, aku kemari untuk menemui Pen," Ezra langsung bicara intinya.
". . . Pen, oh dia sudah tidak disini,"
"Apa maksudmu?" Ezra menatap bingung.
"Dia tidak bisa hidup bersama manusia. Atau sesuatu akan terjadi nantinya. Pihak khusus telah membawanya ke suatu tempat sendirian disana. Awalnya aku juga ingin membela nya agar tidak menjadi hidup sendirian tapi mereka tetap memaksa."
". . . Sialan," Ezra mengkerut kan alis lalu berjalan pergi. Wanita itu menjadi terdiam bingung tertinggal begitu saja.
Mobil merah itu kembali berhenti di jalan bukit. Jalan di depannya sama sekali tak akan bisa dilewati mobilnya. Ezra keluar dan berjalan lurus dan terus berjalan hingga melewati jalan yang hampir susah dilewati. Lereng dan jurang bisa ia lewati demi bertemu dengan Pen.
Hingga ia kelelahan di jalan buntu terakhirnya.
"Hah.... Hah.... Astaga, seberapa jauh tempat ini," dia bernapas berat sambil melepas kacamata dan jasnya. Lalu duduk sebentar.
"Percuma saja, ini menghabiskan tenaga ku," ia berbaring lalu tak sengaja melihat sebuah rumah kecil kayu yang cantik dari seberang dalam hutan jurang itu. Ezra berdiri dan semakin melihat. "Aku harap itu," ia mulai kembali berjalan melewati jurang itu.
Hingga akhirnya ia sampai dipagar rumah itu. "Huf..." ia menghela napas senang dan akan masuk membuka pacarnya tapi tiba-tiba ada yang menggonggong. Karena terkejut, ia menjadi menutup pagar itu dan menurunkan badanya untuk bersembunyi di pagar itu. Rupanya ada anjing.
"Kenapa ada anjing segala sih, aku jadi tidak bisa," ia melihat sekitar lalu melihat ke kue baru di bawahnya. "Kue... Ini kue asli," ia menatap bingung lalu mengambil satu dan berdiri. Anjing itu melihatnya dan kembali menggongong akan mengejarnya. Ezra menunjukan kue itu padanya membuat anjing itu terdiam ingin memakan.
"Haha, kau mau ini kan... Ayo... Ayo," Ezra melempar kue itu sangat jauh.
"Woff..." anjing itu langsung menerobos pagar dan mengejar kue itu.
"Haha begitu mudah," ia membersihkan tangan nya lalu menoleh ke rumah itu dan betapa terkejutnya dia melihat seorang gadis cantik dengan pakaian pengantin putih wanita. Ezra terdiam sebentar mencopot kaca mata hitamnya. Ia melihat dari bawah gadis itu hingga di atas dan rupanya dia adalah Pen dengan senyuman manisnya.
"P-pen," Ezra terdiam tak percaya sambil berjalan mendekat perlahan.
"Kaori memberitahuku semuanya, kau ingin meminang ku, Dokter," Pen menatap ke arahnya sambil tersenyum sangat manis.
"Se-senyumnya..."
***
"Hoi... Bodoh bangun, bangun..." seseorang tiba-tiba berteriak pada Ezra dan di saat itu juga, air satu botol tersirat kan ke wajah Ezra yang mulai membuka matanya. Ia melihat Kaori di atasnya. "Apa yang..." Ezra langsung bangun duduk dengan bingung, ia merasakan tubuhnya basah.
"Hah kenapa Aku basah? Dan di mana Pen... Aku tadi ketemu dia... Kenapa malah ada kau?!"
"Lihatlah sekitarmu bodoh," Kaori menatap lalu Ezra melihat dia dan Kaori ada di atas jurang.
"Eh... Lalu tadi apa?" Ezra masih ingat pada kejadian Pen tadi.
". . Apa kau... Sedang bermimpi di tengah tidurmu ini?" tatap Kaori.
"Hah... Jadi itu hanya mimpi... Tapi.... Tapi yang barusan itu sepertinya nyata banget... Aku melihat Pen sangat cantik..."
"Pf... Hahaha dasar bodoh, kau bahkan sampai bermimpi untuk menikahi pasienmu sendiri. Benar-benar dokter yang gak ada kerjaan, ingat umurmu itu Ezra."
"Cih... Biarin saja, dari pada banyak lelaki di sana yang hanya akan memanfaatkan Pen, lebih baik aku memilih untuk menjadi apapun yang dia mau agar dia bisa kembali merasakan perasaan yang di rasakan gadis di luar sana, pria sejati tidak mungkin berpaling dari apapun," balas Ezra.