6. Taruhan dan Si$?-;

6. Taruhan

_ _ _ _ _ _ _

Di rumah Sullivan.

Haru menatap Iruma tanpa ekspresi, melihat di menerima permintaan tidak masuk akal lagi.

"Serius Iruma? Kau menyetujuinya?" Haru memijat kepalanya sambil bertanya untuk memastikan apa yang dilakukan Iruma.

Iruma yang mengalihkan pandangannya, sedikit tersentak saat Haru bertanya langsung padanya.

"Uhh...Y-yah, hanya saja, ini terjadi begitu saja, dan tanpa ku sadari, aku menyetujuinya" Iruma mencoba menjelaskan dirinya.

Namun Haru yang sudah lelah akhirnya hanya menyudahi perdebatan singkat mereka, dan kali ini menghadap langsung ke arah Sullivan.

"Hei kakek, Iruma menyetujuinya secara terpaksa, bukan sukarela, bisakah kontraknya dibatalkan?" Haru dengan wajah serius bertanya untuk memastikan.

Sambil masih memiliki senyum bahagia, Sullivan menjawab:"Sayangnya tidak bisa dibatalkan, kertas kontrak tadi adalah kontrak sihir, yang isinya menyatakan Iruma akan menjadi cucuku begitu dia menandatanganinya, dan jika ingin dibatalkan, maka kedua belah pihak harus menyetujuinya untuk bisa lepas dari kontrak ini" Sullivan menjelaskan dengan sabar kepada Haru.

Haru mempertimbangkan beberapa hal sejenak, walaupun Iruma ingin membatalkannya, sudah jelas kalau Kakek bernama Sullivan itu tidak akan mau, jadi pada akhirnya, dia akhirnya memutuskan untuk melakukan sesuatu yang mungkin berbahaya, tidak, bukan mungkin lagi, tapi sudah jelas ini adalah keputusan yang berbahaya.

"Hei paktua, mari buat taruhan" Haru mengajukan taruhan.

Sullivan yang masih menunggu keputusan Haru mengangkat sebelah alisnya merasa tertarik:"Taruhan macam apa itu Haru-kun" tanyanya sambil tersenyum santai.

Haru lalu menjawab dengan tegas dan lugas:"Lawan aku, jika aku kalah dan kau menang, maka aku juga akan setuju menjadi cucumu, tapi jika aku menang dan kau kalah, maka batalkan apapun yang di kertas itu dan bawa kami pergi dari dunia iblis ini!"

Haru mengajukan untuk mengadakan pertarungan antara mereka, dengan yang kalah intinya harus menuruti permintaan sang pemenang.

Sullivan yang mendengar perkataan berani anak muda didepannya mulai menyeringai lebar dan berbahaya.

Dengan kekuatan sihirnya yang mulai merembes keluar, dia mencoba mengintimidasi Haru dengan tekanan sihir miliknya.

"Ya ampun Haru-kun~, betapa beraninya kau untuk menantang orang tua ini~, tapi bagaimana bisa kakekmu menyakitimu, bagaimana jika kau melawan orang lain saja?, tapi jangan khawatir, taruhannya tetap sama" Sullivan menawarkan kesepakatannya sedikit di ubah.

"Orang lain? Siapa itu?, dan juga kau bukan kakekku, aku belum dan tidak akan pernah menyetujuinya!" tanya Haru sambil memasang wajah tak setuju dan memiringkan kepalanya ke samping dengan bingung.

Sullivan tidak menjawab, melainkan menjentikkan jarinya.

*ctak*

*Fwossh*

Seseorang dengan pakaian pelayan pria tiba tiba muncul di samping Sullivan, dia memiliki rambut merah dan mata merah terang, sikap dan ekspresinya tenang.

Dia lalu bertanya pada tuannya, yaitu Sullivan.

"Kenapa anda memanggil saya, Tuan Sullivan?" Tanya orang itu dengan hormat pada Sullivan.

"Jadi begini Opera, anak ini..."Sullivan menunjuk Haru dengan jarinya dan melanjutlan.

"Anak ini akan bertarung denganmu~" ucapnya sambil menyeringai seola olah ini adalah hal yang ia nantikan.

Dan Sullivan juga melanjutkan :"Ah dan jangan khawatir Haru-kun~ aku bisa menyembuhkan siapapun yang terluka nantinya~" ucap kakek tua itu dengan riang kepada Haru untuk meyakinkannya.

Opera lalu menatap manusia yang ditunjuk tuannya, dia tidak memiliki spesial kesan pada Haru, dan hanya berpikir.

'Melawan manusia lemah ini?' Pikir Opera sambil memiringkan kepalanya dan mempertahankan wajah tanpa ekspresi.

Dia tidak menolak untuk bertarung, yang dia bingungkan adalah kenapa perlu bertarung dengan manusia lemah yang sudah pasti akan kalah di tangannya, dia tidak bisa mengerti apa yang dipikirkan tuannya, Sullivan.

Namun dia akhirnya hanya menghilangkan pertanyaan pertanyaan di benaknya lalu berdiri, Opera berniat mengganti tempat pertarungan.

"Hei anak manusia, ayo pindah tempat, aku tidak ingin tempat ini rusak karena pertarungan" ucapnya langsung ke intinya kepada Haru.

Haru juga tidak menolak hal itu dan mengikuti Opera yang sudah mulai berjalan di depannya.

Sullivan disisi lain, mengajak Iruma untuk menontonnya juga:"Iruma-kun, ayo kita menonton mereka juga, aku ingin mengambil foto mereka bertarung!, untuk beberapa kenang kenangan dimasa depan!" ucapnya sambil mengangkat kamera yang tiba tiba ada di tangannya sambil tersenyum penuh semangat.

Iruma mengangguk dan mengikuti dengan patuh.

. . . . . . . . .

Di Halaman depan rumah Sullivan.

Haru dan Opera sudah di posisi masing-masing, wajah Haru serius, berniat untuk menang dengan segala cara, Opera disisi lain tetap tanpa ekspresi dan hanya menatap lawannya, Haru, dengan tenang.

Sullivan berdiri tidak jauh dari mereka, bertindak sebagai wasit, sedangkan Iruma...bagaimana mengatakannya, bersantai?, karena saat ini dia sedang duduk di kursi pantai sambil memegang minuman es kelapa di tangannya.

Dan Haru tentu saja memiliki tanda centang di dahinya merasa kesal melihat saudaranya menikmati es dengan santai, sedangkan dirinya harus bertarung agar mereka dapat keluar dari dunia ini.

Namun menghilangkan pikiran yang membuatnya tidak fokus, Haru kembali fokus kepada Opera di depannya.

Jujur saja, Haru sendiri tidak yakin apakah dia dapat menang melawannya, lagipula kita membicarakan Iblis disini, dan jika Kakek bernama Sullivan dapat menggunakan Sihir seperti saat dia dibawa kesini bersama Iruma, entah saat perpindahan dimensi / dunia, maupun saat ada gelembung cahaya saat terbang sebelumnya, maka pasti iblis didepannya juga pasti dapat menggunakan sihir juga.

Namun apakah hal itu mematahkan semangatnya?, tentu saja tidak.

Karena disisi lain, Haru juga memiliki kemampuannya sendiri yang ia miliki semenjak lahir, yang baru di ketahui saat penjelajahan alam liarnya.

Dan juga satu alat atau bisa juga dibilang senjata, yang ia miliki dari penemuan di salah satu tempat yang ia jelajahi saat di lempar ke tempat asing oleh orang tua mereka.

Dan karena dua hal itulah, Haru tidak terlalu putus asa dan berniat untuk memenangkan pertarungan ini bagaimanapun caranya.

*Bersambung*

(A/N: Baiklah, akhirnya Haru akan menunjukkan kemampuannya pada kita, apa sebenanrya kekuatan yang ia miliki?!!.

Nah itu untuk bab selanjutnya, terima kasih telah membaca, Ciao~)

Jumlah kata: 914 kata