•• Magic Seed's : Bagian II ••

• Avalon City

"Hei, jangan lari"

"Lumepall"

"Hei, kau curang"

"Hahaha, lumepall inghetat"

Hawa dingin yang terasa sampai ke tulang bagi sebagian orang, perkotaan menjadi putih merata karena musim dingin, namun pagi itu terlihat di sana beberapa anak asik bermain bola salju

Avalon, kota agung yang menjadi kebanggaan bagi para penyihir dengan kekuatan cahaya dan es

Dengan luas kota yang begitu besar, Avalon menjadi kota yang sangat terkenal hingga ke seluruh pelosok negeri

-

"Kau bisa menggunakan sihir itu?"

"Tentu saja"

"Ayo, coba tunjukkan" pinta seseorang yang berdiri di dekat nya

"Baik, Ibu. Lumepall inghetat, explodat"

Bunga salju terbentuk, melayang ke udara dengan cepat, di saat bersamaan meledak bak bunga api yang kemudian berembun

"Wow, kau hebat"

"Benar kah? Tapi, bolehkah Aku menggunakan sihir ini saat berada di sekolah?"

"Mungkin lebih tepatnya di lapangan sekolah" sedikit tertawa kecil

"Ah, Ibu"

"Ibu, bercanda. Tentu saja boleh, tapi tidak kau gunakan saat sedang belajar, okay!"

"Baik, Ibu"

Di sudut kota, hidup lah salah satu keluarga kecil yang cukup bahagia

Mereka adalah keluarga dimana menjadi salah satu yang mempunyai kewajiban untuk menjaga kota Avalon

Dengan keterampilan dalam menggunakan sihir, keluarga ini memiliki kemampuan akurasi yang tinggi dalam hal membidik sasaran dengan tepat hingga membekukan nya

"Ibu, apakah Ayah akan pulang sebelum sore?"

"Tentu saja sayang"

"Baiklah, kalau begitu Aku akan membuat boneka salju yang cukup besar untuk menyambut Ayah"

"Wah, benar kah? Ayah pasti akan sangat terkesan"

-

Kemudian, sebelum sore. Zee kecil berada di pelataran rumah dengan baju dari rajutan benang putih dengan syal merah bercampur corak putih dan emas

Natal yang tidak akan lama lagi datang, dia pun mencoba membuat boneka salju untuk ayah yang dia banggakan

"Lumepall, magia artificiala, inghetat"

Bola salju mulai terbentuk, dengan gambar yang dia lihat dari buku sekolah, Zee mencoba membuat boneka salju yang cukup besar dimana kemudian membeku dengan sempurna

Dengan harapan ini akan menjadi hadiah untuk menyambut kembalinya sang Ayah

-

Dengan tenang, menunggu kembali sang Ayah. Zee kecil duduk di depan pintu sambil memainkan bunga salju

"Kau masih menunggu nya?"

"Iya, kenapa Ayah begitu lama?"

"Tenang lah, Ayah pasti akan kembali"

"Tapi ..."

-

Hawa dingin yang semakin menjadi, mereka pun kembali masuk ke dalam rumah

Dari balik jendela ruang tamu, Zee melihat ke arah luar dengan harapan dia melihat Ayah nya kembali pulang

"Ibu, benar kah Ayah akan pulang?"

"Tentu saja sayang, dia akan pulang, bersabarlah"

"Baik Ibu"

Dengan sabar, Zee menunggu kepulangan ayahnya sambil duduk di dekat jendela

Salju yang terus menerus turun menambah kesepian bagi nya dimana dia sangat mencintai ayah nya

Hingga saat jam makan malam, dia kembali bertanya pada Ibu nya

"Ibu"

"Iya, Sayang"

"Kenapa Ayah belum pulang juga?"

-

Hari ini menjadi hari yang tidak biasanya, sang Ayah yang ditunggu pun belum kembali juga

Sampai pada akhirnya terdengar suara teriakan di luar sana ...

"Sembunyi, cepat sembunyi!"

-

"Ibu, lihat itu Ayah"

Hanya saja, di belakang sang Ayah terlihat sosok monster yang cukup besar mengikuti nya dengan kapak yang cukup besar

• Kaditus Shaman

"Zee, bersembunyi!" Perintah sang Ibu

"Tapi, bagaimana dengan Ayah"

"Cepat bersembunyi, ini perintah"

"Tapi, Ibu"

-

Sang ibu keluar dengan membawa tongkat sihir di tangan kanannya

"Magia artificiala, spini usori, inghetat"

Sang ibu membentuk kristal es berbentuk runcing berselimut cahaya, memerintahkan untuk bergerak dan melesat ke arah Kaditus Shaman untuk membekukan nya

Tapi, itu menjadi sia-sia karena mereka dapat terlepas dari sihir

Penduduk yang melihat kejadian itu berlarian, bersembunyi di dalam rumah

Namun, dengan cepat Kaditus Shaman bergerak ke arah mereka

Dengan kapak yang mereka bawa, beberapa penduduk tersungkur dengan bersimbah darah

Kedua orang tua Zee terus merapal mantra, mencoba mengalahkan apa yang ada dihadapan mereka

Dengan gerakan cepat dari sihir cahaya, mereka melumpuhkan monster dengan badan yang cukup besar, terlihat rambut mereka putih sedikit abu-abu

Kombinasi sihir cahaya dan es adalah sihir turun temurun sejak dulu di kota ini

Namun, tidak semua penduduk dapat menggunakan sihir ini dengan sempurna

Meskipun menjadi sihir utama, hanya segelintir orang yang mampu menggunakan nya dengan baik

-

Zee masih di dalam rumah, kekuatan kunci dari sang Ibu menyulitkan nya untuk keluar

Sang Ibu kembali merapal mantra untuk membantu sang Ayah

"Spini de lumina, inghet si explodeaza"

Partikel-partikel cahaya mulai terbentuk yang menjadi bunga es, cahaya tersebut sedikit membeku, mengarah ke arah mereka hingga meledak setiap kali bersentuhan

Beberapa Kaditus Shaman tersungkur di hadapan mereka

Hanya saja, dari tiap tetesan darah, entah bagaimana caranya bersatu dengan salju yang ada hingga kembali membentuk monster baru tak ada habisnya

Mana yang mereka gunakan begitu banyak, kekuatan kedua orang tua Zee mulai melemah

Para prajurit kota muncul membantu para penduduk yang sedang diserang

Hanya saja, mereka tidak dapat menggunakan sihir dengan baik

-

Tiap bangunan di kota Avalon mulai luluh lantak, bahkan sekolah sihir tempat Zee belajar pun tidak luput dari perhatian monster itu

"Sayang, kau masih bisa menggunakan sihir?"

"Iya, tentu saja. Kita harus membantu para penduduk dan mengalahkan mereka"

Sang Ayah dan Ibu pun berpencar untuk membantu para penduduk

"Spini usori, inghetat" teriak mereka

-

Salah satu Kaditus Shaman bergerak secara taktis mendekati sang Ayah

Dengan sedikit ceroboh, sebilah kapak mengenai punggung nya dari arah belakang, hingga membuat nya terjatuh

"Tervendav maagia"

Sang Ibu merapal sihir penyembuhan berulang kali

"Ayaaaah" teriak Zee dari dalam rumah yang masih terkunci oleh sihir sang Ibu

-

"Sayang, kau tidak apa-apa, Aku mohon bertahan lah"

"Maaf kan Aku"

"Tidaaaaaaaak" teriak sang Ibu

Zee yang masih di dalam rumah pun menangis sejadi-jadinya

"Ayaaaaaaaaaah"

-

"Kalian, tidak akan Aku beri ampun" balas sang Ibu yang kini berselimut kan amarah

Dengan kekuatan mana yang masih tersisa, mencoba merapal suatu mantra yang mana belum diketahui oleh Zee

"Floare de gheatat, lumina unita"

Sang ibu mengumpulkan bunga es berbalut cahaya, memerintahkan untuk menyatu ke arah musuh dengan harapan regenerasi mereka terhenti ketika tubuh mereka berhancuran

Hanya saja, saat mana terakhir yang dia gunakan, sihir yang dia rapal tidak berhasil melumpuhkan Kaditus Shaman

Dengan mana yang sudah tidak ada lagi, salah satu Kaditus dari arah belakang menghunuskan pedang ke arah sang Ibu

-

"Tidaaaaaaaaaaaaak"

Teriakan Zee menggelegar, kunci sihir pun terpatahkan

Dia bergerak dengan cepat bak cahaya yang menyisakan bunga es, mendekati sang Ayah dan Ibu nya yang kini telah tiada

Dengan amarah yang tak terbendung lagi, percikan cahaya terlihat yang keluar dari dada nya, kristal es berputar-putar dengan cepat

Dari bahunya kini terlihat sayap dari cahaya itu sendiri hingga dia melesat ke udara

Awan putih bak kapas bergemuruh, berputar dengan cepat

Seketika badai salju mulai terjasi, bergerak kemudian terjun bebas ke kota Avalon hingga membekukan semua yang ada di depan mereka tanpa terkecuali

Kaditus shaman di bawah nya pun ikut membeku, para penduduk yang sebelumnya di bantu oleh para prajurit untuk bersembunyi, mereka selamat terkecuali kedua orang tua nya

-

Dengan kekuatan yang tak logis, Zee pun terjatuh dari udara secara perlahan

Carlotta yang mengetahui kejadian ini pun datang sebelum Zee menyentuh tanah

-

"Sihir mu, tidak boleh kau gunakan di sini. Aku akan membawa mu ke kota suci, tertidur lah"

Carlotta yang melihat Avalon menjadi kota beku abadi, dia pun pada akhirnya menyelimuti nya dengan sihir

•••••