Kebenaran yang Terfragmentasi

Laboratorium tua itu lebih sunyi dari yang Kazuki ingat. Dinding-dindingnya ditutupi debu, retakan menjalar di sepanjang lantai, dan bau logam berkarat bercampur dengan kelembapan udara.

Ini adalah tempat di mana eksperimen Omega dilakukan—sebuah proyek yang sekarang hanya tinggal bayangan dalam arsip yang hampir musnah.

Kazuki menyalakan senter kecil di tangannya, menyusuri koridor gelap yang seakan menelan cahaya. Setiap langkahnya memicu suara derit lantai, membuat atmosfer semakin mencekam.

Ia berhenti di depan sebuah ruangan dengan pintu logam yang hampir tertutup sepenuhnya oleh reruntuhan. Dengan usaha keras, ia mendorong pintu itu terbuka, menciptakan suara berderit tajam yang bergema di seluruh lorong.

Ruangan di dalamnya dipenuhi rak-rak berkarat yang penuh dengan dokumen usang, kabel listrik yang terputus, dan monitor komputer yang sudah lama mati.

Kazuki berjalan mendekati salah satu meja yang masih utuh, matanya tertuju pada tumpukan jurnal yang tertutup debu.

Ia mengambil salah satu jurnal dan membuka halamannya. Tulisan tangan yang terburu-buru memenuhi setiap lembar, seakan seseorang menulisnya dalam keadaan putus asa.

"Eksperimen mencapai titik kritis. Subjek menunjukkan ketidakstabilan temporal yang meningkat. Jika ini terus berlanjut, kemungkinan fragmentasi kesadaran akan terjadi."

Kazuki mengerutkan kening. Ia membalik halaman, mencari lebih banyak informasi.

"Subjek ‘Anchor-042’ telah menghilang dari realitas yang kita kenal. Kami kehilangan jejaknya setelah percobaan terakhir.

Namun, jejak temporalnya masih ada… seolah-olah ia belum sepenuhnya terhapus."

Kazuki berhenti membaca. Anchor-042?

Sebuah ingatan samar melintas di benaknya—potongan mimpi tentang Rin yang terperangkap di ruang kosong, suaranya yang memanggilnya dari kegelapan. Aroma lavender yang muncul setiap kali ia mendengar suara itu.

Jantungnya berdetak lebih cepat.

Tangannya bergerak tanpa sadar, membalik halaman terakhir jurnal itu. Di sana, terdapat sebuah peta laboratorium yang tak pernah ia lihat sebelumnya.

Ada satu titik yang ditandai dengan tinta merah—sebuah ruang tersembunyi yang tidak ada dalam peta resmi laboratorium.

"Ada sesuatu… atau seseorang… yang menungguku di sana," gumam Kazuki.

Saat ia menatap peta itu, udara di sekitarnya tiba-tiba terasa lebih dingin.

Di sudut ruangan, layar monitor yang seharusnya mati berkedip sekali—cukup cepat untuk hampir tak terlihat. Namun, Kazuki tidak melewatkannya.

Ada seseorang—atau sesuatu—yang masih mengawasinya.

---

To be continued