•• Chronicles : Bagian II ••

"Okay, kita hampir sampai"

Max memerintahkan urugon untuk berhenti sambil menepuk-nepuk pundak mahluk yang mereka tunggangi

"Max, bagaimana bisa mereka patuh pada mu?" Tanya Tania

"Aku dan Kelvin menyelamatkan mereka dari serangan aakman guardian"

"I'm sorry?"

"Ya, aakman guardian, saat berada di gurun. Ah, beruntung kalian tidak bertemu dengan mereka"

-

Setelah berjalan beberapa meter, Max menggunakan sihir nya

"Cantare onestitate"

Pasir bergerak, berputar seakan sedang membuat badai kecil, dan kemudian terlihat sebuah tenda yang cukup besar

"Wow, keren juga"

"Terima kasih pujian nya, Tania"

-

Max meminta Aku dan Tania untuk masuk ke dalam

Di dalam tenda, terlihat beberapa peralatan yang biasa di gunakan Max untuk bertarung. Dua tempat tidur, meja dan teropong

"Zee, saat kalian masih di udara, apakah kalian merasakan sesuatu dari kejauhan?"

"Maksud mu?" Dengan sedikit bingung

"Beberapa hari yang lalu, Aku merasakan benda dengan kekuatan sihir dan Aku tidak tahu itu apa. Kau lihat permukiman yang ada di sana?"

"Qartal gozu"

Dengan seksama Aku mencoba menggunakan sihir mata elang untuk melihat dengan jelas

"Bagaimana, kau melihatnya?"

"Ya, Aku melihat nya"

"Okay, nanti malam kita bergerak"

"Sorry? Wah, perasaan ku tidak enak"

"Hahaha, kau tahu apa yang ingin ku lakukan, Tania?"

"Yoooosh, hal yang cukup menarik, setidaknya Aku ingin jalan-jalan"

"Tunggu, apa kalian merasa, monster hanya muncul di saat malam?" Tanya ku pada Max dan Tania

"Hm, benar juga. Aku belum pernah melihat mereka muncul di siang hari" Max sambil memegang dagunya

-

Dengan ada nya Max, pertarungan yang akan mereka hadapi setidaknya sedikit lebih ringan

-

Sore hari pun tiba, bahkan bulan pun mulai samar-samar terlihat seperti hendak menyapa dengan tidak sabar

"Zee, Tania. Ayo bersiap lah!"

"Jadi, seperti rencana mu? Kau ingin mencuri benda itu, Max?"

"Jelas, Tania. Dan hei kawan, Aku rasa kau butuh senjata baru"

"Ah, tentu Max. Tapi, tidak masalah selama Aku bisa menduplikasi senjata yang kalian gunakan dengan sihir ku"

"Hm, Okaaaaay"

-

Waktu pun menunjukkan sekitar pukul delapan malam

Mereka bertiga mulai bergerak untuk mencari benda yang sebelumnya dikatakan Max

"Max, kau tidak keberatan jika Aku meminjam kotak itu?"

"Kotak, tentu saja dan tapi untuk apa?"

"Magia artificiala, cip"

"Oh tidak, bagaimana kau melakukannya"

"Dasar tukang pamer" Tania dengan ketus

"Hahaha"

-

Seketika, Kotak yang sebelumnya dipinjam berubah bentuk menjadi Jeep

"Kau harus mengajarkan sihir itu pada ku"

"Dan tentunya dengan imbalan yang cukup besar"

"Hei, kawan benar kah?"

-

Beruntung, kekuatan sihir lain nya bisa ku gunakan dengan baik

Dan Aku melihat, Max sama seperti ku dan Tania. Penampilan kami benar-benar seperti manusia pada umumnya, berbeda saat kami berada di kota suci dan penampilan kami sebelum itu

"Okay, what's plan?" Tanya Tania pada ku dan Max

"Berbaur"

"Berbaur? Kau serius Max?"

"Aku hanya merasakan benda itu ada di sana, tepat nya Aku belum tahu"

"Tania, kau pegang handphone nya"

"Okay, Sir"

"Tunggu, apakah benda itu bisa melacak sesuatu?"

"Seharusnya"

"Dan mari kita lihat apa yang bisa benda ini lakukan"

-

Dengan peningkatan pengetahuan, kami sebelumnya dapat menggunakan benda itu saat pertama kali

"Casablanca"

"Casablanca?"

"Ya, kau lihat. Ada titik berwarna biru gelap yang berpendar di layar ini. Tapi di sini mengatakan lebih tepat di zona realm"

"Hm, Jadi sihir nya tidak benar-benar diketahui pada kota zona normal"

"Tania, tugas mu mencuri benda itu!"

"Dan kalian berdua?"

"Kami akan berjaga, Aku tidak tahu musuh seperti apa yang akan muncul nanti"

"Baik lah"

-

Dengan kendaraan yang sedang kami gunakan, kami pun menuju Casablanca.

Namun sebelum itu setidaknya karena Tania yang begitu ingin berkeliling, kami pun berhenti sebentar di Cafe Imperial

"Sepertinya kau benar-benar menikmati penampilan mu yang tampak seperti manusia, Tania"

"Max, sebelumnya kami terus menghadapi musuh"

-

Melihat kelakuan kedua teman ku ini, Aku pun tertawa. Andai saja kami bisa berkumpul dengan yang lain, bahkan termasuk Carlotta tanpa harus mengalami kejadian yang tidak kami inginkan, Aku rasa kami akan menjalani hidup yang tenang

Kini, dunia sihir benar-benar bercampur dengan kemajuan teknologi dari manusia itu sendiri

Dan bagi kami para penyihir mau tidak mau harus bergandengan dengan itu

-

Waktu pun berlalu, ku lihat jam sudah masuk pukul sebelas malam

"Tania, bersiap lah"

"Dengan senang hati, siap" Mengepal kan tangan

"Olculàri kopyalayin"

Dengan sihir yang di ajarkan Carlotta saat berada di kota suci Einzbern, Aku pun mulai menyalin dimensi wilayah ini

•••••