3. Sosok yang bisa di andalkan

3.Sosok yang bisa di andalkan

_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _

(POV 3)

Suzuki Haru, baru saja mendapati fakta bahwa dirinya sekarang berada di dunia iblis, dan hal itu diberitahu oleh saudaranya Iruma sambil tersenyum seolah-olah itu bukanlah hal besar.

Mengabaikan wajah Iruma yang masih tersenyum polos, Haru berpikir:'Hm, Ini buruk, kalau ini masih dunia manusia aku masih bisa memikirkan kemungkinan untuk lari, tapi kalau kita di dunia iblis...'

Haru menghela nafas, merasa hal ini lebih memusingkan dari biasanya.

Tapi setelah di pikir-pikir, ini masih bisa di antisipasi, lagipula lihatlah ke langit.

Haru mendongakkan kepalanya ke langit melihat bulan yang ada dua di langit.

Bulan ada dua, yang sudah jelas bahwa jika dia masih di dunia manusia, atau di planet bumi tepatnya, pasti hanya ada satu saja bulannya.

Dan beda dunia berarti sama dengan beda dimensinya, jika kita anggap dunia manusia di tengah-tengah, maka dunia iblis ada di bawahnya, yang dimana secara teori pasti terdapat penghalang atau hal serupa yang intinya berguna untuk memisahkan mereka.

Dan inilah masalahnya, tidak usah memikirkan teleportasi untuk pindah dimensi atau segala upaya itu, bahkan melepaskan diri dari ikatan tali yang melilitnya saja ia tidak bisa.

Padahal dengan kemampuan yang ia dapatkan selama ia berada di alam liar seharusnya bisa melepaskan diri dari ikatan tali biasa, dan karena ia tidak bisa melepaskan diri pasti tali ini lebih kuat dari tali biasa, atau...ini adalah...tali yang diperkuat...dengan Sihir!!.

Sihir, sebuah keajaiban yang melawan hukum alam, bukan tidak mungkin kalau sihir itu ada, lagipula kemampuan miliknya sendiri juga melawan hukum alam yang ada.

Dan dengan cahaya emas berbentuk gelembung yang mengelilingi mereka berdu dan kakek itu yang terbang dengan sayap iblis?, nah itu hampir menjelaskan banyak hal.

Merenungkan ini semua, Haru tidak menyadari Iruma sedang memperhatikannya dengan seksama dari tadi dengan wajah kebingungan melihat adiknya terdiam lagi.

Karena khawatir apakah terjadi sesuatu, Iruma menanyakan kabarnya.

"Haru?, Haruu~....Hei adikku, kau baik-baik saja?" Iruma menjadi lebih khawatir saat Haru tidak menjawab.

"Hah?" Haru terputus dari pikirannya saat mendengar suara Kakaknya Iruma dan menoleh padanya.

Melihat wajah khawatirnya, Haru menjawab dengan sedikit tersenyum untuk menenangkan kekhawatirannya.

"Jangan khawatir, aku baik-baik saja, hanya memikirkan beberapa hal saja" ucapnya dengan tersenyum dan nada menenangkan.

"Fiuhh...baguslah, aku benar-benar khawatir, kau menjadi sangat pendiam sejak...kita diculik?, atau dijual lebih tepatnya?" Iruma memasang wajah lega mengetahui adiknya tidak ada masalah.

"Oh ya, apa yang kau pikirkan dengan begitu serius dari tadi?" Iruma bertanya dengan penasaran sambil mengangkat sebelah alisnya dan memasang wajah tertarik.

Melihat ke kakek iblis di depannya dengan waspada, Haru mendekatkan diri ke Iruma dan berbisik di telinganya dengan serius.

"Dengar Iruma, aku sedang memikirkan cara agar kita dapat melarikan diri, dan yang menjadi masalah adalah kita berada di dunia iblis, bukan di dunia manusia, dan karena berbeda dunia, maka sudah jelas kita harus memikirkan cara agar kta dapat pergi ke dunia manusia itu, dan sayangnya sekarang masih buntu" Haru membisikkan pemikirannya dengan wajah serius.

Iruma mendengar penjelasan Haru hanya mengangguk dengan wajah mengerti.

"Jadi begitu, aku paham, aku paham" ucapnya dengan sedikit senyum di wajahnya.

Melihat senyumnya, Haru entah bagaimana merasa heran pada kakaknya.

"Iruma...mengapa aku merasa kau tidak khawatir dengan situasi kita?, kita di tempat yng benar-benar asing loh" Haru merasa heran dengan kakaknya yang sepertinya tidak menyadari situasi mereka.

Iruma yang mendapat pertanyaan itu sedikit tersentak dan mengalihkan pandangannya ke samping sambil memasang wajah ragu-ragu.

Haru hanya memiringkan kepalanya ke samping bingung dengn reaksinya.

Melihat tatapan bingungnya, Iruma akhirnya menghela nafas dan berkata jujur dengan wajah sedikit malu.

"Yahh, kau tau, walaupun kita di tempat asing, dimanapun itu, aku tidak terlalu khawatir" ucap Iruma sambil tersenyum ke Haru.

Haru tidak memotongnya, menunggu dia melanjutkannya.

"Karena...aku bersamamu, aku tidak khawatir asalkan kau bersamaku, lagipula bahkan saat kita di alam liar maupun saat berhadapan dengan oarang jahat, kau selalu menemukan jalan keluar yang aman bagi kita berdua, kau sangat bisa di andalkan Haru, karena itulah aku percaya, asalkan ada dirimu disampingku, semuanya akan baik-baik saja" Iruma tersenyum tulus ke Haru, menyampaikan isi hatinya.

Haru yang mendengar pernyataan Iruma memalingkan wajahnya yang sedikit memerah karena merasa sedikit malu dengan pujiannya.

"U-uhm, kau terlalu berlebihan memujiku Iruma" ucap Haru dengan nada acuh tak acuh, itulah yang dia coba, tapi senyum yang perlahan mekar di wajahnya mengkhianati usahanya untuk menutupi rasa malunya.

Iruma melihat tingkah adiknya yang seperti ini terkekeh:"Hehe~ jarang sekali melihatmu seperti ini Haru~" ucapnya dengan senyum lebar seolah-olah menemukan sesuatu yang baru dan menyenangkan.

Dengan tanda centang di dahinya, Haru hanya:"Cih" Haru mendecakkan lidahnya merasa kesal dengan nada main-main Iruma.

"Kihihi!" Iruma berusaha menahan tawanya walaupun sia-sia merasa terhibur dengan tingkah Haru.

Haru hanya menatapnya balik dengan tajam sejenak, sebelum akhirnya menghela nafas pasrah dan tersenyum.

Dan seperti itulah, yang dimana seseorang harusnya merasa takut dengan situasi ini, mereka berdua, Iruma dan Haru, sepasang saudara kandung menemukan cara untuk menghilangkan rasa takut mereka dan bisa lebih berpikir jernih dengan cara saling melontarkan lelucon kecil untuk meredakan ketegangan.

Dan di samping itu, kakek iblis yang membawa mereka berdua dari belakangnya, tanpa mereka berdua sadari, dia juga ikut tersenyum melihat interaksi mereka yang menghangatkan hati ini.

Dan seperti itulah, perjalanan dilanjutkan dengan suasana yang lebih santai, apalagi Haru tidak menemukan hal yang mencurigakan dari penculik/pembeli? Mereka, jadi Haru memutuskan untuk mengalihkan pikirannya engan mengobrol santai dengan Iruma tentang berbagai topik.

*Bersambung*

(A/N: Aku tau, Bab ini lebih pendek, tapi tenang, besok akan ada bab lanjutannya lagi, dan seperti yang kalian tahu, susah sekali bagiku untuk mencari motivasi agar bisa melanjutkan menulis, tapi aku mencoba memaksa diriku, jadi begitulah curhatan singkatku)

Total kata: 937 kata