Rin Asagiri dan Rahasia yang Disembunyikan

Kazuki Amamiya menyesap kopi yang sudah mulai dingin, matanya terpaku pada sosok di seberang meja laboratorium. Rin Asagiri, dengan rambut hitamnya yang diikat asal dan wajah yang selalu terlihat fokus, sedang mengetik cepat di laptopnya. Cahaya monitor memantulkan angka-angka dan persamaan yang tak bisa dimengerti oleh orang biasa.

Kazuki berpura-pura sibuk membaca laporan eksperimen, padahal sebenarnya, pikirannya tidak berhenti menganalisis satu hal: seberapa banyak yang Rin ketahui?

Sejak loop ini dimulai, ia sudah mencoba menjelaskan situasinya pada Rin, tapi setiap kali ia melakukannya, Rin akan melupakan semuanya dalam hitungan detik. Namun, ada sesuatu yang tidak beres.

Jika memang Rin tidak tahu apa pun… kenapa dia punya dokumen bertanda ΔT_777 di mejanya?

---

Beberapa jam sebelumnya—loop ini masih terasa "baru"—Kazuki diam-diam mengamati meja kerja Rin saat ia meninggalkan ruangan sebentar. Itu bukan kebiasaannya, tapi instingnya mengatakan ada sesuatu yang harus ia ketahui.

Di antara tumpukan kertas dan diagram rumit, ada sebuah dokumen dengan sampul hitam kusam. Tidak ada label institusi, tidak ada nama penulis. Hanya ada satu tanda yang langsung membuat jantung Kazuki berdegup lebih cepat.

"ΔT_777."

Tangannya terasa dingin saat ia membukanya.

Halaman pertama berisi diagram kompleks tentang distorsi temporal. Ada persamaan yang berulang—rumus yang mirip dengan yang pernah ia lihat dalam penelitian tentang singularitas waktu. Namun, ada satu bagian yang menarik perhatiannya:

> "Eksperimen ΔT_777 dimulai: Hipotesis – Anomali yang dihasilkan tidak boleh mencapai iterasi ke-777."

Kazuki mengerutkan kening.

"Anomali… apakah ini tentang Loop Nol?"

Ia membalik halaman berikutnya, tetapi sebelum ia sempat membaca lebih jauh, suara langkah mendekat.

Kazuki segera mengembalikan dokumen ke tempatnya dan berpura-pura sibuk dengan komputer. Detik berikutnya, Rin masuk dengan membawa secangkir teh, ekspresinya tetap tenang seperti biasa.

"Kazuki, kau kelihatan tegang. Apa kau baik-baik saja?"

Ia mengangkat bahu, menyesap kopinya. "Tidak, hanya merasa ada sesuatu yang tidak beres dengan eksperimen kita belakangan ini."

Rin menatapnya sejenak, lalu mengangguk pelan. "Aku juga merasa ada sesuatu yang aneh. Tapi, kita belum punya cukup data."

Kazuki menatapnya tajam. "Dan bagaimana kalau ada seseorang yang tahu lebih banyak dari yang mereka akui?"

Rin terdiam sesaat.

---

Kazuki tahu ia tidak bisa menekan Rin terlalu cepat. Jika ia ingin mendapatkan jawaban, ia harus bermain lebih hati-hati.

Hari itu berlalu seperti biasa—atau setidaknya, seperti yang bisa ia sebut "biasa" dalam realitas yang terus berulang. Tetapi sebelum ia bisa mendapatkan lebih banyak informasi dari Rin, loop kembali di-reset.

Dan di sanalah ia berada lagi.

03:14 AM.

Kazuki terbangun, masih dengan rasa frustrasi yang sama.

Namun, ada sesuatu yang berbeda kali ini.

Di atas mejanya, di antara tumpukan kertas yang berantakan, ada sebuah catatan yang sebelumnya tidak ada.

Tinta hitamnya masih segar, seolah baru saja ditulis.

Kazuki meraihnya dengan jari gemetar dan membaca pesannya:

> "Jangan percayai siapa pun. Bahkan dia."

Dadanya terasa sesak.

Bukan karena isi pesannya, tetapi karena satu fakta yang tak terbantahkan—

Ia tidak pernah menulis ini.

Kazuki menggenggam kertas itu erat-erat. Jika bukan dirinya yang menulis, lalu siapa?

Dan yang lebih penting—

Jika Rin menyembunyikan sesuatu… apakah dia bagian dari anomali ini?

---

To be continued