Salah Paham yang Gak Masuk Akal
Konser akhirnya selesai. Orang-orang mulai bubar, tapi Amara masih diem di tempat.
Jantungnya masih berdebar gak karuan.
Rendi tadi ngomong apa?!
Dia bilang gue keren?!
Amara nyaris gak percaya.
Seumur-umur, gak ada yang bilang dia keren. Biasanya dia cuma dibilang bocil rusuh atau anak barbar tanpa aturan.
Tapi Rendi…
Cowok itu melihatnya dengan cara yang beda.
Amara masih sibuk sama pikirannya sendiri sampai tiba-tiba…
BRUK!
Seseorang menabraknya dari belakang.
"Aduh!" Amara hampir jatuh, tapi sebelum dia menyentuh tanah…
Dua tangan kuat menangkapnya.
"Lo gak bisa diem ya?" suara Rendi terdengar di telinganya.
Dan sebelum Amara sempat berpikir…
Cowok itu menariknya ke dalam pelukan.
Pelukan yang Bikin Gagal Napas
Amara membeku.
INI APAAN?!
Jarak mereka terlalu dekat.
Dia bisa merasakan kehangatan tubuh Rendi, detak jantung cowok itu, bahkan aroma parfumnya yang samar.
Dan otaknya langsung mogok bekerja.
"R-rendi…?" suaranya nyaris gak kedengaran.
Tapi cowok itu gak langsung melepasnya.
"Lo baik-baik aja?" tanya Rendi, masih dengan nada tenang.
Amara menelan ludah. "A-apa…?"
Rendi akhirnya sedikit menjauh, tapi tangannya masih ada di bahu Amara.
"Baru tadi gue bilang lo keren, sekarang malah hampir jatuh."
DUARR!
Jantung Amara resmi error.
Cowok ini…
KENAPA OMONGANNYA BISA MEMATIKAN BEGITU?!
Amara buru-buru mendorong Rendi. "W-woi! Jauh-jauh! Gue gak papa!"
Rendi mengangkat alis. "Serius?"
Amara gak bisa menatap matanya. "IYA! Lo tuh yang aneh, tiba-tiba meluk gue!"
Rendi terkekeh. "Gue cuma nolongin lo, bocil."
JLEB.
Oke.
Gak jadi baper.
"Lo bilang gue keren, tapi masih aja manggil gue bocil?!" Amara melotot.
Rendi hanya tersenyum tipis. "Karena lo emang bocil."
Amara langsung mendengus.
Tapi diam-diam…
Tangannya masih bisa merasakan hangatnya pelukan Rendi tadi.
Dan itu bikin dia makin frustasi.
Gagal Move On dari Pelukan
Setelah insiden pelukan tadi, Amara masih dalam mode error.
Dia berusaha fokus jalan, tapi otaknya masih muter-muter di kejadian barusan.
Kenapa Rendi tiba-tiba meluk gue?!
Dan yang lebih parah…
Kenapa gue gak mau lepas?!
"Aduh!"
Amara tiba-tiba kesandung.
Rendi, yang masih jalan di sebelahnya, langsung refleks menarik tangannya.
Dan…
BRUK!
Amara jatuh lagi.
Kemana ya?
KEPELUKAN RENDI.
Kedekatan yang Gak Masuk Akal
Amara membeku Lagi.
Mereka berdiri terlalu dekat.
Saking dekatnya, Amara bisa melihat tiap detail wajah Rendi dari jarak nol koma sekian sentimeter.
Matanya yang tajam.
Hidungnya yang tegak.
Bibirnya yang sedikit melengkung ke atas.
ASTAGA.
Kalau ini di drama Korea, mungkin ini momen sebelum ciuman terjadi.
TAPI INI KENAPA TERJADI DI KEHIDUPAN NYATA?!
"Lo gak bisa jalan bener?" suara Rendi terdengar tepat di atas kepalanya.
Amara langsung tersadar.
"W-WOI! LEPASIN!"
Dia buru-buru mendorong Rendi.
Tapi sialnya…
Kakinya masih oleng.
Dan…
"KYAA!!"
Amara hampir jatuh lagi.
TAPI KALI INI…
Rendi menangkapnya dengan lebih erat.
Dan bukan cuma sekadar menahan…
Tapi…
Dia memeluk Amara lebih erat dari sebelumnya.
Detik yang Terasa Lama
Amara bisa merasakan detak jantung Rendi.
Atau…
Jangan-jangan itu detak jantungnya sendiri yang berantakan?!
"Lo beneran gak papa?" tanya Rendi, suaranya terdengar lebih lembut.
Amara gak bisa jawab.
Karena dia masih sibuk menahan napas.
"Mar?"
Rendi memiringkan kepala, mencoba melihat wajahnya.
Dan itu bikin Amara makin panik.
"B-BISA GAK LO GAK DEKET-KEKET GITU?!"
Rendi malah tertawa. "Gimana mau jauh kalau lo sendiri yang gak bisa berdiri bener?"
DASAR COWOK INI!
Amara akhirnya berhasil mendorong Rendi menjauh.
"Pokoknya lo jangan main peluk-peluk lagi!" serunya sambil menahan wajah panasnya.
Rendi hanya tersenyum santai. "Oke, tapi kalau lo jatuh lagi, gue gak jamin."
Amara mendelik.
SIAL.
Kenapa pelukan itu masih terasa di tubuhnya?!
Pelukan Tiba-tiba
Setelah kejadian tadi, Amara benar-benar gak mau dekat-dekat Rendi lagi.
Tapi masalahnya…
Kakinya masih gemetaran.
Dia mencoba jalan cepat, menjaga jarak dari Rendi.
Tapi tiba-tiba…
Dua tangan kuat melingkar di pinggangnya dari belakang.
Dan sebelum Amara bisa bereaksi…
Rendi memeluknya erat dari belakang.
Degupan Jantung yang Gila
Amara langsung membeku.
"R-Rendi…" suaranya hampir gak keluar.
Rendi menempelkan dagunya ke bahu Amara.
"Lo bisa diem sebentar?" tanyanya pelan.
Amara gak bisa berpikir.
INI APAAN?!
Kenapa cowok ini tiba-tiba meluk dari belakang?!
Kenapa pelukannya gak kayak bercanda?!
Kenapa… jantungnya berdetak segila ini?!
Gak Mau Lepas
Amara mencoba memberontak.
"W-woi! Lepasin!"
Tapi Rendi justru mengeratkan pelukannya.
"Jangan," katanya lirih. "Gue mau gini dulu sebentar."
DEG!
Amara membelalakkan mata.
"A-apaan, sih?!"
"Lo terlalu banyak gerak," Rendi berbisik. "Bikin gue pusing."
Amara membeku.
Kenapa suara cowok ini terdengar beda?!
Bukan nada bercanda atau menggoda seperti biasanya…
Tapi serius.
Seolah-olah… dia benar-benar butuh ini.
Perasaan yang Gak Jelas
Beberapa detik berlalu…
Amara masih dalam posisi yang sama.
Rendi tetap memeluknya erat.
Dan anehnya…
Amara gak bisa marah.
Padahal harusnya dia ngamuk, kan?!
Harusnya dia teriak dan tendang cowok ini!
Tapi…
Entah kenapa…
Dia justru merasa tenang.
Seakan-akan…
Pelukan Rendi adalah tempat ternyaman yang pernah dia rasakan.
Jantung yang Gak Bisa Tenang
Amara masih membeku.
Pelukan Rendi tetap erat di pinggangnya.
Dan yang lebih parah…
Cowok itu belum ada niat buat melepasnya.
"Rendi…" suara Amara hampir berbisik.
"Hm?" Rendi menempelkan dagunya ke bahu Amara, seolah nyaman banget dalam posisi itu.
SIAL.
Amara gak bisa berpikir jernih.
Detak jantungnya berantakan.
Pikirannya kacau.
Kenapa gue gak dorong dia? Kenapa gue diem aja?!
"Lo mau sampai kapan kayak gini?" akhirnya Amara mencoba bertanya.
Rendi diam sebentar.
Terus…
Dia mengencangkan pelukannya.
"Sebentar lagi," bisiknya.
Sebuah Rahasia yang Terungkap
Amara berusaha mengatur napas.
Tapi semakin lama, dia mulai sadar…
Pelukan ini… aneh.
Bukan cuma soal kedekatan mereka…
Tapi…
Rendi kelihatan gak mau melepasnya.
Bukan karena iseng.
Bukan karena cuma pengin ganggu Amara.
Tapi… karena dia butuh ini.
Pelukan itu terasa… menyedihkan.
Amara menggigit bibir.
"Ada apa, Ren?" tanyanya pelan.
Rendi gak langsung jawab.
Tapi setelah beberapa detik, dia menarik napas panjang.
"Gue cuma… capek," katanya akhirnya.
DEG.
Amara membelalakkan mata.
Capek?
Rendi?
Cowok yang selalu kelihatan santai dan gak peduli sama apa pun?
Dia capek?
Perasaan yang Gak Jelas
Amara gak tahu harus ngomong apa.
Tapi…
Untuk pertama kalinya…
Dia membiarkan dirinya tetap dalam pelukan itu.
Dan lebih gilanya lagi…
Dia mulai merasa nyaman.
Ada apa ini?
Kenapa dia gak mau dorong Rendi?
Kenapa dia… gak keberatan kalau cowok ini tetap meluknya lebih lama?
Kenapa Rasanya Begini?
Amara masih diam di tempatnya.
Pelukan Rendi…
Masih erat. Masih hangat. Masih bikin jantungnya gak karuan.
Harusnya dia marah. Harusnya dia ngamuk.
Tapi…
Kenapa malah kayak gini?
Kenapa dia gak mau lepas?
Sesuatu dalam Suara Rendi
"Ren…" Amara akhirnya bersuara.
"Hm?" Rendi masih gak melepaskan pelukannya.
"Gue… berat, kan?" Amara berusaha bercanda biar suasana gak canggung.
Rendi tertawa kecil. "Bocil, lo itu ringan banget."
DEG.
Kenapa nada suaranya terdengar beda?
Bukan suara Rendi yang biasa menggoda atau menyebalkan.
Tapi… lebih pelan, lebih dalam.
Seolah-olah…
Dia gak mau kehilangan momen ini.
Amara menggigit bibirnya.
"Lo… masih mau gini terus?" tanyanya pelan.
Dan jawaban Rendi…
Bikin dunianya berhenti berputar.
"Iya. Jangan lepasin gue dulu."
Dunia yang Berhenti Berputar
Amara membeku.
Rendi…
Kenapa dia bicara kayak gitu?
Kenapa suaranya terdengar begitu… penuh perasaan?
Dan kenapa…
Amara gak bisa nolak?
Kenapa dia gak mau Rendi melepaskannya juga?
Sial.
Ini gak boleh terjadi.
Tapi…
Untuk beberapa detik lagi, biarkanlah seperti ini.