Lengket kayak Lem

Hujan yang Tiba-tiba

Amara melihat ke langit yang tampak Mendung.

Angin mulai berembus lebih kencang.

Dan sebelum dia sempat berpikir…

Tetesan air mulai turun dari langit.

"Hujan…" gumamnya.

Di sebelahnya, Rendi juga mendongak.

"Gawat," katanya. "Kita harus cari tempat berteduh."

Mereka baru aja keluar dari area konser, dan sekarang malah terjebak dijalan dengan hujan yang makin deras.

Amara mulai panik.

"T-Tunggu! Gue gak bawa payung!"

Rendi menghela napas panjang.

"Gue juga nggak."

Kabur dari Hujan, Malah Nempel

"WOI! LARI!!"

Amara gak nunggu lama.

Dia langsung berlari ke depan, mencari tempat berteduh.

Tapi hujan makin deras.

Dan sebelum dia sempat sadar…

"KYAA!!"

Dia terpeleset.

Tapi sekali lagi, Rendi menangkapnya.

"Bocil, lo itu kenapa suka jatuh, sih?!" Rendi mendengus.

Amara gak sempat marah.

Karena sekarang…

Dia malah nempel ke tubuh Rendi.

Lebih tepatnya, meluk cowok itu kayak koala.

Dan yang lebih parah…

Rendi malah nahan pinggangnya biar gak jatuh beneran.

Lengket.

Kayak lem.

"Err… Rendi…" suara Amara bergetar.

"Jangan gerak dulu," bisik Rendi. "Lo bisa jatuh lagi."

Hujan, Dingin, dan Detak Jantung yang Panas

Amara gak bisa berpikir jernih.

Bukan cuma karena mereka nempel kayak perangko.

Tapi…

Karena pelukan ini terasa lebih lama dari yang seharusnya.

Hujan terus mengguyur mereka.

Angin berembus dingin.

Tapi entah kenapa…

Tubuh Amara terasa lebih panas.

Dan itu gara-gara Rendi.

Gak Mau Lepas?

Beberapa detik berlalu…

Tapi gak ada yang bergerak.

Rendi masih memegang pinggangnya.

Amara masih nempel di dadanya.

Dan yang lebih gila lagi…

Kenapa gak ada yang berusaha lepas?!

Hujan memperparah suasana.

Amara berani sumpah, dia bisa denger detak jantung Rendi.

Dan dia yakin…

Rendi juga bisa denger detak jantungnya yang gak karuan.

Sial.

Kenapa rasanya kayak adegan drama?!

Masih Nempel

Hujan semakin deras.

Amara masih nempel didada Rendi.

Gak bergerak. Gak ada yang berani ngomong duluan.

Detak jantung mereka terdengar lebih keras dari suara hujan.

Dan yang lebih parah…

Kenapa Rendi masih megangin pinggang gue?!

Amara akhirnya mencoba bergerak.

Tapi begitu dia geser sedikit…

Rendi malah mengeratkan tangannya.

"Jangan gerak," bisiknya.

DEG!

Amara membelalakkan mata.

"L-Lo…!"

Rendi menundukkan kepala, suaranya lebih pelan dari biasanya.

"Udah basah kuyup. Jangan banyak gerak. Bisa masuk angin," katanya pelan.

Suasana yang Aneh

Hujan terus mengguyur.

Baju mereka basah total.

Dan gila…

Kenapa ini lebih parah dari yang tadi?!

Amara bisa merasakan dada Rendi naik-turun.

Dia juga bisa mencium wangi samar dari tubuh cowok itu.

Bahkan dalam keadaan basah kuyup…

Rendi tetap wangi?!

TAPI BUKAN ITU MASALAHNYA!

Kenapa cowok ini belum lepasin gue?!

Momen yang Gak Masuk Akal

Beberapa detik berlalu…

Rendi akhirnya bergerak.

Tapi bukan buat melepas Amara.

Melainkan buat menariknya lebih dekat.

"REN—"

"Ssst." Rendi berbisik di telinga Amara.

Dan itu sukses bikin Amara langsung beku.

"Gue gak tahu kenapa… tapi gue nyaman begini," lanjutnya.

DEG.

Amara mengerjap.

Rendi… nyaman?

DIA NGOMONG APA?!

"Lo…" Amara berusaha bicara, tapi suaranya gak keluar.

Tapi sebelum dia bisa protes lebih jauh…

Rendi mendekatkan kepalanya.

Dan…

DAG DIG DUG JANTUNG AMARA MAU MELEDAK.

Dingin, Tapi Kenapa Hangat?

Amara merasa kepalanya mendidih.

Dia harus kabur dari situasi ini!

Tapi…

Kenapa badannya malah diam?

Kenapa…

Dia juga merasa nyaman?

Masih Terjebak

Hujan semakin deras.

Dingin menusuk tulang.

Tapi kenapa tubuh Amara justru terasa panas?!

Rendi masih belum melepasnya.

Tangannya tetap di pinggang Amara.

Dan…

Kepalanya masih terlalu dekat.

"Ren…" Amara mencoba bersuara.

"Hm?" Rendi menjawab tanpa menjauh.

"Lo…" Amara menelan ludah.

"Kenapa masih nempel?"

Rendi diam sebentar.

Lalu, dengan suara pelan, dia menjawab…

"Gak tahu. Tapi gue gak mau lepas."

DEG!

Amara membelalakkan mata.

COWOK INI GILA!

KENAPA DIA BICARA SEENAKNYA?!

Jantung yang Gak Bisa Tenang

Hujan terus mengguyur.

Nafas Rendi terdengar pelan di dekat telinga Amara.

Dan…

Jantung Amara udah gak bisa diajak kompromi.

Deg-degannya parah!

"Ck, kita harus cari tempat berteduh."

Rendi akhirnya bergerak.

Tapi bukannya melepas Amara…

Dia malah menggenggam tangannya erat.

"Lari!"

Amara terkejut.

Tapi dia gak sempat protes.

Karena Rendi langsung menariknya berlari ditengah hujan.

Tangannya tertahan dalam genggaman cowok itu.

Dan entah kenapa…

Dia gak mau melepasnya.

Lari di Bawah Hujan

Amara hanya bisa mengikuti langkah Rendi.

Hujan makin deras.

Pakaian mereka sudah basah total.

Tapi… kenapa ini terasa kayak adegan di film romantis?!

Genggaman tangan Rendi masih erat.

Seolah dia gak mau melepaskan Amara.

Dan yang lebih parah…

Kenapa Amara juga gak mau melepaskannya?

Tempat Berteduh

Setelah beberapa menit berlari, mereka akhirnya menemukan sebuah bangunan kecil yang kosong.

Rendi menarik Amara masuk kedalam.

"Hah… hah…" Amara ngos-ngosan.

Rendi juga sama.

Mereka sama-sama basah kuyup.

Rambut Amara menempel di wajahnya.

Baju Rendi juga melekat ditubuhnya.

Dan sial… kenapa cowok ini masih kelihatan keren meskipun basah?!

Genggaman yang Belum Terlepas

Amara baru sadar sesuatu.

Tangan mereka masih saling menggenggam.

Dan Rendi… belum melepaskannya.

Amara mencoba menarik tangannya.

Tapi sebelum dia sempat melakukannya…

Rendi justru mengeratkan genggamannya.

DEG!

"Jangan lepasin dulu," bisik Rendi.

Amara membeku.

Kenapa suara cowok ini terdengar begitu serius?

Dan kenapa perasaannya jadi aneh begini?

Hujan masih deras di luar.

Tapi di dalam sini…

Ada sesuatu yang lebih berisik dari suara hujan.

Yaitu detak jantung Amara.

Masih Basah, Masih Nempel

Amara masih diam.

Tangannya masih dalam genggaman Rendi.

Dan cowok itu… masih belum ada niat buat melepaskannya.

Hujan di luar makin deras.

Udara dingin menusuk kulit.

Tapi anehnya…

Amara justru merasa panas.

Bukan karena hujan.

Bukan karena lari tadi.

Tapi karena Rendi.

Tatapan yang Gak Bisa Dijelaskan

Perlahan, Amara mengangkat wajahnya.

Dan di saat yang sama…

Mata mereka bertemu.

DEG!

Amara langsung membuang pandangan.

Tapi… Rendi malah tetap menatapnya.

Kenapa tatapan cowok ini… kayak ada sesuatu yang dia sembunyikan?

Kenapa dia kelihatan lebih serius dari biasanya?

Dan…

Kenapa ini bikin Amara makin deg-degan?!

Dingin, Tapi Rasanya Hangat

Beberapa detik berlalu dalam keheningan.

Amara mencoba menarik tangannya lagi.

Tapi kali ini…

Rendi menahannya.

"Bentar lagi," katanya pelan.

Amara mengerjap.

Apa maksudnya?!

Rendi menghela napas pelan.

"Lo kedinginan?" tanyanya.

Amara gak bisa langsung jawab.

Sebenarnya dia kedinginan.

Tapi masalahnya…

Sekarang justru badannya terasa lebih panas dari yang seharusnya.

Dan itu semua gara-gara…

Cowok ini.

Jangan Tanya Kenapa

"Aku nggak…" Amara mencoba bicara, tapi suaranya malah bergetar.

Rendi tersenyum tipis.

Tapi bukan senyum menyebalkan seperti biasanya.

Lebih ke… senyum hangat.

Senyum yang bikin Amara makin gak bisa berpikir jernih.

Dan sebelum dia sempat protes lagi…

Rendi melakukan sesuatu yang bikin dunianya berhenti berputar.

Cowok itu mengangkat tangannya… lalu menempelkan telapak tangannya ke pipi Amara.

Amara langsung membeku.

"Lo dingin," kata Rendi pelan.

Dan yang lebih gila lagi…

Tangannya hangat.

Salah Satu dari Mereka Harus Menyerah

Amara gak tahu harus gimana.

Hatinya udah kayak roller coaster.

Kenapa Rendi melakukan ini?

Kenapa dia gak melepasnya dari tadi?

Kenapa dia bersikap seolah gak mau kehilangan sesuatu?

Dan kenapa…

Amara gak menolak?

Sial.

Perasaan ini udah mulai gak bisa dibohongi.