Penyembah Iblis : BAB 14

Bab 14: Pernikahan di Tengah Gunjingan

Beberapa hari setelah pemakaman Rini, suasana rumah terasa semakin berbeda. Sri Kinanti semakin sering datang. Ia memasak untuk Bapak, membersihkan rumah, dan mengurus Rahayu seolah sudah menjadi bagian dari keluarga.

Suatu sore, saat matahari hampir tenggelam, Sri akhirnya mengungkapkan perasaannya.

"Mas, saya tahu ini cepat… tapi saya benar-benar ingin menjaga Mas dan Rahayu," katanya lirih, menatap Bapak dengan mata penuh harapan.

Bapak terdiam. Hatinya masih berkabung, tapi ada sesuatu dalam diri Sri yang membuatnya merasa... nyaman.

"Saya tidak ingin Rahayu kehilangan sosok ibu," lanjut Sri, menggenggam tangan Bapak. "Dan saya ingin menjadi istrimu, Mas."

Bapak menatap Sri lama. Pikirannya bercampur aduk. Tapi ia tahu, hidup harus terus berjalan. Dan mungkin, menerima Sri adalah jalan terbaik untuknya dan Rahayu.

Tanpa banyak pertimbangan, Bapak menerima lamaran itu.

---

Pernikahan yang Sederhana

Pernikahan Bapak dan Sri dilakukan secara sederhana di rumah. Tidak ada pesta besar, hanya akad nikah dengan dihadiri beberapa tetangga dan Pak Haji.

Rahayu hanya diam. Sejak awal, ia tidak pernah menyukai Sri. Ada sesuatu yang terasa salah tentang wanita itu, tapi ia tidak tahu apa.

Warga mulai berbisik-bisik, membicarakan pernikahan ini dengan penuh kecurigaan.

"Baru saja istrinya meninggal, eh udah nikah lagi," bisik seorang ibu-ibu.

"Gak ada sedihnya apa? Seperti sudah direncanakan saja!" sahut yang lain.

Mak Ijah, yang mendengar gunjingan itu, langsung menegur mereka.

"Hus! Jangan ngomong yang nggak-nggak. Kita gak tahu bagaimana rasanya jadi Pak Ramdan. Daripada bergosip, lebih baik kita mendoakan yang baik-baik saja."

Tetapi, meskipun Mak Ijah membela, gunjingan tetap beredar.

---

Malam Pertama yang Mencekam

Setelah acara selesai, malam itu, Sri resmi tidur sekamar dengan Bapak.

Rahayu tidak bisa tidur. Ia masih menangis diam-diam di kamarnya, memeluk bantal peninggalan ibunya.

Namun di tengah malam, Rahayu terbangun karena suara aneh.

"Hihihihi..."

Terdengar suara tawa pelan dari luar jendela.

Dengan jantung berdebar, Rahayu perlahan bangkit dari tempat tidur. Ia berjalan ke arah jendela dan mengintip keluar.

Di luar, berdiri wanita berbaju putih, rambutnya panjang menutupi wajahnya, memegang lentera.

Itu... IBU!

Mata Rahayu melebar. Tapi sebelum ia bisa berteriak, sosok itu menghilang dihembus angin.

Rahayu menggigil.

Ada sesuatu yang tidak beres dengan pernikahan ini.