Bayangan yang Tak Pernah Pergi

Rin terbangun dengan napas memburu. Hatinya berdebar kencang, seolah baru saja dikejar sesuatu dalam mimpi. Namun, yang lebih mengganggunya adalah fakta bahwa ia tidak ingat apa yang baru saja ia alami—hanya ada potongan-potongan gambaran yang samar, berkabut, dan berlapis seperti pantulan kaca yang retak.

Ia memegang kepalanya, mencoba mengingat.

Seorang gadis dengan rambut perak panjang... memanggilnya dengan nama yang asing.

"Siapa kau?"

Suara itu bergema di kepalanya, menggema layaknya sisa-sisa memori yang seharusnya tidak ada.

---

Kazuki menatap Rin dengan alis berkerut saat gadis itu mengaduk-aduk meja kerja yang dipenuhi tumpukan dokumen tua.

"Kau baik-baik saja?" tanyanya akhirnya.

Rin berhenti sejenak, menghela napas. "Aku... tidak yakin."

"Apa yang terjadi?"

"Aku melihat sesuatu," Rin berbisik, jari-jarinya mengusap pelan tepi sebuah buku tua berdebu. "Atau lebih tepatnya... aku melihat dunia dari sudut pandang orang lain."

Kazuki diam, menatap Rin dengan penuh perhatian. Ia tahu mereka telah mengalami banyak hal yang tak masuk akal selama ini, tapi kata-kata Rin kali ini terdengar lebih... mengganggu.

"Siapa yang kau lihat?"

Rin menggigit bibirnya, ragu. "Aku tidak tahu."

Sebelum Kazuki bisa bertanya lebih lanjut, Rin menarik napas dalam dan membuka buku tua di tangannya. Matanya menelusuri halaman-halamannya, mencari sesuatu—entah apa.

Saat itu juga, sesuatu menarik perhatiannya.

"Kazuki..."

Kazuki mendekat. Rin menunjuk ke satu halaman yang sedikit menguning, tetapi tulisan di sana masih cukup jelas.

> Proyek Paradox

Eksperimen ini bertujuan untuk menguji kemungkinan eksistensi memori kolektif di luar batas waktu dan ruang. Subjek uji yang terlibat menunjukkan anomali persepsi—beberapa di antaranya mengalami ingatan yang tidak pernah mereka alami secara langsung, sementara yang lain mulai kehilangan identitas aslinya.

Kazuki membaca ulang kalimat itu beberapa kali.

"Ini..."

"Ini menjelaskan apa yang terjadi padaku," Rin menyela. "Aku mungkin mengalami ingatan seseorang yang pernah terhubung dengan eksperimen ini."

Kazuki mengangguk pelan. "Tapi siapa?"

Rin tak menjawab. Ia hanya membalik beberapa halaman lagi, hingga akhirnya matanya menangkap sesuatu di bagian bawah halaman terakhir.

Sebuah inisial.

K.R.

Hening menyelimuti ruangan itu.

Rin menatap huruf-huruf itu lama, sebelum akhirnya berbisik, "Siapa pun dia... dia tahu sesuatu yang kita tidak tahu."

Kazuki mengepalkan tangannya. "Dan kita harus menemukannya."

Rin memandangi halaman terakhir buku harian itu, di mana hanya ada satu kalimat tertulis:

> "Kita semua bagian dari paradoks ini."

Saat membaca kata-kata itu, Rin merasakan sesuatu di dalam dirinya bergeser—sebuah firasat, atau mungkin kenyataan yang baru saja mulai ia sadari.

Apakah ini benar-benar hanya tentang mereka?

Ataukah mereka hanya bagian kecil dari sesuatu yang jauh lebih besar?

---

To be continued