Suara di Antara Waktu

Kazuki terbangun dengan nafas tersengal.

Dunia di sekelilingnya terasa seperti ilusi yang bergetar—seolah-olah ia berada di antara dua realitas yang bertabrakan. Laboratorium kosong, lampu berkedip-kedip, dan udara terasa lebih dingin dari biasanya.

Tapi yang paling mengganggunya bukanlah suasana ruangan ini.

Itu adalah suara.

Suara seseorang, berbisik di antara jeda waktu.

"Kazuki…"

Nafasnya tertahan. Ia menoleh ke sekeliling, mencari sumbernya, tapi yang ada hanya kehampaan.

"Kazuki."

Suara itu terdengar lebih jelas sekarang, seperti gema yang berasal dari sudut laboratorium yang gelap. Ia melangkah maju, tubuhnya tegang.

"Siapa… di sana?"

Tidak ada jawaban. Hanya keheningan yang menelan suaranya sendiri.

Tapi ia tahu. Ia tidak sendirian di sini.

---

"Aku bilang apa?" Shou bersandar di meja, menyilangkan tangan. "Ini pasti efek dari loop. Aku menyebutnya gema temporal."

Kazuki dan Rin menatapnya.

Shou menghela napas. "Kau tahu bagaimana suara bisa terpantul dalam ruang tertutup? Nah, bayangkan kalau loop ini juga bertindak seperti ruangan tertutup, tapi bukan hanya untuk ruang—tapi juga waktu."

Rin mulai mengerti. "Jadi, maksudmu… suara yang Kazuki dengar berasal dari seseorang yang pernah ada di loop sebelumnya?"

Shou mengangkat bahu. "Mungkin. Atau mungkin hanya fragmen dari masa lalu yang terjebak di sini."

Kazuki menggigit bibir. Jika ini benar, maka ada kemungkinan bahwa ia bukan orang pertama yang terjebak di dalam Loop Nol.

Dan itu berarti… ada orang lain sebelum dia.

Atau lebih buruk lagi—mungkin mereka masih di sini.

---

Mereka memutuskan untuk melacak sumber suara itu, menggunakan sistem sonar laboratorium yang didesain untuk mendeteksi anomali frekuensi di dalam loop. Tapi saat Kazuki menyentuh keyboard, sesuatu di dalam pikirannya tiba-tiba tertarik keluar.

Sekejap, dunia berubah.

Kazuki tidak lagi berada di laboratorium. Ia berdiri di sebuah lorong sempit, diterangi oleh lampu neon redup yang berkedip-kedip. Udara di sini dingin dan lembab, seperti tempat yang sudah lama ditinggalkan.

Di depannya, ada sebuah pintu.

Pintu yang tidak pernah ia lihat sebelumnya.

Dan di depan pintu itu, berdiri seseorang.

Seorang pria bertopeng perak.

Kazuki ingin bergerak, tapi tubuhnya terasa terkunci di tempat.

Pria bertopeng itu menatapnya, lalu berbicara dengan suara rendah, seolah-olah kata-katanya datang dari kedalaman ruang dan waktu yang tak terjangkau.

> "Hanya yang pertama yang bisa keluar. Yang lainnya… hanyalah bayangan."

Kazuki merasa seluruh dunianya bergetar.

Sebelum ia sempat bertanya apa maksudnya, dunia kembali berubah.

Ia terjatuh ke lantai laboratorium, napasnya memburu.

Rin dan Shou menatapnya dengan khawatir. "Kazuki! Apa yang terjadi?"

Kazuki menatap tangannya yang gemetar. Bayangan pintu dan pria bertopeng itu masih menghantuinya.

"Aku melihat… seseorang." Suaranya bergetar. "Dan dia mengatakan sesuatu tentang… hanya yang pertama yang bisa keluar."

Rin mengerutkan kening. "Maksudnya… hanya orang pertama yang masuk ke dalam loop yang bisa keluar?"

Kazuki menggigit bibirnya. "Jika itu benar… lalu bagaimana denganku?"

---

Malam itu, Kazuki duduk sendirian di sudut laboratorium, memandangi tangannya yang kini terasa semakin berat.

Jika ia bukan orang pertama yang terjebak di loop ini… lalu berapa banyak yang sudah masuk sebelum dia?

Dan lebih penting lagi…

Apa yang terjadi pada mereka?

> "Jika aku bukan yang pertama, berapa banyak yang telah terjebak sebelum aku?"

To be continued