Awal yang Tak Berujung

Kazuki Amamiya terbangun.

Denyut samar terasa di kepalanya, seperti gema dari mimpi yang baru saja menghilang. Cahaya redup monitor memenuhi ruangan dengan pancaran kebiruan, menciptakan siluet benda-benda di sekitarnya. Ia memejamkan mata sejenak, mencoba menenangkan pikirannya yang terasa kacau.

03:14 AM.

Angka di layar digital berkedip, tak berubah sedikit pun dari yang terakhir kali ia lihat.

Ia menghela napas, duduk perlahan dari kursi yang dingin. Napasnya berat, tubuhnya terasa lelah meskipun ia baru saja 'terbangun'. Ini bukan pertama kalinya. Ia tahu persis apa yang akan terjadi setelah ini.

Kazuki melirik sekeliling. Ruangan ini adalah laboratorium pribadinya, tempat ia bekerja sebagai peneliti di bidang fisika eksperimental. Rak buku di sudut ruangan masih berisi jurnal ilmiah yang sama. Gelas kopi di meja masih setengah penuh, dengan noda kering di tepinya. Tidak ada yang berubah—tidak pernah ada.

Karena ini bukan pertama kalinya ia melihatnya.

Ia berdiri, berjalan ke papan tulis di sisi ruangan, tempat ia mencatat teori-teori kompleks tentang waktu dan entropi. Namun, seperti yang ia duga, tidak ada apa pun di sana. Semua tulisan yang mungkin ia buat sebelum loop di-reset telah menghilang.

"Aku harus memastikan ini nyata," pikirnya.

Dengan gerakan cepat, Kazuki meraih sebuah sticky note dari laci meja, menuliskan sesuatu dengan tangan gemetar:

> Jika kau membaca ini, berarti loop masih berlangsung.

Ia menempelkan catatan itu di layar monitornya, lalu menarik napas dalam. Sekarang tinggal menunggu.

Kazuki menutup matanya sejenak, membiarkan pikirannya menyusun kembali potongan-potongan kejadian. Seberapa lama ia telah terjebak di sini? Seminggu? Sebulan? Mungkin lebih lama. Sulit menghitung waktu ketika setiap hari yang ia jalani selalu kembali ke titik yang sama.

Ia memandang telapak tangannya. Luka bakar berbentuk lingkaran itu masih ada. Tidak pernah hilang, tidak pernah berubah. Tidak seperti catatan yang ia buat, bekas ini terus bertahan melewati setiap reset.

Kenapa hanya ini yang tersisa?

Sebelum ia bisa menganalisis lebih jauh, sesuatu menarik perhatiannya. Di ujung meja, sebuah berkas berdebu tergeletak. Sampulnya kusam, seolah sudah ada di sana selama bertahun-tahun. Namun, Kazuki tahu pasti bahwa ia belum pernah melihatnya sebelum terjebak dalam loop ini.

Dengan hati-hati, ia mengambil berkas itu, meniup debu yang menempel, lalu membalik sampulnya. Di bagian depan, hanya ada satu simbol:

"ΔT_777"

Denyut di kepalanya semakin kuat. Perasaan déjà vu yang aneh menjalar di benaknya, seolah ia pernah mengalami momen ini sebelumnya—berulang kali.

Tangan Kazuki gemetar saat ia membuka halaman pertama.

> "Loop Nol bukan kecelakaan—ini diciptakan."

Ia menatap kata-kata itu untuk waktu yang terasa lebih lama dari yang seharusnya. Kata "diciptakan" bergema di pikirannya. Jika Loop Nol bukan kejadian acak, berarti ada seseorang—atau sesuatu—yang dengan sengaja menciptakannya. Tapi untuk tujuan apa?

Sebelum ia bisa berpikir lebih jauh, suara nyaring menusuk keheningan.

BIP—! BIP—! BIP—!

Alarm berbunyi. Lagi.

Kazuki menoleh dengan cepat ke arah jam digital. 03:14 AM masih berkedip di layar, tetapi ia tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Tubuhnya melemas.

Loop akan dimulai ulang.

Panik, ia bergegas ke monitor, mencari catatan yang ia buat sebelumnya. Namun, layar itu kosong. Sticky note yang ia tempelkan sudah tidak ada. Seolah tak pernah ada di sana.

"Tidak… sial!"

Ia merasakan sesuatu menarik kesadarannya, seperti gravitasi yang tak terlihat menghisapnya kembali ke titik awal.

Dalam detik-detik terakhir sebelum pikirannya kembali terhapus, ia mendengar suara berbisik. Suara asing, dingin, nyaris mekanis, seperti berasal dari celah di antara batas waktu.

> "Jika kau mencapai loop ke-777, segalanya akan berakhir."

Kazuki ingin bertanya, ingin memahami apa yang dimaksud suara itu, tetapi semuanya sudah terlambat.

Dunia di sekitarnya memudar menjadi kegelapan.

Dan ketika ia membuka mata kembali—

Kazuki Amamiya terbangun.

03:14 AM.

Bersambung...