Dua hari di hotel terasa seperti liburan bagi Selena dan Ezra.
Mereka menghabiskan waktu dengan berjalan-jalan, menikmati makanan lezat, dan mengobrol tentang masa depan mereka. Mimpi buruk itu perlahan terlupakan, tenggelam dalam kebahagiaan pernikahan yang semakin dekat.
Dan akhirnya, hari yang mereka tunggu tiba.
Pernikahan Ezra dan Selena digelar di sebuah taman dengan pemandangan indah. Selena mengenakan gaun putih yang sederhana namun elegan, sementara Ezra berdiri di altar dengan jas hitam yang sempurna.
"Kamu siap?" bisik Ezra saat Selena berjalan ke arahnya.
Selena tersenyum dan mengangguk. "Lebih dari siap."
Sumpah pernikahan diucapkan, cincin melingkar di jari mereka, dan sorakan bahagia menggema. Mereka resmi menjadi suami istri.
Dan saat mereka meninggalkan tempat pernikahan, Selena berbisik, "Aku tidak sabar pulang ke rumah kita."
2
Rumah itu tampak berbeda saat mereka kembali.
Tidak ada lagi perasaan aneh. Tidak ada suara. Tidak ada bayangan di sudut ruangan.
Seakan rumah itu memang menunggu mereka untuk kembali sebagai pasangan suami istri.
"Sepertinya kita hanya terlalu paranoid kemarin," ujar Ezra sambil membawa koper ke dalam kamar.
Selena mengangguk, merasa lega. "Kurasa begitu."
Mereka menghabiskan waktu sore dengan membongkar barang-barang pernikahan. Ezra membuka botol anggur untuk merayakan malam pertama mereka, dan Selena menyalakan lilin aromaterapi untuk menambah suasana romantis.
Mereka bercanda, tertawa, menikmati momen bersama.
Sampai akhirnya malam tiba.
Mereka berbaring di ranjang baru, saling berpelukan.
"Ini malam pertama kita," Ezra berbisik sambil menyentuh pipi Selena dengan lembut.
Selena tersenyum. "Aku mencintaimu."
Ezra mengecup keningnya. "Aku juga."
Mereka hampir tenggelam dalam keintiman malam pertama mereka.
Hingga sesuatu mengganggu.
3
Tuk... tuk... tuk...
Ezra berhenti. "Apa itu?"
Selena menoleh ke arah jendela. Tidak ada apa-apa.
Mereka kembali fokus satu sama lain.
Tuk... tuk... tuk...
Suara itu terdengar lagi.
Kali ini lebih jelas. Lebih dekat.
Seolah seseorang mengetuk dari dalam lemari pakaian.
Selena menegang. "Ezra..."
Ezra duduk dan menatap lemari itu. Pintu lemari tertutup rapat, tetapi ia merasa seakan ada sesuatu di dalamnya.
Ezra menghela napas, mencoba berpikir logis. "Mungkin hanya suara rumah kayu ini."
Selena ingin percaya. Ia benar-benar ingin percaya.
Tapi ketika Ezra beranjak untuk membuka lemari, hawa dingin menyelimuti ruangan.
Dan begitu pintu lemari terbuka—
Tidak ada apa-apa.
Hanya pakaian mereka yang tergantung rapi.
Ezra menghela napas lega. "Lihat? Tidak ada yang aneh."
Tapi saat mereka kembali ke ranjang, Selena melihat sesuatu di cermin kamar.
Sebuah bayangan hitam.
Berdiri diam.
Menatap mereka.
Dan sebelum ia sempat berteriak, bayangan itu menghilang.
To Be Continue...