Bayangan di Balik Loop

Dunia seharusnya sudah berhenti mengulang. Mereka telah mematikan inti waktu, menghentikan aliran energi yang seharusnya menjadi sumber dari Loop Nol. Namun, saat Kazuki membuka matanya, ia masih berada di laboratorium yang sama—dengan jam digital di sudut ruangan yang kembali menunjukkan pukul 03:14 AM.

Jantungnya berdebar keras. Tidak mungkin. Mereka sudah menghancurkannya. Seharusnya, waktu sudah kembali normal.

"Kazuki?" Suara Rin terdengar samar, penuh kebingungan. Gadis itu duduk di lantai, memegangi kepalanya, seolah baru saja mengalami mimpi buruk yang terlalu nyata.

Kazuki menoleh ke arah lain. Shou juga ada di sana, menatap tangannya dengan ekspresi kosong. Semua ini bukan ilusi—mereka benar-benar kembali ke titik awal.

"Tidak… tidak, tidak, tidak mungkin," gumam Kazuki. Ia bergegas ke komputer utama laboratorium, menyalakannya dengan panik. Data terakhir sebelum reset masih ada di sana, rekaman dari eksperimen terakhir mereka masih tercatat.

Loop seharusnya sudah berhenti.

Tapi kenapa masih berlanjut?

Kazuki menatap tangannya. Luka lingkaran di telapak tangannya… lebih besar.

Dulu hanya sebesar koin kecil. Sekarang meluas hingga hampir menutupi seluruh telapak tangannya, dengan tepi yang tampak seperti terbakar. Perih yang biasanya samar kini terasa menusuk.

"Ada sesuatu yang kita lewatkan," kata Shou akhirnya, suaranya berat dan datar.

Rin menatap kosong ke layar monitor, mencoba mencerna situasi. "Kalau inti waktu sudah mati, seharusnya kita tidak kembali ke sini. Kecuali…"

Kecuali loop ini bukan berasal dari mesin itu.

Pikiran itu membuat udara di ruangan terasa lebih berat. Jika loop ini bukan disebabkan oleh inti waktu, berarti ada sumber lain. Sesuatu yang lebih dalam, lebih besar dari yang mereka duga.

Kazuki menghembuskan napas panjang. "Kalau begitu, kita harus mulai dari awal lagi. Cari tahu apa yang kita lewatkan."

Shou mengusap wajahnya dengan kasar. "Dan berapa banyak waktu yang kita miliki sebelum kita kehabisan akal?"

Tidak ada yang menjawab.

---

Kazuki dan Rin menghabiskan waktu berjam-jam menelusuri arsip lama di sistem pusat laboratorium, mencoba menemukan anomali yang mungkin mereka abaikan.

Saat itulah mereka menemukannya.

Sebuah proyek rahasia lain, tersimpan di dalam arsip yang hanya bisa diakses dengan izin tingkat tinggi. Nama proyek itu:

"MIRROR PROTOCOL"

Kazuki menegang. File ini tidak ada sebelumnya. Atau… mungkin selama ini ia tidak pernah mencarinya.

Rin dengan cepat membuka dokumen tersebut, membaca dengan saksama. Semakin lama ia membaca, ekspresinya semakin gelap.

"Mirror Protocol" adalah eksperimen untuk menciptakan fragmen temporal—sebuah 'bayangan' dari individu yang terpisah dari realitas utama. Fragmen ini bisa ada di luar waktu, mampu mengalami peristiwa yang berulang tanpa terikat oleh hukum kausalitas.

Kazuki merasa dingin menjalar ke punggungnya. Ia menatap Rin, berharap gadis itu bisa memberikan jawaban yang lebih masuk akal.

Tapi Rin justru terlihat lebih pucat. "Kazuki… kalau ini benar…"

Kazuki menelan ludah.

Jika "Mirror Protocol" benar-benar berjalan… bisa saja dirinya yang sekarang bukan yang asli.

Mungkin dirinya hanyalah 'fragmen'—sebuah bayangan temporal yang terus hidup di dalam loop tanpa bisa keluar.

Dan jika itu benar…

Maka kemungkinan besar Kazuki yang asli ada di luar sana.

Atau lebih buruk lagi—mungkin ia sudah mati.

---

Kazuki menatap pantulan dirinya di layar monitor. Matanya terlihat kosong, pikirannya berputar dengan terlalu banyak kemungkinan.

Jika ia hanyalah fragmen, apakah itu berarti semua usahanya untuk keluar dari loop ini sia-sia? Apakah ia benar-benar bisa lolos… jika dirinya hanyalah pantulan dari sesuatu yang sudah tidak ada?

Shou yang sedari tadi diam akhirnya bersuara. "Jika kau memang hanya bayangan, maka pertanyaannya adalah… siapa yang menciptakanmu?"

Rin menggigit bibirnya. "Dan lebih penting lagi... untuk apa?"

Kazuki tidak tahu jawabannya. Tapi satu hal yang ia sadari—luka lingkaran di tangannya terasa lebih panas sekarang, seperti membakar lebih dalam ke dalam dagingnya.

Seolah-olah… sesuatu berusaha menariknya kembali.

---

Saat mereka merenungkan semua kemungkinan ini, Rin tiba-tiba menggumamkan sesuatu.

"Kau tahu… ada rumor di kalangan ilmuwan tentang loop yang tak bisa dihentikan. Mereka menyebutnya…"

Ia berhenti, ragu-ragu.

Kazuki menatapnya. "Apa?"

"Lingkaran Hampa."

Shou mengangkat alis. "Kedengarannya seperti omong kosong sci-fi."

Rin menggeleng. "Bukan. Konsepnya… kalau loop ini bukan hanya sekadar pengulangan waktu, melainkan 'realitas alternatif' yang terus dibuat ulang tanpa henti. Bukan loop yang memiliki awal dan akhir, tapi… sesuatu yang terus menciptakan dirinya sendiri."

Kazuki merasa perutnya mual.

Sebuah realitas yang terus memperbaharui dirinya sendiri, tanpa ada jalan keluar.

Seolah-olah… mereka bukan hanya terjebak dalam waktu. Mereka mungkin… terjebak dalam eksistensi yang salah.

Ia menatap luka di tangannya lagi.

Jika ia bukan yang asli… di mana ia yang sebenarnya berada?

---

Kazuki menghembuskan napas berat, tangannya mengepal.

Apapun kebenaran di balik ini semua, ia harus menemukannya. Jika tidak…

> Ia akan terus terperangkap di dalam bayangan yang bukan miliknya.

To be continued