Tiga bulan berlalu sejak Ustaz Rahman pergi.
Selama itu, tidak ada lagi gangguan.
Ezra dan Selena benar-benar bisa menikmati hidup mereka sebagai pasangan suami istri yang baru menikah.
Rumah mereka semakin terasa nyaman, bahkan suasananya berubah menjadi lebih hangat dan damai.
Selena yang sedang mengandung usia kehamilan tiga bulan merasa lebih bahagia dari sebelumnya. Tidak ada tekanan, tidak ada ketakutan—hanya cinta dan kebahagiaan yang terus mengalir di antara mereka.
Suatu hari, di pagi yang cerah, Ezra duduk di meja makan sambil menikmati sarapannya. Selena duduk di hadapannya, menikmati secangkir teh hangat.
"Aku baru sadar," kata Ezra, meletakkan sendoknya, "kita belum benar-benar menikmati bulan madu."
Selena mengangkat alisnya. "Maksudmu?"
"Kita langsung sibuk dengan rumah, pekerjaan, dan segala masalah sebelumnya," Ezra menjelaskan. "Aku ingin kita pergi berdua, hanya kita berdua, menikmati waktu bersama."
Selena tersenyum lembut. "Kau ingin kita liburan?"
Ezra mengangguk. "Ya. Kita bisa menganggapnya sebagai bulan madu yang tertunda."
Selena tertawa kecil. "Itu ide yang bagus. Tapi... ke mana kita akan pergi?"
Ezra berpikir sejenak.
"Kau ingin ke tempat yang seperti apa? Pantai? Pegunungan? Kota besar?"
Selena menggigit bibirnya sambil berpikir. "Aku ingin tempat yang tenang, romantis, dan indah."
Ezra tersenyum. "Baiklah, aku akan mengatur semuanya."
2
Beberapa hari kemudian, mereka berdua akhirnya terbang ke Maladewa.
Maladewa, dengan pantainya yang berpasir putih, air laut yang jernih, dan suasana yang romantis, adalah tempat yang sempurna untuk bulan madu mereka.
Saat tiba di sana, Ezra dan Selena disambut oleh angin laut yang hangat dan suara deburan ombak yang menenangkan.
Resor tempat mereka menginap berada di sebuah villa di atas air, dengan balkon yang menghadap langsung ke laut.
Selena berdiri di balkon, menatap lautan luas yang terbentang di hadapannya. "Ini... indah sekali," gumamnya dengan kagum.
Ezra memeluknya dari belakang. "Aku ingin kau menikmati setiap detik di sini."
Selena tersenyum dan menatap suaminya penuh cinta. "Terima kasih, sayang."
Mereka berdua menghabiskan hari pertama dengan bersantai, menikmati suasana pantai, dan makan malam romantis di tepi laut dengan lilin yang menerangi meja mereka.
Malam itu, untuk pertama kalinya setelah sekian lama, mereka benar-benar merasa bebas.
3
Hari-hari berikutnya di Maladewa terasa seperti mimpi.
Mereka berjalan-jalan di sepanjang pantai, bermain air di laut jernih, dan menikmati matahari terbenam sambil duduk di pasir putih.
Selena menikmati setiap momen, merasa lebih rileks daripada sebelumnya.
Ezra pun akhirnya bisa benar-benar menikmati waktu bersama istrinya, tanpa perlu memikirkan hal lain.
Pada suatu malam, setelah makan malam, mereka berdua duduk di balkon villa mereka, memandangi langit malam yang dipenuhi bintang.
"Aku berharap waktu bisa berhenti di sini," kata Selena, menyandarkan kepalanya di bahu Ezra.
Ezra mengusap lembut rambutnya. "Aku juga. Aku ingin kau selalu bahagia seperti ini."
Selena menatap Ezra dengan penuh kasih. "Aku selalu bahagia, selama aku bersamamu."
Ezra tersenyum dan mengecup keningnya.
Malam itu, mereka menghabiskan waktu berdua, hanya menikmati kebersamaan mereka.
Tanpa gangguan.
Tanpa rasa takut.
Hanya cinta dan kebahagiaan.
4
Minggu terakhir mereka di Maladewa diisi dengan petualangan kecil.
Mereka menyewa perahu untuk menjelajahi pulau-pulau kecil di sekitar Maladewa.
Mereka menyelam di antara terumbu karang yang berwarna-warni.
Mereka menikmati sarapan di atas perahu sambil menyaksikan matahari terbit di cakrawala.
Setiap hari terasa seperti dongeng bagi mereka.
Pada malam terakhir, Selena berdiri di balkon villa, menatap laut yang berkilauan di bawah sinar bulan.
Ezra datang dan memeluknya dari belakang.
"Besok kita pulang," kata Ezra lembut.
Selena menghela napas pelan. "Aku berharap kita bisa tinggal lebih lama."
Ezra tersenyum. "Kita bisa kembali ke sini suatu hari nanti."
Selena menoleh dan menatap suaminya. "Janji?"
Ezra mengangguk. "Janji."
Mereka saling berciuman di bawah cahaya bulan.
Malam terakhir di Maladewa ditutup dengan kenangan yang tak terlupakan.
5
Esoknya, mereka berdua akhirnya kembali ke rumah.
Begitu sampai, Ezra membantu Selena membawa koper-koper mereka ke dalam.
"Kau lelah?" tanya Ezra sambil tersenyum.
Selena menggeleng. "Tidak. Aku justru merasa lebih segar."
Ezra menghela napas lega. "Bagus. Sekarang kita bisa kembali menjalani hidup dengan normal."
Selena tertawa kecil. "Ya. Hidup yang normal."
Mereka tidak menyadari...
Bahwa sesuatu sedang menunggu mereka kembali.
Untuk saat ini, kedamaian itu masih bertahan.
Namun berapa lama?
To Be Continue...