Retakan di Waktu

Kazuki mengerjapkan mata, napasnya tersengal. Ia baru saja mengalami sesuatu yang seharusnya tidak mungkin—sebuah ingatan yang bukan berasal dari loop ini.

Dalam penglihatannya, ia berdiri di laboratorium yang sama, tetapi ada seseorang bersamanya. Sosok dengan jas lab putih, wajahnya samar seperti bayangan yang bergetar di permukaan air. Sosok itu menatapnya, lalu berbicara dengan suara yang menggema:

"Jangan lupakan ini, Kazuki."

Ia terbangun dengan jantung berdegup kencang. Ini bukan sekadar deja vu. Ini adalah ingatan dari loop sebelumnya.

---

Rin mengamati layar monitor dengan cermat, sementara Shou sibuk menyusun perangkat dari kabel-kabel dan komponen lama yang tersebar di meja.

"Kita butuh sesuatu yang bisa mendeteksi anomali dalam loop ini," kata Rin. "Jika ada titik lemah dalam siklus ini, kita bisa menemukannya dan menggunakannya untuk keluar."

Shou mendengus. "Masalahnya, loop ini tidak bekerja seperti anomali waktu biasa. Ada sesuatu yang aktif mempertahankannya."

Kazuki mendesah, masih memikirkan ingatan aneh yang ia alami tadi.

"Aku… mulai mengingat hal-hal dari loop sebelumnya," katanya akhirnya.

Rin menghentikan pekerjaannya. "Apa maksudmu?"

"Aku melihat sesuatu. Seseorang di laboratorium ini, berbicara padaku. Tapi aku tidak ingat pernah mengalami itu sebelumnya."

Shou mengernyit. "Itu bisa berarti dua hal. Pertama, loop ini mulai melemah, dan retakannya memungkinkanmu mengakses ingatan yang seharusnya hilang. Kedua…" Ia menatap Kazuki tajam. "Ada sesuatu atau seseorang yang mencoba berkomunikasi denganmu dari loop lain."

---

Mereka terus bekerja sepanjang malam, menyusun perangkat yang mereka harap bisa mendeteksi fluktuasi temporal dalam loop. Namun, setiap kali mereka hampir mencapai kemajuan, sesuatu terasa berubah.

Ruangan yang mereka tempati terasa… bergeser.

Dinding yang sebelumnya retak tiba-tiba mulus kembali. Meja di sudut ruangan berubah posisi, meskipun mereka yakin tidak ada yang memindahkannya. Dan yang paling mengganggu Kazuki—tulisan yang ia buat di papan putih menghilang dalam sekejap mata.

Seolah-olah realitas sedang menyesuaikan dirinya sendiri.

Rin menggigit bibirnya. "Ini bukan loop yang biasa kita alami."

Shou menyeringai pahit. "Kau sadar apa artinya ini, bukan? Sesuatu di dalam loop ini tahu kita mulai terlalu dekat dengan kebenaran."

Kazuki mengepalkan tangannya. Jika loop ini memang mempertahankan dirinya sendiri, maka ada kemungkinan besar mereka sedang diawasi.

Lalu, sebuah suara bergema di kepalanya.

Dingin. Samar. Seperti bisikan yang merayap dari balik batas realitas.

> "Jangan coba keluar."

Kazuki membeku. Suara itu… bukan berasal dari siapa pun di ruangan ini.

Ia menelan ludah, lalu menatap Rin dan Shou.

"Seseorang… atau sesuatu… tidak ingin aku keluar dari loop ini."

---

To be continued