Pintu Tanpa Bayangan

Fasilitas Omega Shift yang Terlupakan

Kazuki berdiri di hadapan struktur yang telah lama ditelan waktu—pusat utama eksperimen Omega Shift.

Fasilitas ini tersembunyi jauh di dalam reruntuhan kota, dikelilingi oleh dinding retak dan kabel-kabel yang menggantung dari langit-langit yang hancur. Monitor yang mati berjejer di sepanjang dinding, layarnya dipenuhi dengan retakan seperti cermin yang telah pecah.

Langkahnya bergema di koridor panjang yang penuh debu, sementara suara-suara samar dari masa lalu tampaknya masih berbisik di balik tembok.

> Tempat ini… menyimpan kebenaran yang telah lama terlupakan.

Di ujung lorong, Kazuki menemukan pintu bercahaya—sesuatu yang tampak tidak seharusnya ada di dunia ini.

Cahaya putih pucat merembes dari celahnya, berdenyut perlahan seperti napas makhluk hidup. Namun, yang membuat Kazuki merinding bukan hanya auranya… tetapi tulisan yang tergores samar di permukaannya:

> "Satu dari kita harus menghilang."

---

Kazuki mendekat, tetapi tiba-tiba… tubuhnya melemah.

Kilatan gambar menghantam benaknya—kenangan yang bukan berasal dari dirinya yang sekarang.

Ia melihat dirinya berdiri di tempat ini sebelumnya. Namun, dalam kilasan itu, ia bukanlah Kazuki Amamiya yang ia kenal.

Seseorang berbicara kepadanya di balik pintu ini.

> "Jika kau membuka ini… tidak akan ada jalan kembali."

Kilasan itu menghilang secepat datangnya, meninggalkan Kazuki dalam kebingungan.

Ia berbalik, menatap Aoi yang berdiri di ambang ketiadaan.

Gadis itu tampak semakin samar, tubuhnya kini hampir transparan, seolah hanya tersisa serpihan bayangan.

"Aku hampir tidak ada lagi, kan?" Aoi bertanya, suaranya lemah, tetapi senyum kecil masih menghiasi wajahnya.

Kazuki mengepalkan tangan. Ia tahu.

Dunia ini—pecahan dimensi dari mereka yang gagal melarikan diri—telah lama berusaha menghapus Aoi.

Dan sekarang, pintu di depannya menawarkan kesempatan untuk pergi.

Tetapi untuk melewatinya… ia harus melepaskan sesuatu.

---

Di sisi pintu, terdapat perangkat kecil berbentuk bulat dengan layar hitam. Perlahan, perangkat itu menyala, dan sebuah teks muncul:

> "Verifikasi Identitas: Kazuki Amamiya."

"Konfirmasi pengorbanan: Memori yang paling berharga."

Kazuki terdiam.

Jadi… ini harga yang harus ia bayar.

Satu kenangan paling berharga harus dikorbankan—dan itu berarti kehilangan seseorang yang pernah penting dalam hidupnya.

Ia menoleh ke arah Aoi.

Gadis itu menatapnya dengan mata yang dipenuhi emosi, seolah tahu apa yang akan terjadi.

"Jika kau harus melupakan sesuatu," suara Aoi bergetar, "tolong jangan biarkan itu menjadi aku."

Kazuki merasakan jantungnya berdegup kencang.

Selama perjalanan mereka, Aoi telah menjadi satu-satunya orang yang tetap bersamanya. Ia adalah satu-satunya yang memahami kehancuran dunia ini, satu-satunya yang bertahan di sisinya.

Jika ia memilih untuk pergi dan membayar dengan kenangan tentang Aoi… maka gadis itu akan benar-benar hilang.

Seolah tidak pernah ada sejak awal.

Kazuki mengepalkan tangan. Pilihan ini lebih berat dari apa pun yang pernah ia hadapi.

Tetapi… jika ia ingin keluar dari dunia ini, jika ia ingin menemukan jawaban tentang siapa dirinya sebenarnya…

Ia harus mengambil langkah ini.

---

Dengan tangan gemetar, Kazuki menyentuh layar perangkat itu.

> "Konfirmasi pengorbanan: Memori yang paling berharga."

> [YA] – [TIDAK]

Ia menutup matanya.

Dan menekan [YA].

Sejenak, tidak ada yang terjadi.

Lalu, ledakan cahaya menyelimuti ruangan.

Kazuki merasakan sesuatu merobek pikirannya, seolah ada bagian dari dirinya yang dicabut dengan paksa.

Gambaran-gambaran tentang Aoi—senyumnya, suaranya, cara ia selalu berjalan di sampingnya—semuanya mulai kabur, menghilang satu per satu seperti pasir yang terlepas dari genggamannya.

Kazuki terjatuh berlutut, napasnya tersengal.

Saat ia menoleh ke samping…

Aoi sudah tidak ada lagi.

Seolah-olah dia tidak pernah ada.

Dan yang lebih menakutkan adalah…

> Aku… tidak bisa mengingat siapa yang baru saja menghilang.

---

Pintu bercahaya itu mulai terbuka, menelan Kazuki dalam sinar putih yang menyilaukan.

Di baliknya, dunia lain menantinya—tetapi apakah itu kenyataan atau hanya lapisan lain dari ilusi, ia tidak tahu.

Namun, satu hal yang pasti…

> Jika aku kembali… apakah aku masih bisa mengingat siapa aku sebenarnya?

---

To be continued