Danang adalah salah satu dari anak buah Ruben berlari menghampiri, dengan nafas yang ter engah-engah ia ingin memberi informasi ke Ruben sang pemimpin geng jeruji, dengan muka yang sedikit tegang Danang berdiri di hadapan Ruben, terlihat dari raut muka Danang seperti ada informasi yang sangat penting ingin ia sampaikan.
Danang : Bos... Bos... "sambil berlari dan berteriak".
Ruben : Ada apa si malam-malam begini bikin ribut.
Danang : Saya mendapatkan informasi dari salah satu anggota kita yang berjalan bersama Angga malam itu, Angga telah berkhianat ia memberikan informasi kepada Roy saat tertangkap di kekuasaan geng gagak.
Ruben : Kurang Ajar kamu Angga, lihat saja aku akan membuat kamu hancur berkeping-keping.
Danang : Jadi saat Angga tertangkap basah ia membocorkan informasi kepada Roy, kalau geng kita membuat aliansi dengan anggota kepolisian bersama Tejo untuk menghancurkan geng gagak.
Ruben : Sekarang aku mengerti yang menyerang geng kita adalah geng gagak karena ia telah mengetahui kalau kita sudah membuat aliansi dengan kelompok Tejo.
Danang : Ia bos sudah pasti geng gagak yang sudah menyerang geng kita.
Ruben : Hebat sekali kamu Anggoro bisa mempermainkan aku dengan secantik ini, awas aku pasti akan membuat perhitungan dengan mu.
Setelah Ruben sudah mengetahui kalau geng yang ia dirikan itu telah di serang oleh geng gagak yang di perintahkan Anggoro, Ruben dengan perasaan yang marah akan membuat perhitungan dengan Anggoro dan mencarinya sampai ujung dunia "ucap ruben dengan penuh amarah", Ruben juga segera menghubungi Tejo karena kemarin terjadi kesalah pahaman antara Tejo dan Ruben.
Kring... Kring... "Suara telepon Tejo"
Tejo yang sedang asik menikmati secangkir kopi di dalam ruangan kerjanya ia kaget saat melihat ponsel miliknya itu berdering karena Ruben yang menghubunginya.
Tejo : Ada apa Ruben kamu ingin memberitahu ku kalau aku dan anggota ku telah diserang oleh mu?
Ruben : Tenang-tenang Tejo "dengan nanda santai", mengapa kamu jadi orang yang pemarah begini "nada meledek".
Tejo : Ada apa Ruben, cepat bicara aku tidak suka basa basi seperti ini?
Ruben : Aku sudah tahu siapa dalang dari penyerangan markas ku itu.
Tejo : Siapa?
Ruben : Kelompok Anggoro ia sudah merencanakan ini semua.
Tejo : Ha ha ha akhirnya kamu dipermainkan juga olehnya Ruben.
Ruben : Diam kau Tejo akan aku habisi kau dengan Anggoro.
Tejo : Jadi bagaimana Ruben apakah kamu masih berniat membangun aliansi yang pernah kita rencanakan?
Ruben : Ha ha kita punya misi yang sama, mengapa tidak.
Karena mempunyai misi dan tujuan sama Ruben yang menghubungi Tejo berniat untuk membentuk kembali aliansi yang pernah mereka rencanakan, Ruben juga meminta maaf kepada Tejo akibat penyerangan kepada anggotanya tempo hari itu semua adalah ke salah pahaman, setelah mereka berdua menutup telepon Ruben dan Tejo merencanakan bertemu untuk menyusun strategi yang akan ia gunakan nantinya saat penyerangan ke markas geng gagak.
Ditempat yang lain terlihat ada dua mobil saling kejar-kejaran dan menembaki satu dengan yang lainya, ternyata yang ada didalam mobil itu adalah Angga yang dikejar oleh salah satu anggota dari geng Rudal yaitu Muksin Wilhelm, karena Angga ingin mendapatkan keuntungan yang lebih dari penjualan pasar gelapnya itu sehingga ia menyusup di beberapa wilayah yang bukan dari kekuasaan geng jeruji, di dalam mobil Angga bersama anak buahnya itu berteriak mampus lah kita semua, kita sudah ketahuan berjualan di wilayah geng Rudal salah satu geng mafia terbesar "ucap Angga dari dalam mobil" dan di jawab oleh anggota Angga yang sama berada didalam mobil, lalu bagaimana dengan nasib kita sekarang bos? "ucap salah satu anggota yang bersama Angga", karena dalam keadaan yang sangat terdesak ini Angga memutuskan untuk berperang melawan nya, sambil berteriak panik mau tidak mau kita semua harus berperang melawan nya "ucap Angga kepada anggota geng jeruji yang bersamanya itu".
"Kembali ke rumah sakit dimana Anggoro bersama Albert dan Rara yang membawa Anggun untuk pergi berobat" dalam pangkuan Anggoro, Anggun sangat menikmati hangatnya pangkuan tersebut, Anggun pun terlihat tidak begitu rewel seperti berada dalam gendongan koki terbaik Anggoro yaitu Rara, dimana Anggoro yang masih menunggu nomor antrian Anggun di panggil, Albert terlihat sangat gelisah memperhatikan sekitar karena Albert takut nantinya ada hal yang menyangkut keselamatan dari bos nya itu, setiap beberapa menit sekali Albert menghubungi Roy dan Jarot untuk memastikan apakah di luar masih baik-baik saja, Albert yang duduk di samping Anggoro meminta izin kepada bosnya itu untuk menikmati sebatang rokok di luar, sambil berjalan meninggalkan bangku rumah sakit ia mencoba menelepon Roy.
Kring... Kring... "nada dering telepon Roy".
Albert : Roy bagaimana keadaan disana masih aman kah?
Roy : Tidak usah khawatir Albert disini aku yang sedang berjaga.
Albert : Bukan begitu Roy karena bos membawa Anggun tanpa memegang senjata ia pasti akan melindungi Anggun dengan dirinya itu.
Roy : Kamu tenang saja Albert, dari atas gedung juga sudah ada Jarot yang berjaga siap memberikan info.
Albert : Baiklah kalau begitu, keselamatan kita semua ada di tangan mu Roy.
Roy : Serahkan semua pada kami.
tidak lama dari Albert menghubungi Roy ia pun kembali menghampiri Anggoro dan duduk di sampingnya, karena Anggoro melihat Albert yang begitu gelisah ia pun menanyakan hal tersebut kepada Albert.
Anggoro : Albert ada apa, mengapa kamu terlihat sangat gelisah sekali?
Albert : He he "sambil mengelap keringat di dahi" tidak apa-apa bos.
Anggoro : Seperti ada hal yang kamu takutkan Albert?
Albert : Aku hanya trauma saja setiap datang kerumah sakit bos "berbohong".
Anggoro : Oh... jadi begitu.
Tidak lama Albert datang dan duduk kembali di samping Anggoro ia pun berbincang-bincang ringan hingga nomor urut Anggun di sebutkan oleh petugas rumah sakit, karena nomor urutnya sudah disebut Anggoro sambil menggendong Anggun masuk kedalam ruangan dimana dokter yang nantinya akan memeriksa kondisi kesehatan Anggun, saat Anggoro berdiri Rara menawarkan dirinya untuk ia saja yang masuk ke dalam bersama Anggun, tuan tidak sebaiknya saya saja yang kedalam bersama Anggun "ucap Rara", mendengar ucapan Rara barusan Anggoro hanya membalas dengan senyuman membuat sosok Anggoro sangat terlihat ber kharismatik.
Krek... Krek... "suara pintu ruangan terbuka" melihat pintu ruangan terbuka karena hari ini dokter Rania yang bertugas ia menyuruh pasien tersebut untuk masuk, ya silahkan masuk "ucap dokter tersebut dengan ramah" melihat Anggoro yang sedang menggendong Anggun dokter terdiam mematung karena melihat ketampanan dari pemimpin geng gagak ini, setelah dokter menyuruh masuk Anggoro datang menghampiri dan menarik bangku untuk ia duduk.
Anggoro : "melambaikan tangan ke wajah dokter" Halo... Halo... dokter mengapa melamun?
Rania : Maaf... Maaf pak "menahan malu", Jadi siapa yang sakit pak?
Anggoro : Anak ini dok Anggun, sejak tadi pagi demamnya belum juga reda.
Rania : Oh iya pak perkenalkan saya dokter Rania "mengulurkan tangan dengan sikap centil".
Anggoro : Dalam hati ia berkata "padahal aku tidak menanyakan namanya", oh baik dok Saya Anggoro.
Rania : Apa anda orang tuanya pak Anggoro.
Anggoro : Bukan dok saya bukan orang tuanya.
Rania : "Memasang muka kebingungan" loh terus bapak ini siapanya.
Anggoro : Saya orang tua angkat dari anak ini dok.
Dokter : "dengan sikap centilnya memuji Anggoro" Sungguh mulia sekali anda pak Anggoro.
Anggoro : Dengan nada tegas berbicara kepada dokter Rania, dok maaf saya tidak punya waktu lama jadi tolong periksa anak ini dan kasih yang terbaik.
Mendengar Anggoro berucap dengan nada yang sedikit tinggi dokter Rania langsung segera memeriksakan kondisi kesehatan Anggun, karena baru satu hari Anggun demam, dokter tidak bisa memberikan obat terlalu banyak, tetapi bilamana dalam tiga hari demam Anggun belum juga reda dokter Rania menyarankan untuk kembali lagi memeriksakan Anggun.