Konser Bar-bar

Ajakan yang Mencurigakan

Amara masih setengah sadar ketika Rendi tiba-tiba muncul di depan pintu kamarnya.

"Bangun," kata cowok itu santai.

Amara menggeliat di tempat tidur. "Hmm… masih pagi…"

"Pagi dari mana? Udah siang, oi."

Amara langsung duduk tegak. "HAH?! Jam berapa?!"

"Jam dua."

"DUA SIANG?!" Amara langsung panik. "Ya ampun! Kenapa lo gak bangunin gue lebih cepet?! Gue belum makan, belum cuci muka, belum ngapa-ngapain!"

Rendi terkekeh. "Makanya, gue bangunin lo sekarang."

Amara masih setengah stres. "Lo sendiri ngapain kekamar gue? Biasanya juga bodo amat."

Rendi menyeringai. "Mau ngajak lo pergi."

Amara mengerutkan dahi. "Pergi ke mana?"

Rendi menyodorkan dua tiket di tangannya.

"Konser."

Amara melotot. "APA?!"

Amara yang Mikir Seribu Kali

Amara mengambil tiket itu dengan curiga.

"Ini beneran konser?" tanyanya.

Rendi menatapnya seolah dia baru nanya hal paling bodoh di dunia. "Masa tiket bioskop?"

"Tapi… kenapa lo ngajak gue?"

Rendi menyandarkan diri kedinding. "Karena gue punya dua tiket."

"Trus kenapa harus gue yang ikut?"

"Karena gue males ngajak orang lain."

JLEB.

Jawaban yang simpel, tapi sukses bikin Amara merasa aneh.

Bukan karena tersinggung.

Tapi karena…

Kenapa hatinya malah senang?!

"Jadi, lo ikut atau nggak?" tanya Rendi lagi.

Amara menggigit bibirnya.

Dia pengen nolak.

Tapi di sisi lain…

Kapan lagi dia bisa nonton konser bareng Rendi?!

Akhirnya, setelah berpikir keras, dia menghela napas. "Oke. Tapi gue harus siap-siap dulu!"

Rendi mengangkat bahu. "Jangan lama."

Dan dengan itu, Amara langsung sibuk memilih baju.

Misi Rahasia Lisa

Setelah siap, Amara menatap pantulan dirinya dicermin.

Bajunya kasual aja, tapi tetap modis.

Tapi begitu dia keluar kamar…

Lisa sudah menunggu di depan pintu.

Amara nyaris loncat kaget. "WOI! Ngapain lo di sini?!"

Lisa menyeringai lebar. "Gue denger lo mau pergi sama Bang Rendi?"

Amara mendecak. "Lo denger dari mana sih?!"

Lisa mengibaskan tangan. "Udah, gak penting. Yang penting, lo harus kasih gue laporan nanti!"

Amara mengerutkan dahi. "Laporan apaan?"

Lisa memegang pundaknya. "Pokoknya, kalau dia tiba-tiba nembak lo, langsung kabarin gue!"

DEG!

Amara langsung panik.

"A-APA?! Nembak apanya?! Lo ngaco!"

Lisa mengangkat bahu. "Gue cuma bilang kemungkinan terburuk."

"TERBURUK DARI MANA?!"

Lisa tertawa puas melihat Amara panik.

Dan sebelum Amara sempat membalas, Rendi sudah muncul di belakang mereka.

"Kalian ngomongin apa?" tanyanya santai.

Amara langsung kabur kebelakang Rendi.

"GAK ADA!"

Lisa terkikik. "Gue cuma bilang ke Amara, kalau ada apa-apa, dia harus cerita ke gue!"

Rendi menaikkan alis. "Ada apa-apa ,apanya?"

Lisa menyeringai. "Ya… siapa tahu ada momen romantis."

Amara langsung mendorong Lisa menjauh. "UDAH, DIAM LO! GUE PERGI DULU!"

Dan sebelum Lisa bisa ngomong lebih banyak, Amara buru-buru menarik Rendi pergi.

Dia gak butuh tambahan malu sebelum konser dimulai!

Si Bocil Bar-bar di Konser

Ketika mereka sampai di venue konser, Amara langsung kegirangan.

"Ya ampun, ini KEREN BANGET!" serunya sambil berlari kedepan panggung.

Rendi tersenyum melihat reaksinya.

Dia tahu Amara bakal suka.

"Ayo, kita cari tempat dulu," kata Rendi.

Mereka mulai bergerak masuk di kerumunan, tapi ditengah perjalanan…

BRUK!

Seseorang menabrak Amara dari belakang.

"Hoi!" Amara langsung berbalik dengan tatapan garang. "Mata lo di mana sih?!"

Orang yang menabraknya hanya nyengir. "Sorry, rame banget!"

Amara masih mau ngomel, tapi Rendi sudah menariknya kesamping. "Udah, gak usah ribut. Kita cari tempat yang enak buat nonton aja."

Amara mendengus. "Untung gue lagi baik."

Rendi terkekeh. "Lo? Baik?"

Amara melotot. "Lo mau gue bukti'in gak?!"

Rendi hanya tertawa. "Ntar lo ngamuk pas konser, malah masuk berita."

Dan benar saja…

Saat konser dimulai, Amara langsung berubah jadi bocil bar-bar.

Dia loncat-loncat, teriak sekencang mungkin, dan hampir kehabisan suara.

Sementara Rendi…

Dia hanya menikmati dari samping, tersenyum melihat Amara sebahagia ini.

Dan tanpa Amara sadari…

Tatapan Rendi saat menatapnya malam itu, jauh lebih dalam dari yang pernah dia tunjukkan sebelumnya.

Terlalu Bersemangat

Amara sudah berubah jadi manusia hiperaktif.

"WOYYY!! LAGUNYA FAVORIT GUE INI!!!"

Dia langsung lompat-lompat, tangan ke atas, teriak sekencang mungkin.

Rendi, yang berdiri disebelahnya, hanya bisa geleng-geleng kepala.

"Lo gak capek?" tanyanya santai.

Amara menoleh dengan napas tersengal. "Gak! Ini baru pemanasan!"

DUARR!

Baru pemanasan katanya?!

Padahal dia udah kaya cacing kepanasan!

Rendi tertawa kecil.

Sementara di sekeliling mereka, orang-orang juga ikut menikmati konser.

Tapi dari semua yang paling bar-bar, jelas Amara juaranya.

Masalah Dimulai

Ditengah lagu ketiga, Amara makin menggila.

Dia terlalu sibuk melompat-lompat sampai…

"WOAAAHH!!"

BRUK!

Amara nabrak orang.

Orang itu seorang cowok tinggi, dengan wajah kesal langsung menoleh. "Woy, hati-hati dong!"

Amara mengerjap. "Eh, sorry. Gue gak sengaja!"

Tapi cowok itu masih terlihat marah. "Gak sengaja kok nyeruduk kaya banteng?!"

Amara mendelik.

Oke. "Udah dikasih maaf, malah nyolot!".

"Eh, lo pikir gue sengaja nabrak lo?! Lo aja yang gak bisa jaga jarak!"

Cowok itu melipat tangan. "Gue diem dari tadi, lo yang tiba-tiba loncat!"

"Terus lo maunya apa?! Gue sujud minta maaf?!"

Mata cowok itu menyipit. "Kalau bisa sih…"

DUARR!!

Salah orang lo, bos.

"WOY, KURANG AJAR LO YA?!" Amara hampir terjun ke cowok itu, tapi tiba-tiba seseorang menarik tangannya.

"Udah, Mar," kata Rendi dengan tenang. "Lo gak mau bikin rusuh dikonser, kan?"

Amara mendelik ke Rendi. "Tapi dia mulai duluan!"

Rendi hanya menatap cowok tadi. "Kita kesini buat nikmatin konser, bukan buat cari musuh. Kalau lo mau ribut, cari tempat lain."

Cowok itu menatap Rendi sebentar, lalu mendengus. "Dasar bocah."

Lalu dia pergi.

Amara membulatkan tangan. "WOY! LO BILANG APA TADI?!"

Rendi buru-buru menarik Amara kebelakang sebelum dia benar-benar ngamuk.

"Mar, kalau lo sampai ribut, kita bakal diusir dari konser."

Amara mendengus. "Gue gak terima digituin!"

"Kalau lo ribut sama orang gak penting, berarti lo sama aja kaya dia," kata Rendi santai.

Amara terdiam.

Sial.

Kenapa cowok ini selalu punya logika yang gak bisa dibantah?!

Momen yang Gak Disangka

Setelah insiden itu, Amara mulai sedikit tenang.

Dia tetap menikmati konser, tapi kali ini sedikit lebih terkendali.

Dan Rendi?

Cowok itu tetap seperti biasa.

Kalem.

Tapi di tengah lagu terakhir…

Saat lampu-lampu panggung mulai redup…

Dan semua orang mengangkat ponsel mereka…

Rendi tiba-tiba menarik Amara lebih dekat.

"Mar," panggilnya pelan.

Amara menoleh. "Apa?"

Dan saat itu…

Rendi hanya tersenyum tipis.

"Lo tahu gak?" katanya. "Lo keliatan keren banget waktu tadi marah."

DEG!

Amara langsung membatu.

"W-what?"

Rendi tertawa kecil. "Gue serius. Lo emang bocil bar-bar. Tapi justru itu yang bikin lo beda."

DUARR!

Otak Amara langsung korslet.

Dia mau jawab apa?!

Tapi sebelum dia bisa berkata apa-apa, kembang api konser sudah mulai menyala di langit.

Dan di bawah sinar kembang api itu…

Amara sadar.

Bahwa malam ini akan jadi salah satu momen yang gak akan pernah dia lupakan.