(A/N: baiklah, hanya sedikit memberitahu, di fanfiksi ini, jika kalian bertanya tanya ini mengikuti anime atau manga, maka jawabannya adalah ini mengikuti keduanya, jadi aku menggabungkan unsur kedua hal itu menjadi satu supaya bisa lebih nyambung dan menyempurnakan beberapa hal yang harusnya ada tetapi dibuat tidak ada seperti di animenya.
Itu saja, nikmati chapter ini)
5. Tidak bisa di harapkan
_ _ _ _ _ _ _ _ _
Di rumah atau vila milik iblis bernama Sullivan.
"Maukah kalian berdua menjadi cucuku?, Iruma-kun dan Haru-kun" ucap Sullivan dengan senyum ramah dan antisipasi di wajahnya.
Haru yang melihat perkembangan yang sedikit terlalu cepat di depan matanya, menatap sedikit tercengang ke kakek-kakek di depannya yang sedang berlutut di depan mereka berdua.
Sebelumnya mereka terikat tanpa bisa lepas, namun detik berikutnya mereka berdua duduk bersama dengan pakaian bayi?!, ini pasti lelucon.
Dan apa yang iblis ini katakan?, menjadi cucunya!?, yang benar saja!!.
Dan lagi...di mata Iruma dan Haru, kakek di depan merek, mengecil menjadi versi chibi?, menggelengkan kepala, mereka berpikir pasti hanya halusinasi.
Haru masih dengan wajah sedikit terkejut dan merasa aneh hanya bisa mengatakan:"Apakah kau sudah gila pak tua?" Ucapnya sambil menatap Sullivan dengan pandangan tidak yakin harus mengatakan apa.
Iruma di sisi lain hanya mengedipkan matanya beberapa kali merasa bimbang dan sama bingungnya untuk bereaksi.
Sullivan tidak menjawab, dan sebagai gantinya dia mendekatkan kereta dorong berisi teh ke mereka sambil terenyum.
"Ayo silahkan, ini adalah perlengkan teh terbaik milikku, aku harap kalian menikmatinya...jadi..." Sullivan menghilangkan senyumnya dan menghadap kebawah.
"Jadi, Aku mohon..." Sullivan berhenti di tengah kalimatnya.
Lalu tiba-tiba, swoosh, dia kembali berlutut di depan mereka berdua, namun kali ini dengan air mata mengalir di wajah chibinya, dia memohon.
"Tolonglah Iruma-kun, Haru-kun, aku sangat iri dengan teman-temanku yang selalu memamerkan cucu mereka setiap kali pertemuan di adakan di antara kami!!!" Sullivan mengatakan alasannya dia ingin menjadikan Iruma dan Haru menjadi cucunya.
Namun Haru sekarang merasa pandangannya tentang iblis yang menakutkan...hilang, melihat tingkah Kakek tua yang bersikap kekanak-kanakan di depannya ini.
Kakek ini bertingkah layaknya anak kecil yang menginginkan mainan seperti yang dimiliki anak lain karena iri tidak peduli apapun.
Haru lalu mengutarakan pikirannya yang lain:"Yang benar saja kakek tua, dimana keluargamu, bukankah kau harusnya meminta cucu pada anakmu!?" Haru bertanya pada Sullivan dengan heran.
"Y-yah, sebenarnya...aku masih single sampai saat ini" jawab Sullivan dengan wajah sedikit malu.
"Dan Karen Itulah!!" Sullivan memeluk mereka berdua erat dan menggoyangkannya dengan kencang, "Aku ingin kalian menjadi cucuku!!!" Sullivan menekankan keinginannya lagi.
Haru memiliki wajah tidak yakin dan menatap saudaranya yang juga balas menatapnya dengan wajah yang sama, namun suara Sullivan kembali terdengar dan mengalihkan perhantian mereka.
"K-kalau kalian tidak mau juga tidak apa kok" ucapnya merelakan, namun dari wajahnya yang cemberut sedih mengatakan bahwa ia tidak ingin melepaskan mereka dari menjadi cucunya begitu saja.
Pada saat ini Iruma bertanya pada Sullivan.
"J-jadi kami boleh menolaknya?" Tanya dia dengan ragu-ragu namun sedikit lega karena bisa menolak undangan yang mencurigakan ini.
"Benar, kalian boleh menolaknya, lagipula keinginan kalian adalah yang terpenting"
"TAPI!!! Aku akan memberikan kalian apapun!!, aku akan membelikan apapun yang kau inginkan!!, makanan yang kau inginkan!!, semuanya akan kubelikan!, jadi ku mohon!! Jadilah cucuku!!" Mata Sullivan melebar dan berkilauan di depan mereka, menjanjikan akan membeli apa saja untuk mereka jika mereka menerimanya.
Haru terdiam memikirkan apa yang dikatakannya, pria tua bernama Sullivan ini terlihat sangat menyedihkan, tapi pada saat yang sama dia adalah iblis yang berbahaya.
Haru memejamkan matanya sejenak mempertimbangkan tawarannya, jika saja mereka tidak menerimanya, maka tetap saja mereka tidak tau harus berbuat apa untuk keluar dari dunia iblis ini.
Tapi jika mereka menerimanya, itu sama saja menyerahkan diri mereka sepenuhnya pada iblis yang tidak dikenal yang mungkin saja berbahaya.
Haru memikirkan keputusannya matang-matang, namun...yang tidak dia sadari adalah...
"Iruma-kun, tolong terima ya!? Aku mohon padamu!!" Sullivan berbisik ke Iruma dengan matanya yang berair mengancam akan meledak sambil berlutut di depannya sembari menyodorkan kertas yang berisi semacam kertas kontrak.
Dan Iruma, yang niat awalnya adalah untuk menolaknya untuk pertama kalinya dalam hidupnya, merasa ragu dan bimbang mendengar permintaan Sullivan yang terdengar menyedihkan.
Iruma menoleh ke Haru yang masih fokus berpikir dengan mata tertutup dan ingin bertanya padanya.
Namun Sullivan menghentikannya dengan menghalangi pandangannya dengan tubuhnya dan memasang wajah menyedihkan dan air mata berlinang.
Iruma semakin merasa enggan untuk menerimanya, mencoba mengalihkan pandanganya kesana kemari, namun dengan tatapan Sullivan yang semakin mendekat.
....
*Ctak*(suara stempel)
Iruma menerimanya.
Chibi Sullivan lalu mengangkat kertasnya ke atas dengan riang yang menyatakan Iruma sekarang adalah cucunya dengan penuh semangat dan menari-nari bahagia.
"Yeeay~"
Sedangkan Iruma sendiri berlutut merasa kalah karena membiarkan dirinya menerima permintaan yang seharusnya ia tolak...LAGI!, apalagi kali ini dengan iblis.
'Aku kacau' pikirnya dengan menyedihkan.
Sullivan lalu menyimpan kertasnya di balik bajunya dan mendekati Haru dengan senyum berseri-seri sambil mengambil kertas lain yang mirip namun tercantum nama Haru di kertasnya.
Mendekati Haru, dia berkata dengan riang:"Haaru-kunn~, bagaimana kalau kau juga menstempel kertas ini seperti Iruma?" Ucapnya sambil menyodorkan kertas serta stempel ke Haru.
Haru terputus dari renungannya dan membuka matanya untuk disambut dengan Sullivan yang menyerahkan kertasnya kepadanya.
Haru menatap dengan bingung.
"Menstempel kertas seperti Iruma?, apa maksudmu?" Ucapnya dengan bingung karena tidak memperhatikan percakapan mereka sebelumnya.
"Yahh~ kau tau, aku menyerahkan kertas yang menyatakan kalau Iruma sekarang adalah cucuku, dan dia menerimanya!!, aku senang sekali~, jadi kenapa kau tidak seperti Iruma saja dan menstempel kertas ini agar kita menjadi keluarga sepenuhnya?!" Sullivan menjelaskan panjang dengan penuh semangat.
Haru tidak menjawab, dan malah menatap Iruma dengan tercengang dan tidak percaya, yang dimana Iruma justru mengalihkan pandangannya dengan wajah bersalah, tidak berani menatap Haru walaupun dia sendiri adalah kakaknya.
Haru secara reflek memegang dahinya dengan tangan kanannya, merasa semakin sakit kepala.
Dan begitulan, di ruangan itu, terdapat 3 orang yang memiliki suasana hati yang berbeda-beda, yang satu bahagia dan riang, yang lain memiliki ekspresi bersalah di wajahnya dan mengalihkan pandangannya kemana-mana, dan yang terakhir memegangi keningnya merasa lelah dan hanya bisa menghela nafas.
....
*Bersambung*
(A/N: Ok, bagi yang belum sadar, fanfiksi ini memiliki alur yang lambat ok, karena aku ingin fokus dan juga menikmati membangun karakter, apalagi Haru disini belum mengungkapkan beberapa hal seperti kekuatannya dan hal lainnya.
Jadi yah, jika kalian bukanlah tipe yang menyukai alur yang lambat, kurasa novel ini tidak cocok untuk kalian, itu saja, sampai jumpa di bab selanjutnya, Ciao~
...
Oh ya, aku menerima saran dan kritikan, jadi jika kalian ada saran maupun kritikan apapun, maka jangan ragu untuk berkomentar apa yang kalian pikirkan tentang novel ini okey, agar aku juga bisa mengembangkan diriku lebih baik lagi, seperti itu aja, Ciao~)
Jumlah Kata: 1.094 kata