Bayangan di Balik Kegelapan

***

Angin malam berhembus kencang ketika suara langkah kaki bergema di halaman kuil tua. Arka dan Nira saling bertukar pandang, menyadari bahwa mereka tidak bisa lari lagi.

"Mereka datang lebih cepat dari yang kuduga," bisik Nira, suaranya penuh kewaspadaan.

Arka mengepalkan tangannya, masih merasakan denyutan aneh di dalam tubuhnya setelah menyentuh altar. Gambar-gambar dari masa lalunya yang samar masih berputar di kepalanya, membuatnya semakin bingung.

"Tapi siapa mereka?" tanya Arka, mencoba menenangkan pikirannya.

Nira menarik napas panjang. "Orang-orang yang menginginkan kekuatanmu. Mereka sudah mencari kunci itu selama berabad-abad. Dan sekarang, mereka tahu bahwa kau telah menemukannya."

Arka menelan ludah. Sebelum ia bisa bertanya lebih jauh, suara langkah kaki semakin dekat. Dari bayang-bayang pepohonan, beberapa sosok berjubah hitam muncul, membawa obor yang menyala dengan cahaya kebiruan.

Salah satu dari mereka melangkah maju, membuka tudung jubahnya. Wajahnya tajam, dengan sorot mata tajam yang membuat Arka merasa terancam.

"Serahkan kunci itu," suaranya dalam dan penuh tekanan. "Atau kau akan menyesalinya."

Arka melangkah mundur. Tubuhnya tegang, tetapi ia tidak ingin menunjukkan ketakutan. Ia menoleh ke Nira, berharap mendapat petunjuk.

Nira mengangkat tangannya perlahan, dan tiba-tiba udara di sekitar mereka mulai bergetar. Dari ujung jari wanita itu, muncul lingkaran cahaya samar yang berputar perlahan.

"Jika kalian ingin kunci ini, kalian harus melewati kami dulu," katanya tegas.

Pria berjubah hitam itu tersenyum tipis. "Kami sudah menunggumu mengatakan itu."

Dalam sekejap, semuanya berubah menjadi kekacauan.

Salah satu pria berjubah hitam mengangkat tangannya, dan seketika itu juga bayangan hitam melesat ke arah Arka. Refleksnya bekerja cepat, ia melompat ke samping, tetapi bayangan itu bergerak lebih cepat. Ia merasakan hawa dingin menyelimuti tubuhnya saat serangan itu hampir mengenainya.

Namun sebelum bayangan itu bisa mengenai tubuh Arka, sebuah cahaya keemasan keluar dari liontin di lehernya. Bayangan itu terhenti di udara, bergetar seolah kehilangan kekuatannya, lalu lenyap begitu saja.

Pria berjubah hitam itu tampak terkejut. "Jadi, kunci itu sudah mulai membangkitkan kekuatannya…" gumamnya.

Arka menatap liontinnya yang kini bersinar lembut. Dadanya berdegup kencang.

"Apa ini?" bisiknya.

Nira tersenyum. "Itu adalah bagian dari kekuatanmu yang tersembunyi. Sekarang, biarkan instingmu yang bekerja."

Instingnya?

Arka menggertakkan giginya. Ia tidak yakin bagaimana caranya menggunakan kekuatan ini, tetapi ia tahu bahwa ia tidak bisa hanya berdiri diam.

Salah satu musuh kembali menyerang, kali ini dengan gerakan lebih cepat. Tetapi entah bagaimana, tubuh Arka bergerak sendiri. Ia mengangkat tangannya dan tiba-tiba, cahaya dari liontinnya berubah menjadi aliran energi yang menghantam lawannya hingga terhempas ke belakang.

Arka terkejut. Ia baru saja melakukan itu?

Tetapi ia tidak punya waktu untuk mencerna semuanya. Pertarungan masih berlanjut, dan para musuh tidak akan berhenti sampai mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan.

Melihat situasi yang semakin berbahaya, Nira mengambil keputusan cepat.

"Kita tidak bisa bertahan lebih lama di sini. Arka, kita harus pergi!" katanya sambil menarik tangan Arka.

"Tapi mereka—"

"Percayalah padaku!"

Arka mengangguk dan mulai berlari mengikuti Nira. Mereka melompat melewati bebatuan dan akar pohon yang mencuat di tanah. Hutan di sekitar kuil semakin gelap, tetapi langkah kaki para pengejar masih terdengar di belakang mereka.

Setelah beberapa menit berlari, Nira tiba-tiba berhenti di depan pohon besar. Ia menempelkan tangannya ke batangnya dan berbisik sesuatu dalam bahasa yang tidak dimengerti Arka.

Tiba-tiba, cahaya biru menyelimuti pohon itu, dan sebuah celah terbuka di batangnya—sebuah pintu menuju tempat yang tidak diketahui.

"Masuk!" perintah Nira.

Arka ragu sesaat, tetapi mendengar suara musuh semakin dekat, ia tidak punya pilihan lain. Ia melangkah masuk ke dalam cahaya itu, dan dalam sekejap, dunianya berubah.

Ia tidak lagi berada di hutan.

Sekelilingnya berubah menjadi ruangan yang penuh dengan rak buku kuno, lilin yang menyala di udara tanpa pegangan, dan lantai batu dengan simbol-simbol bercahaya.

Arka menoleh ke Nira, yang kini berdiri di sampingnya dengan ekspresi serius.

"Selamat datang di tempat perlindungan terakhir kita," katanya.

Arka menelan ludah.

Ia tahu, ini baru permulaan.

***

Setelah beberapa saat, Arka mulai menjelajahi ruangan itu. Ia bisa merasakan aura kuat yang memenuhi tempat ini. Ada sesuatu yang tidak biasa, sesuatu yang terasa seperti memanggilnya.

"Apa tempat ini?" tanya Arka.

Nira berjalan ke salah satu rak dan menarik sebuah buku tua. Ia meniup debu dari sampulnya dan membuka halaman pertama.

"Ini adalah salah satu tempat terakhir yang tersisa dari peradaban lamamu," katanya. "Dulu, sebelum kau dilahirkan kembali, kau memiliki akses ke seluruh pengetahuan yang ada di sini."

Arka mengernyit. "Kau bilang aku sudah hidup sebelumnya. Tapi… siapa aku sebenarnya?"

Nira menutup buku itu dan menatapnya.

"Kau adalah penjaga kunci yang dapat membuka gerbang antara dunia ini dan dunia yang lebih tinggi. Kau pernah hidup sebagai seseorang yang memiliki pengetahuan luar biasa, tetapi sesuatu terjadi—sesuatu yang membuatmu kehilangan ingatanmu dan terlahir kembali berulang kali."

Arka terdiam. Semua informasi ini begitu sulit untuk dicerna.

"Jadi aku ini semacam… penjaga dunia?"

Nira mengangguk. "Dan karena itulah mereka mengejarmu. Mereka ingin menggunakan kekuatanmu untuk tujuan mereka sendiri."

Arka menghela napas panjang. Ia baru saja mulai memahami siapa dirinya, dan kini ia harus menghadapi musuh yang bahkan ia tidak mengerti.

Tapi satu hal yang pasti—ia tidak bisa mundur sekarang.

Ia harus menemukan kebenaran, dan yang lebih penting, ia harus mencari cara untuk bertahan hidup.

Dan petualangannya baru saja dimulai.