03:14 AM.
Kazuki terbangun lagi.
Udara di ruang penelitian terasa dingin, seolah-olah ia baru saja dicampakkan kembali ke realitas yang sama seperti sebelumnya. Ia menggerakkan jarinya, menyentuh luka bakar berbentuk lingkaran di telapak tangannya—satu-satunya bukti bahwa semua ini nyata.
Tetapi kali ini ada sesuatu yang berbeda.
Pikiran Kazuki masih dipenuhi oleh visi mengerikan yang ia lihat di loop sebelumnya—dirinya tergeletak di lantai, darah menggenang di sekitar tubuhnya, layar merah menyala dengan angka 777.
Ia menutup mata, menarik napas dalam-dalam, lalu bangkit dari kursinya. Tidak ada waktu untuk terjebak dalam ketakutan. Ia harus bergerak.
---
Di ruangan lain, Shou Narukami duduk di depan tumpukan dokumen lama yang diambil dari arsip tersembunyi di pusat penelitian. Ia mengetuk meja dengan ujung jarinya, matanya menyipit saat membaca laporan yang baru saja ditemukan.
"Aku menemukannya," gumamnya.
Kazuki dan Rin yang berdiri di belakangnya langsung mendekat.
Shou menarik napas dalam sebelum menjelaskan. "Loop ini pertama kali dimulai karena kegagalan eksperimen melintasi dimensi alternatif. Proyek Chronos bukan hanya tentang perjalanan waktu—tetapi tentang melanggar batas antara realitas."
Kazuki mengerutkan kening. "Tapi… bukankah eksperimen itu seharusnya dihentikan lima tahun lalu?"
"Itulah masalahnya," Shou menjawab. "Seseorang mengaktifkannya kembali."
Hening.
Kazuki dan Rin bertukar pandang. Jika eksperimen ini dihentikan, tetapi loop masih terus terjadi, maka ada seseorang yang sengaja mempertahankannya.
"Siapa yang cukup gila untuk melakukan itu?" Rin bergumam.
Kazuki mengepalkan tangannya. "Dan yang lebih penting… kenapa?"
---
Mereka kembali menyusuri lorong-lorong pusat penelitian, mencari petunjuk lebih lanjut. Bangunan ini sudah mereka jelajahi berkali-kali dalam loop-loop sebelumnya, tetapi kali ini Shou memimpin mereka ke tempat yang belum pernah mereka kunjungi.
Tangannya menyentuh panel elektronik di dinding. "Seharusnya ada sesuatu di sini…"
Ia menekan beberapa tombol, dan terdengar suara mekanisme yang bergerak di dalam dinding.
"Klik."
Sebuah bagian dinding perlahan bergeser, membuka lorong sempit yang menurun ke bawah. Cahaya merah redup menyelimuti tangga besi yang berkarat. Udara di dalamnya terasa berbeda—lebih berat, lebih dingin.
Rin menghela napas. "Tentu saja ada ruang rahasia. Tidak akan ada eksperimen seperti ini tanpa tempat tersembunyi."
Kazuki melangkah ke depan, menyalakan senter dari perangkat kecil di pergelangan tangannya. "Jika seseorang benar-benar mengaktifkan kembali eksperimen ini… maka jawabannya mungkin ada di bawah sana."
Shou menatap mereka berdua. "Siap?"
Kazuki mengangguk. Rin menarik napas dalam-dalam.
Lalu, mereka mulai menuruni tangga, satu per satu.
---
Lorong itu panjang dan berliku, seolah-olah dirancang untuk menyembunyikan sesuatu yang seharusnya tidak ditemukan. Mereka melangkah dalam keheningan, hanya suara langkah kaki yang menggema di dinding logam yang dingin.
Kazuki mulai merasa tidak nyaman. Ada sesuatu di sini—sesuatu yang tidak terlihat, tetapi bisa dirasakan.
Mereka mencapai ujung lorong, di mana sebuah pintu baja besar berdiri tegak di depan mereka. Permukaannya dipenuhi goresan dan bekas terbakar, seolah-olah seseorang pernah mencoba membukanya dengan paksa.
Di tengah pintu, ada simbol yang sudah tidak asing lagi bagi Kazuki.
"ΔT_777."
Dadanya berdebar keras.
"Jadi… ini tempatnya," bisik Shou.
Kazuki mengangkat tangannya, jari-jarinya gemetar saat menyentuh permukaan logam dingin itu.
Sejenak, ia merasa seolah ada sesuatu yang berbisik di benaknya—suara samar yang tidak bisa ia pahami.
Ia menoleh ke Shou dan Rin. "Apa pun yang ada di balik pintu ini…"
Mata mereka bertiga bertemu, ketegangan memenuhi udara.
Kazuki menelan ludah dan menyelesaikan kalimatnya:
> "…mungkin kunci dari semua jawaban."
---
To be continued