Ezra menatap jimat kayu di tangan Selena.
Mereka berdiri di ruang tamu, masih mencoba memahami apa yang sebenarnya terjadi.
Ezra mengulurkan tangan untuk mengambil jimat itu dan menggantungnya kembali ke tempat semula.
Namun, sebelum ia sempat bergerak—
Crack!
Jimat kayu itu retak dengan sendirinya.
Mereka berdua membeku.
Retakan kecil itu dengan cepat merambat, hingga akhirnya—
BRUK!
Jimat itu sobek dan terbelah menjadi dua bagian di tangan Selena.
"Hah...?" Selena terbelalak, dadanya terasa sesak oleh rasa takut.
Ezra segera meraih bahunya, mencoba menenangkan. Namun, sebelum ia bisa mengatakan sesuatu—
"Aahh!!"
Selena tiba-tiba merintih kesakitan.
Tangannya refleks memegangi perutnya yang membesar.
Ezra langsung panik. "Sayang?! Apa yang terjadi?!?"
Selena mencengkeram baju suaminya, tubuhnya melemas, napasnya tersengal.
Di dalam perutnya, bayi mereka tiba-tiba bergerak tak terkendali.
Gerakannya begitu kuat, seperti sedang berontak—atau ketakutan.
Ezra semakin panik. Ia memegang perut Selena, merasakan bagaimana bayi mereka menendang-nendang dengan liar.
"Tenang, sayang... Aku di sini..." Ezra mencoba menenangkan, meskipun hatinya sendiri dipenuhi ketakutan.
Lalu—
Lampu di rumah mereka berkedip-kedip.
Udara menjadi dingin, dan aroma busuk menyebar ke seluruh ruangan.
Ezra menoleh ke sekeliling. Ia bisa merasakan keberadaan sesuatu.
Dan benar saja—
Dari sudut ruangan, dua sosok mulai muncul.
Sosok seorang pria dan wanita, dengan wajah pucat, rusak, dan penuh luka.
Ezra membeku.
Selena membuka matanya, meskipun rasa sakit masih menggigit tubuhnya.
Mereka mengenali dua sosok itu.
Mereka... adalah Dion dan Natasya.
"Kami merindukan kalian..."
Dion menyeringai, wajahnya yang hancur membuat senyumnya tampak mengerikan.
2
Ezra tak sempat bereaksi.
Dion tiba-tiba melompat ke arahnya, menubruk Ezra dengan kekuatan luar biasa.
BRUAK!
Ezra terlempar ke lantai.
Selena berteriak, mencoba mendekati suaminya, tetapi—
"Kau tidak kemana-mana!"
Natasya mencegahnya.
Arwah perempuan itu berjongkok di depan Selena, matanya yang kosong menatap perutnya.
"Bayi ini... Aku akan mengambilnya!"
Selena membelalak ketakutan.
"Apa... APA MAKSUDMU?!"
Tangan Natasya mengarah ke perut Selena.
Udara di sekitar mereka semakin dingin, jari-jari Natasya seperti mengeluarkan kabut hitam.
Selena mencoba bergerak, tetapi tubuhnya terasa kaku.
Ezra, yang masih terbaring di lantai, bergegas bangkit.
Dengan penuh kemarahan, ia menyerang Dion.
Namun, Dion lebih cepat.
"ARGH!!"
Ezra merasakan rasa sakit luar biasa di bahunya.
Dion menancapkan tangannya ke tubuh Ezra.
Selena melihatnya dengan mata membelalak.
"Ezra!!"
Ezra ingin melawan, tetapi tubuhnya tiba-tiba menjadi lemas.
Seketika, bayangan hitam mengelilingi tubuhnya.
Dion tersenyum, lalu menghilang—masuk ke dalam tubuh Ezra.
Selena menatap Ezra dengan ketakutan.
Suaminya berdiri dengan tatapan kosong.
Dan kemudian, ia tersenyum.
Tapi itu bukan senyum Ezra.
Itu... senyum Dion.
To Be Continue...