Kazuki Amamiya terbangun.
Kepalanya terasa berat, pikirannya seperti dipenuhi kabut yang belum sepenuhnya sirna. Cahaya kebiruan dari monitor kembali menyinari ruangan yang sama, menciptakan bayangan familiar yang semakin membuatnya frustrasi.
03:14 AM.
Ia sudah tahu. Ia tidak perlu melihat jam untuk menyadarinya.
Tangannya terangkat secara refleks, menatap telapak kirinya. Luka berbentuk lingkaran itu masih ada. Tidak pudar, tidak berubah. Satu-satunya bukti bahwa semua yang ia alami itu nyata.
Kazuki menekan pelipisnya, mencoba merangkai ingatan dari loop sebelumnya. Ia ingat berkas dengan simbol ΔT_777, ia ingat alarm berbunyi, dan suara asing yang berbisik di akhir loop. Tapi ada sesuatu yang hilang—detail kecil yang sebelumnya jelas kini terasa samar.
Aku harus melakukan sesuatu sebelum ingatanku semakin terkikis.
Ia segera meraih buku catatan di meja, menuliskan hal pertama yang terlintas dalam pikirannya:
> Loop Zero – Percobaan 01: Apa yang tersisa setelah reset?
Tinta di atas kertas masih terlihat jelas. Sejauh ini, baik. Tapi ia tahu ini tidak akan bertahan lama. Jika setiap loop menghapus jejak fisik yang ia tinggalkan, ia harus mencari cara lain untuk mengingat.
Kazuki memejamkan mata, menarik napas panjang. Jika luka bakarnya tetap ada, mungkinkah ada hal lain yang juga bertahan? Memori pribadinya, misalnya?
Tapi saat mencoba mengingat lebih dalam, ia merasakan sesuatu yang mengerikan—seperti bagian dari dirinya sendiri mulai memudar. Fakta sederhana seperti tanggal atau apa yang ia makan di loop sebelumnya terasa sulit diingat.
Ia membuka matanya lebar-lebar.
Aku sedang melupakan sesuatu.
Detik itu juga, ia tahu bahwa loop ini bukan hanya menjebaknya dalam siklus tanpa akhir. Ini juga perlahan menghapusnya.
---
Kazuki membutuhkan bantuan.
Tangannya bergerak cepat di atas keyboard, mengetik nomor seseorang yang ia kenal baik: Rin Asagiri.
Nada sambung terdengar, lalu sebuah suara menjawab di ujung telepon.
"Kazuki? Kenapa kau menelepon sepagi ini?"
Suara Rin terdengar mengantuk, seolah ia baru saja terbangun. Itu aneh. Seharusnya, jika waktu berulang, ia seharusnya sudah bangun dan bersiap ke laboratorium.
"Rin… aku butuh bicara. Ada sesuatu yang aneh terjadi."
Ada jeda.
"Aneh bagaimana?"
Kazuki menarik napas dalam, mencoba menjelaskan situasinya dengan hati-hati. Tentang bagaimana ia selalu kembali ke pukul 03:14 AM, bagaimana semua yang ia lakukan akan terhapus setiap kali loop dimulai ulang.
Tapi sebelum ia selesai berbicara—
"Kazuki? Hei, kau masih di sana?"
Kazuki mengerutkan kening. Apa?
"Ya, aku masih di sini. Kau tidak mendengar apa yang aku katakan?"
"Mendengar apa?"
Darahnya membeku.
Dia sudah melupakan semuanya.
Kazuki meremas ponselnya, jantungnya berdegup kencang. Ia baru saja berbicara dengan Rin, menjelaskan semuanya… tapi dalam hitungan detik, ingatan itu telah lenyap dari benaknya.
Seolah-olah realitas menolak kebenaran ini.
"Kazuki? Kau baik-baik saja?" Rin terdengar bingung di seberang telepon.
Kazuki menutup matanya, berpikir cepat. Jika ia mencoba menjelaskan lagi, apakah Rin akan kembali melupakannya? Atau lebih buruk—apakah ia akan lupa bahwa ia pernah mencoba sama sekali?
Ia menelan ludah, lalu menjawab dengan suara datar, "Tidak. Lupakan saja. Maaf mengganggu."
Kazuki menutup telepon.
Untuk pertama kalinya sejak loop ini dimulai, ia merasakan sesuatu yang lebih buruk daripada kebingungan atau frustrasi.
Ketakutan.
---
Kazuki menatap pantulan dirinya di layar monitor. Matanya terlihat lelah, bayangan gelap terbentuk di bawah kelopak matanya.
Ia membuka telapak tangannya sekali lagi. Luka lingkaran itu masih ada.
Ini satu-satunya yang tidak bisa dihapus.
Semua jejak lain lenyap—tulisan di papan, catatan di kertas, bahkan ingatan orang-orang. Namun luka ini tetap ada, seakan menjadi tanda bahwa ada sesuatu yang lebih besar di balik Loop Nol ini.
Sesaat, ia merasa seolah sesuatu mengawasinya.
Bukan hanya loop ini yang mengulang, tetapi juga sesuatu di dalamnya.
Kazuki mengepalkan tangannya.
"Apa pun yang ada di balik Loop Nol ini… tidak ingin aku mengingatnya."
Dan itu berarti, ia harus menemukan alasan mengapa.
Sebelum ia kehilangan segalanya.
Bersambung...