Waktu berlalu.
Sudah satu bulan sejak kejadian mengerikan itu.
Lina, Natan, dan ibunya menjalani kehidupan normal di Bandung.
Tidak ada lagi suara-suara aneh.
Tidak ada lagi Natalia.
Tidak ada lagi ketakutan yang menghantui setiap malam.
Lina dan Natan semakin dekat.
Mereka sering menghabiskan waktu bersama, seolah-olah mencoba menutupi kenyataan bahwa mereka telah kehilangan teman-teman mereka.
Namun, di balik ketenangan itu, ada sesuatu yang mengganjal di hati Lina.
Ia tahu... Natalia belum selesai.
Dan pikirannya terbukti benar.
Pagi itu, saat mereka sedang sarapan, berita di televisi menghancurkan segalanya.
---
"BERITA TERKINI: PENEMUAN MAYAT DI RUMAH KOSONG!"
Lina menghentikan kunyahannya.
Ibunya juga menoleh ke arah TV.
Di layar, terlihat rumah tua Natalia, dikelilingi garis polisi.
Seorang reporter berdiri di depan kamera, berbicara dengan nada serius.
"Pagi ini, polisi menemukan tiga jasad di dalam rumah kosong yang sebelumnya menjadi lokasi kasus mengerikan sebulan lalu. Setelah dilakukan identifikasi awal, korban diketahui sebagai Rara, Nana, dan Sela, yang sebelumnya dilaporkan hilang."
Lina merasakan dadanya sesak.
Tiga temannya…
Yang mati di rumah itu…
Mayat mereka ditemukan.
Namun, ada sesuatu yang lebih mengerikan dari sekadar penemuan mayat.
"Yang membuat kasus ini semakin aneh adalah... berbeda dengan korban sebelumnya yang hilang tanpa jejak, tiga jasad ini justru dibiarkan di tempat yang sama, seolah-olah pelaku ingin seseorang menemukannya..."
Lina menelan ludah.
Dimas menghilang setelah dibunuh…
Tapi Natalia tidak membawa Rara, Nana, dan Sela.
Kenapa?
Natalia membiarkan mereka di sana?
Apa maksudnya?
---
PERTEMUAN DENGAN NATAN
Siang itu, Lina dan Natan bertemu di sebuah kafe kecil.
Mereka duduk di sudut, jauh dari keramaian.
Keheningan menyelimuti mereka.
Tidak ada dari mereka yang berbicara lebih dulu.
Hanya suara kendaraan di luar yang terdengar samar.
Akhirnya, Natan menghela napas.
"Jadi… kau lihat beritanya?" tanyanya pelan.
Lina mengangguk.
Natan menatapnya lekat-lekat.
"Lina… kau sadar sesuatu?"
Lina menggigit bibirnya.
"Sadar apa?"
Natan menatap meja.
"Lina… Natalia membiarkan mereka di sana. Seolah-olah dia ingin… kita tahu bahwa dia masih ada."
Lina membeku.
Jantungnya berdegup semakin cepat.
Natalia ingin mereka tahu.
Natalia tidak pergi.
Natalia masih di luar sana.
Dan entah kapan…
Ia akan kembali.
To Be Continue...