Bab 18: Perpisahan Terakhir
Malam itu, suasana rumah kembali hening.
Setelah semua yang terjadi, Rahayu dan Bapak akhirnya bisa tidur, meski hati mereka masih dipenuhi rasa kehilangan.
Di dalam kamar yang remang-remang, Rahayu terlelap di samping Bapak.
Namun, di tengah tidurnya, ia merasakan sesuatu.
Seseorang menyentuh kepalanya dengan lembut.
Rahayu perlahan membuka mata. Sosok itu ada di hadapannya.
"Ibu…?"
Rini tersenyum hangat. Matanya penuh kasih sayang, tidak lagi dipenuhi kesedihan atau amarah.
Ia berlutut di samping tempat tidur, menatap putrinya dengan penuh kebanggaan.
"Jadilah anak yang kuat, Rahayu… Ibu selalu bersamamu, di sini…"
Ia menempelkan tangannya ke dada Rahayu, tepat di atas jantungnya.
Air mata mengalir di pipi Rahayu.
Ia ingin memeluk ibunya, tapi tubuh Rini terasa ringan, seperti asap yang hampir menghilang.
Bapak pun membuka mata. Ia melihat Rini di sana, tersenyum kepadanya.
"Jaga anak kita, Ramdan…" bisik Rini.
Bapak terdiam, hanya bisa mengangguk pelan.
Rini lalu memeluk mereka berdua untuk terakhir kalinya.
Tubuhnya mulai memudar, berubah menjadi cahaya putih yang hangat.
Rahayu menutup matanya, merasakan kehangatan itu untuk terakhir kali…
Lalu, ketika ia membuka mata, ibunya sudah tiada.
---
Keesokan paginya.
Matahari bersinar hangat, menyelimuti desa dengan cahaya emas.
Udara terasa lebih segar.
Rahayu membuka jendela kamar, angin pagi menerpa wajahnya.
Di kejauhan, ia melihat burung-burung terbang bebas di langit biru.
Ia tersenyum kecil.
Di dalam hatinya, ia tahu bahwa Ibunya telah pergi dengan tenang…
Tapi Rini akan selalu ada di dalam dirinya.